SPIRITUALITAS KAUL KETAATAN KETAATAN DALAM HIDUP BERKOMUNITAS

60 kemiskinan dan ketakberdayaan serta pelbagai krisis nilai-nilai hidup yang melanda sesama di sekitarnya. Hal ini berarti hidup Yesus harus menjadi hidup kita dan misi Yesus menjadi misi kita. Doa, cinta dan pelayanan kasih harus menjadi bagian yang utuh dalam diri kita. Dengan demikian kita diutus untuk memberi harapan baru bagi mereka yang tertimpa kemalangan dan penderitaan.

B. SPIRITUALITAS KAUL KETAATAN

Kaul ketaatan tidak terletak dalam ketaatan pada pimpinan atau pada aturan-aturan belaka, melainkan bagaimana bersikap terhadap pemimpin dan aturan-aturan itu sendiri atau bagaimana bersikap taat dengan bebas dan dewasa, tidak hanya asal menjadi penurut. Menghayati ketaatan zaman sekarang ini bukan berarti tunduk dengan sikap pasif, penyesuaian diri didasarkan atas kebutuhan afektif melulu, melainkan ketaatan itu merupakan suatu kesediaan untuk terus-menerus mengadakan pembaharuan diri dengan kemampuan untuk mendengarkan sesama saudara dan keterbukaan terhadap tuntutan situasi serta menjawabnya, jadi tidak hanya menjawab tuntutannya sendiri. Motivasi ketaatan adalah demi cinta kepada Tuhan. Ketaatan tidaklah menyesuaikan diri dengan aturan umum belaka, tidak hanya untuk menyenangkan orang lain, dan tidak pula hanya untuk mencari kepuasan pribadi Darminta, 1981:73-74. Taat berarti memilih lingkungan dan memutuskan untuk hidup menurut tuntutan- tuntutannya. Ketaatan juga merupakan pilihan pada orang-orang, aturan- 61 aturan, tradisi hidup dan segala sesuatu yang menjadi milik lingkup pilihan itu. Dengan demikian ketaatan merupakan tindakan orang yang dewasa dan penuh kesadaran, sehingga menuntut suatu ketaatan yang total, yaitu memberikan diri seutuhnya kepada pilihannya itu dan melaksanakannya sesuai dengan kehendak Allah. Dan ini berlaku bagi semua suster yang telah berkaul kekal atau berkaul sementara. Selanjutnya, Darminta 1981:71 mengatakan: Untuk menjamin ketaatan yang sejati, yaitu ketaatan yang merdeka, spontan dan penuh kesadaran, perlulah memperbaiki-meninggalkan- mental kekanak-kanakan, yang menjadi ciri khas seorang pribadi yang melaksanakan perintah secara lahiriah… Bagi seorang religius taat dengan penuh keyakinan; dan pihak pembesar, mereka harus tahu bagaimana caranya memberikan perintah dan menumbuhkan ketaatan yang lincah dan berprinsip pada para anggota. Mereka harus melakukan dengan penuh cinta, ramah, dengan baik hati dan penuh pengertian. Maka perlulah dialog. Kaul ketaatan mempunyai nilai untuk memperkembangkan hidup dan pribadi manusia. Dengan ketaatan, seseorang merasa bebas dan dewasa untuk mencari kehendak Allah lewat cara hidup yang ia pilih. Yang menjadi pegangan dalam refleksi tentang ketaatan adalah Kitab Suci melalui ajaran dan teladan Yesus Kristus yang menjadi manusia bebas, yang hidup bagi Allah dan sesama manusia. Hayon 1987:225 mengatakan: “Ketaatan religius adalah suatu sikap iman yang berarti bahwa dalam melayani sesama, harus kentara bahwa kita mau hidup bagi Allah. Ketaatan religius tidak lain adalah kesetiaan kepada panggilan yang diterima”. Sebagai religius yang berjanji untuk hidup dalam ketaatan, dia mempersembahkan dirinya di hadapan Allah demi pelayanan bagi sesama manusia. Dan di dalam pelayanan 62 itu, perlu diperjuangkan agar benar-benar kelihatan bahwa ia sungguh- sungguh melayani Tuhan. Yesus sungguh memberikan teladan ketaatan. Ia rela berkorban dan menderita untuk mencapai keselamatan. Bagi Kristus, ketaatan berarti meninggalkan diri dan mengosongkan diri untuk mencapai dan ikut ambil bagian dalam hidup orang yang dicintai, sampai pada titik kematian. Di sini perlulah diingat bahwa ketaatan juga akan mencakup penderitaan batiniah, yang berarti ketaatan yang menderita dan ambil bagian dalam salib Kristus. Spiritualitas kaul ketaatan menurut Kongregasi Carmelite Missionaries mengajak para suster sadar dalam menghadapi tantangan zaman yang sedang berubah yang dikuatkan dalam iman yang hidup. Memang, tanpa spiritualitas para suster hanya akan terbawa arus, di mana arus itu sangat deras, pasti kehidupan para suster dalam komunitas pasti terkena arus tersebut. Dengan demikian spiritulitas kaul ketaatan menurut Francisco Palau yang didalami dalam hidup bersama, akan memampukan para suster untuk berenang, meski berada di arus yang deras para suster tidak terbawa begitu saja. Kaul ketaatan mempunyai beberapa dimensi yang satu sama lain saling melengkapi dan membangun ketaatan menjadi ketaatan yang manusiawi dan rohani utuh:

