135
Pengalaman hidup peserta yang telah dikomunikasikan dengan iman dan visi Gereja mengantar peserta secara aktif dan kreatif membangun kesadaran baru
akan nilai-nilai Kerajaan Allah dalam hidup sehari-hari. Pendekatan yang digunakan dalam proses katekese ini adalah pendekatan yang bersifat multi
arah Groome, 1997:1 Tiga komponen pokok dalam Shared Christian Praxis Groome, 1997:2-
5:
a. Shared-dialog
Shared menunjuk pada pengertian komunikasi yang timbal balik antar
peserta, sikap partisipasi aktif dan kritis dari semua peserta, terbuka baik untuk kedalaman diri pribadi, kehadiran sesama, maupun untuk rahmat
Tuhan. Istilah ini juga menekankan proses yang menggarisbawahi aspek dialog, kebersamaan, keterlibatan dan solidaritas. Dalam sharing, semua
peserta diharapkan secara terbuka siap mendengarkan dengan hati dan berkomunikasi dengan kebebasan Groome, 1997:4.
Para suster Carmelite Missionaries tentu memiliki pengalaman- pengalaman yang dapat menjadi sumber yang kaya bagi diri mereka sendiri
maupun orang lain. Oleh karena itu dalam sharing para suster diharapkan terbuka untuk berbicara dan mendengarkan dengan hati. Berbicara dengan
hati berarti para suster menyampaikan pengalaman yang dialami sesuai dengan kenyataan secara jujur, rendah hati dan terbuka. Mendengarkan
dengan hati berarti melibatkan seluruh diri sehingga timbul rasa simpati dan empati terhadap apa yang dikomunikasikan orang lain.
136
Dalam suasana dialogis para suster didorong supaya membuat penegasan dan penilaian serta mengambil keputusan yang mendorong pada
keterlibatan baru. Aspek dialog dimulai dari refleksi dan pengolahan pengalaman pribadi yang akan menjadi pokok penegasan bersama.
Diandaikan dalam proses ini peserta memiliki kejujuran, keterbukaan, kepekaan dan penghormatan. Setelah melakukan interpretasi kritis terhadap
pengalaman secara pribadi dan masyarakat, serta berdasar hasil refleksi, peserta mengkonfrontasikannya dengan ”tradisi” dan ”visi” kongregasi
dengan menggunakan pemahaman kritis, pengenangan yang analitis dan imajinasi yang kreatif. Kemudian para suster meneguhkan pokok-pokok nilai
kristiani yang mendasar, mempertanyakan pemahaman yang tidak lagi relevan, dan terdorong untuk menemukan nilai-nilai baru yang cocok dengan
konteks hidupnya sehingga layak untuk diwujudkan.
b. Christian
Katekese model Shared Christian Praxis mencoba mengusahakan supaya kekayaan iman kristiani sepanjang sejarah dan visinya makin
terjangkau, dekat dan relevan untuk kehidupan para peserta pada zaman sekarang. Melalui proses itu diharapkan kekayaan iman Gereja sepanjang
sejarah berkembang menjadi pengalaman iman jemaat pada zaman sekarang. Melalui proses ini para suster Carmelite Missionaries diharapkan
supaya kekayaan pengalaman tentang kaul ketaatan dalam spiritualitas kongregasi dapat berkembang menjadi pengalaman sesuai zaman ini.
137
Christian memiliki dua unsur penting yakni pengalaman hidup iman
jemaat sepanjang sejarah tradisi dan visi. Tradisi kristiani mengungkapkan realitas iman jemaat kristiani yang hidup dan sungguh dihidupi. Tradisi perlu
dipahami sebagai perjumpaan antara rahmat Allah dalam Kristus dan tanggapan manusia. Maka tradisi di sini tidak hanya berupa tradisi pengajaran
Gereja tetapi juga meliputi Kitab Suci, spiritualitas, kehidupan jemaat, interpretasitafsir, penelitian para teolog, praktek suci, ibadat, sakramen,
simbol, ritus dan pesta peringatan. Sebagai realitas iman yang dihidupi dalam konteks historisnya, tradisi kristiani senantiasa mengundang keterlibatan
praktis dan proses kepribadian Groome, 1997: 3. Visi kristiani menekankan tuntutan dan janji yang terkandung dalam
Tradisi. Visi kristiani yang paling hakiki adalah ”Terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah dalam kehidupan manusia” Groome, 1997:3. Visi dalam
Gereja berkaitan erat dengan Tradisi. Visi bukan sekedar suatu pengetahuan tertentu saja, tetapi merupakan manifestasi konkret dari jawaban manusia
terhadap janji Allah yang terungkap dalam tradisi atau pengalaman iman kristiani. Visi huruf kecil v menunjuk pada usaha manusia dalam
menjalankan hidup untuk menanggapi janji Allah atas dasar pengenalannya akan tradisi atau pengalaman yang dihayatinya Sumarno Ds. 2011:17.
c. Praxis