Jadwal Pelaksanaan Wawancara Tabel 4. Jadwal Wawancara Responden II Gambaran Umum Responden II

B. Responden II 1. Identitas Diri

Tabel 3. Deskripsi Umum Responden II Dimensi Keterangan NamaInisial ES Usia 20 tahun Usia mengalami kebutaan total 2,5 tahun UniversitasFakultasJurusan Salah satu Universitas Swasta di Sumatera Utara Satsra Bahasa Indonesia Alamat Rumah Jln Karya Wisata, Johor Lama berkuliah 1,5 tahun Agama Katolik Suku Batak Simalungun Keberadaan orangtua Ibu masih hidup, Ayah sudah meninggal Jumlah saudara kandung Anak ke 2 dari 2 bersaudara Indeks Prestasi Kumulatif IPK 3,6

2. Jadwal Pelaksanaan Wawancara Tabel 4. Jadwal Wawancara Responden II

No Hari Tanggal Waktu Tempat Keterangan 1 Senin 18 Maret 2013 10.00 – 10.30 WIB Kampus Responden Rapport 2 Sabtu 6 April 2013 12.30 – 13.45 WIB Asrama Wawancara 1 3 Senin 8 April 2013 14.00 – 15.00 WIB Asrama Wawancara 2 4 Kamis 11 April 2013 08.00 – 09.15 WIB Kampus Responden Wawancara 3

3. Gambaran Umum Responden II

ES adalah seorang mahasiswi tunanetra berusia 20 tahun yang berkuliah di salah satu Perguruan Tinggi Swasta di Medan yaitu Universitas Prima. Pada saat ini, ES sedang menduduki semester ke 4 di jurusan Bahasa Indonesia, Fakultas Universitas Sumatera Utara Sastra. ES merupakan salah satu mahasiswa yang beruntung mendapatkan beasiswa penuh untuk berkuliah di tempat tersebut. ES merupakan anak ke-dua dari dua bersaudara. ES memiliki seorang abang yang kini telah berkeluarga dan tinggal di Riau. Di Medan, ES tinggal di asrama di Panti Asuhan Karya Murni, dimana ES telah tinggal menetap di tempat tersebut sejak ibunya mengantarkannya pada usia 4 tahun. Tempat ini merupakan tempat tinggal dan juga sekolahnya pada masa SD dan SMP, yang juga merupakan Sekolah Luar Biasa SLB. Pada saat SMA, ES belajar di SMA Cahaya, salah satu sekolah reguler yang bukan diperuntukkan bagi anak tuna netra. ES terlahir normal, namun sangat disayangkan hanya memiliki fungsi mata yang bekerja dengan baik sampai pada usia 2 tahun saja. Menurut pengakuan ES, pada saat kecil, dirinya kurang mendapat perhatian dari ibunya. Ayahnya juga sudah meninggal akibat penyakit lever, sejak dirinya berusia 2 tahun. Sejak saat itu, ibu ES sering stress dan menelantarkan anak-anaknya. Sedari kecil ES tidak memiliki hubungan yang baik dengan ibunya, bahkan hingga sekarang. Sejak ibunya mengantarkan ES ke asrama, ES tidak pernah lagi berjumpa dengan ibunya dan tidak mengetahui dimana keberadaannya. ES juga tidak memiliki ingatan apapun tentang ayahnya. ES dulu sering dijaga dan dirawat oleh neneknya, sehingga ES lebih dekat dengan nenek dan abangnya dibandingkan dengan ibunya. Selama di asrama pun, hanya neneknya lah yang sesekali datang mengunjungi dirinya, dan pada saat usianya sudah cukup, ES lah yang pulang ke kampung setiap akhir semester untuk mengunjungi nenek dan Universitas Sumatera Utara abangnya. Namun karena neneknya kini juga sudah meninggal, dan abangnya juga sudah berada di Riau, ES tidak memiliki hubungan erat dengan satupun keluarga atau sanak saudaranya yang masih hidup. ES hanya menjaga komunikasi dengan abangnya lewat telepon. Pada saat balita, ES pernah menderita campak dan penyakit kulit di saat yang bersamaan, namun tidak mendapatkan perawatan yang semestinya. Walaupun ada sedikit usaha untuk mengobati, namun Ibunya tidak begitu mempedulikan kesehatan ES. Persoalan biaya dan kurangnya perhatian serta kewaspadaan terhadap penyakit campak dan kulit yang dideritanya mengakibatkan ES mengalami kebutaan total yang permanen. Cahaya dan bayangan pun tidak dapat dirasakan ES, sehingga ES lebih banyak didampingi untuk melakukan segala aktivitasnya. Kini ES telah menjalani kesehariannya tanpa melihat selama kurang lebih 17 tahun. ES mengaku sudah mulai terbiasa, namun tidak memungkiri bahwa banyak sekali kendala yang dihadapinya karena tidak bisa melihat. Tak jarang ES merasa kesal dan juga minder akan keadaan dirinya, namun ES juga sering memotivasi dirinya untuk terus maju. Absennya keluarga dalam kehidupannya, menuntut ES untuk menjadi orang yang mandiri dan lebih mengandalkan teman- teman serta orang-orang yang di asrama. Pada masa sekolah, khususnya SD dan SMP, prestasi yang didaptakan ES terbilang cukup baik. Meskipun dirinya tidak pernah juara kelas, nilai rata-rata yang didaptkannya sudah baik. Namun pada saat memasuki SMA, ES merasa harus berjuang lebih keras, karena untuk pertama kalinya dirinya memasuki Universitas Sumatera Utara sekolah reguler, dengan sistem belajar yang sangat berbeda. Pada tahun pertamanya, ES mengalami kesulitan yang sangat besar dalam mengikuti pelajaran. ES juga kesulitan mendapat teman baru, dan juga malu untuk memulai percakapan. Segala sesuatunya dianggapnya berjalan dengan lebih cepat dan lebih sulit daripada waktu ES belajar di SLB. Perlahan-lahan prestasinya juga menurun, dan akhirnya ES mendapat ranking kelas yang tidak baik. ES mencoba mengejar dan memperbaiki prestasinya di kelas dua dan tiga, dan ES berhasil untuk menjadi lebih baik. ES juga lulus UN dengan nilai yang memuaskan. Ketika memasuki masa kuliah, ES kembali mengalami proses adaptasi dengan segala sistem belajar yang ada. Disatu sisi, ES sudah lebih berani dalam bertindak dan bertanya kepada orang yang belum dikenalnya, namun dalam hal belajar dan pengerjaan tugas, ES masih sering mengalami kesulitan. Walaupun demikian prestasi ES dari segi IPK sangat baik, yaitu 3,6. Namun, ES mengaku IP nya tersebut menurun setiap semester, dan mengkhawatirkan akan terus menurun. Perasaan dan mood ES sering berubah-ubah dan sedikit banyak dipengaruhi oleh berbagai hal yang terjadi dengan dirinya. Masalah keluarga, masalah keuangan, pergaulan dan kegiatan akademiknya sering mempengaruhi proses belajar ES.

4. Data Observasi Selama Wawancara