a. Dimensi Teosentris

Dimensi teosentris kaul ketaatan bagi hidup religius ialah mewajibkan orang untuk sungguh-sungguh menyerahkan diri bagi Allah, mencintai-Nya dan berusaha hidup hanya untuk Dia lewat kesetiaan pada panggilannya. 63 Dalam dokumen konsili Vatikan II tentang Pembaharuan dan Penyesuaian Hidup Religius PC. art. 14 dikatakan: “Dengan mengikrarkan ketaatan, mempersembahkan bakti kehendak mereka yang sepenuhnya bagaikan korban diri kepada Allah”. Demikian para suster Carmelite Missionaries, dengan kaul ketaatan diharapkan untuk semakin mencintai Allah dengan selalu mencari kehendak- Nya di dalam hidupnya. Dengan bebas melaksanakan apa yang dihendaki Allah lewat perutusan yang diberikan oleh kongregasi. Selanjutnya Dokumen Konsili Vatikan II tentang Pembaharuan dan Penyesuaian Hidup Religius PC, art. 14 mengatakan: … hendaknya mereka mengerahkan daya kemampuan akal budi dan kehendak maupun bakat-bakat alamiah serta kurnia-kurnia rahmat dalam menjalankan perintah-perintah dan menyelesaikan tugas-tugas yang diserahkan kepada mereka. Hendaknya mereka sadari, bahwa mereka sedang berkarya demi pembangunan Tubuh Kristus menurut rencana Allah. Demikianlah ketaatan religius sama sekali tidak mengurangi martabat pribadi manusia, melainkan justru membawanya kepada kematangan, karena kebebasan putra-putri Allah. Para suster Carmelite Missionaries sebagai seorang religius yang mengabdi dan melayani Allah melalui semangat dan teladan Francisco Palau, hendaknya berusaha untuk hidup sesuai dengan teladan Yesus Kristus untuk mencapai keselamatan bagi banyak orang. Selalu berusaha hidup dalam kerendahan hati, dalam pelayanannya kepada sesama saudara dan kemampuan untuk bersikap rendah hati, maka mampu juga untuk menyebarkan kasih Tuhan dalam pelayanannya. 64

b. Dimensi Kristologi

Ketaatan Kristus, baik dalam hubungan-Nya dengan Bapa juga para rasul dan murid-murid-Nya, merupakan sikap taat yang Dia hayati demi suatu kewajiban tanpa dipaksakan dari luar, namun tumbuh dari dalam hati-Nya. Ketaatan Yesus bukan cuma model untuk dikagumi melainkan suatu bentuk hidup yang harus diikuti. Teladan Kristus yang taat pada kehendak Bapa-Nya menjadi contoh bagi semua orang beriman khususnya para religius yang mengikrarkan kaul ketaatan. Kaum religius dengan kerendahan hati diharapkan mampu meneladan sikap Yesus yang taat pada kehendak Bapa- Nya melalui ketaatannya kepada pemimpin. Dalam Dokumen Konsili Vatikan II tentang Pembaharuan dan Penyesuaian Hidup Religius PC, art. 14; 1993:258 dikatakan : …. hendaknya melalui mereka itu pemimpin para religius dituntun untuk melayani semua saudara dalam Kristus, seperti Kristus sendiri demi kepatuhan-Nya terhadap Bapa telah melayani para saudara-Nya dan menyerahkan nyawa-Nya sebagai tebusan bagi banyak orang lih. Mat 20:28; Yoh 10:14-18. Kaum religius, melalui ketaatanya pada pemimpin sebagai wakil Allah yang kelihatan dalam menuntun hidupnya, diharapkan mampu melayani sesama saudara demi keselamatan jiwa mereka. Demikian pula para suster Carmelite Missionaries diharapkan untuk taat pada kehendak Allah yang diwujudnyatakan secara konkret dalam ketaatannya pada pemimpin sebagai wakil Allah yang kelihatan, sejauh pemimpin tersebut memerintahkan sesuatu seturut ketentuan konstitusi. 65 Sebagai mana ditegaskan lagi dalam konstitusi Carmelite Missionaries art.43a mengatakan bahwa: ”Ketaatan dan otoritas merupakan dua aspek yang saling melengkapi atas keterlibatan kita dalam korban Kristus. Para suster yang dipercayai sebagai pemimpin, hendaknya mempertahankan dalam roh pelayanan persaudaraan dalam komunitas, dengan demikian setiap suster tetap setia untuk menjadi taat, meskipun suatu ketika ketaatan itu sendiri menuntut suatu pengorbanan secara nyata dari dirinya”. Francisco Palau menasehati kepada para susternya bahwa sebagai anggota dalam suatu komunitas persaudaraan kendaknya mentaati pemimpin yang telah ditunjuk bersama sebagai wujud ketaatannya kepada Allah. Ketaatan pada pemimpin menurut Francisco Palau, merupakan suatu ketaatan yang penuh kasih, sebab ia taat untuk menyenangkan Allah dan Gerejanya. Sebagai konsekuensinya, ia harus rela mengorbankan dirinya untuk diusir dari biara dan dibuang ke pulau lain karena terjadi pertentangan dengan penguasa negara, kadang juga dengan hirarki gereja. Baginya hal ini bukan berarti taat buta, tetapi taat sejauh pemimpin menyampaikan hal yang tidak bertentangan dengan isi konstitusi yang berlaku. Taat kepada Kristus dan taat seperti Kristus merupakan patokan ketaatan religius. Tetapi ketaatan akan tetap merupakan sesuatu yang kabur bila tidak diwujudkan dalam relasi antar manusia. Karena itu ketaatan pada pemimpin, komunitas dan aturan harus merupakan perwujudan yang konkret dari ketaatan kepada Tuhan. Dengan demikian ketaatan haruslah merupakan suatu transformasi diri kita ke dalam diri Kristus. Itulah tujuan dari ketaatan yaitu untuk mencapai transformasi atau peleburan diri kita dalam diri Kristus. 66 Dengan demikian Kristus adalah Hukum kita yang harus kita taati secara mutlak Leo Ladjar, 1983:65-66.

c. Dimensi Roh Kudus

Dalam hidup sebagai orang beriman, Roh Kudus mempunyai fungsi sebagai yang menggerakkan, menghidupkan dan sekaligus menyemangati. Dan yang paling penting untuk kehidupan orang Katolik ialah bahwa Roh Kudus mampu membuat manusia sanggup mengasihi Komkat, 1997:157. Tindak keterlibatan Roh Kudus menunjukkan bahwa pelaksanaan ketaatan dan otoritas merupakan penghayatan cinta kasih; cinta Allah kepada manusia terungkap pada otoritas PC 14, 3 dan cinta manusia kepada Allah terungkap dalam ketaatan. Dengan demikian hubungan antara otoritas dan ketaatan menjadi hubungan cinta, karena ketaatan lewat Roh Kudus mempunyai asal dan akhir pada Allah sendiri. Yesus Kristus sendiri dalam hidup-Nya selalu terbuka dan memperhatikan gerakan-gerakan Roh Allah Darminta, 1981:76. Francisco Palau dalam penziarahan hidupnya untuk mencari kehendak Allah dan taat kepada-Nya, senantiasa mendengar dan mengikuti bisikan Roh Kudus yang selalu membimbing dan memimpinnya. Ia pun meneladan sikap Maria yang selalu berkata “Ya” dalam pemenuhan kehendak Allah. Bagi Francisco Palau, Maria adalah seorang hamba Allah yang selalu patuh dan setia kepada bisikan dan gerakkan Roh yang diberikan kepadanya. Dengan demikian Maria sanggup menjadi ibu Tuhan dan ibu Gereja konst. art. 47. 67 Karena ketaatannya pada bimbingan dan pimpinan Roh Kudus yang ia alami dalam perjalanan hidupnya untuk mencari dan menemukan yang dicintainya yakni “Gereja” Francisco Palau diambil dari biara Karmel dan ditahbiskan menjadi seorang imam projo. Cita-cita kaul membiaranya ia pegang secara utuh, ia perkaya dengan kekuatan kharismanya yang menyebabkan cita-cita tersebut menjadi sungguh gerejawi TCAG, 1997:50-51. Suster Carmelite Missionaries sebagai satu kongregasi yang mengikrarkan ketaatan dalam hidup panggilannya, dijiwai, disemangati dan dikuatkan oleh Roh Kudus dalam memenuhi janji ketaatan pada Tuhan. Dalam hidup bersama para suster Carmelite Missionaries diharapkan untuk senantiasa terbuka dan sekaligus melibatkan Roh Kudus dalam seluruh langkah dan gerak hidup. Memberikan tempat bagi Roh Kudus dan membiarkan Roh Kudus bekerja dalam segala seluk beluk kehidupan. Dimensi Roh Kudus dari kaul ketaatan yaitu mewajibkan orang untuk melibatkan Roh Kudus yang mendorong, menjiwai dan memberi kekuatan dalam mencintai Tuhan melalui ketaatan yang diikrarkan yang membuat mereka bersatu hati konst, art. 43. Demikian hendaknya para suster Carmelite Missionaries selalu melibatkan Roh Kudus dalam setiap gerak dan langkah hidupnya, sehingga mampu hadir di tengah-tengah masyarakat sekaligus dapat membagikan buah-buah Roh Kudus itu bagi orang yang mereka jumpai dalam perutusannya. 68

d. Dimensi Gerejani

Dimensi Gerejani dari kaul ketaatan yaitu mewajibkan orang untuk sungguh-sungguh menyerahkan diri kepada kehendak Allah melalui pelayanannya terhadap Gereja. Dalam Dokumen Konsili Vatikan II tentang Pembaharuan dan Penyesuaian Hidup Religius PC 14,1 dikatakan bahwa para pemimpin hendaknya semakin erat terikat untuk melayani Gereja serta berusaha mencapai tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus Ef 4:13. Darminta 1981:76 mengatakan bahwa ketaatan yang disanggupi secara global memberikan ukuran masuknya ke dalam persatuan gerejani. Hubungan dengan Gereja berakar dalam cinta dan ketaatan AA, 12, 2. Tubuh Gereja terbentuk dan tumbuh pada setiap pelaksanaan konkret dari pelayanan. Palayanan imamat merupakan pelayanan Gereja sendiri, terdorong oleh cinta kasih, mereka dengan bijaksana merintis jalan-jalan baru untuk meningkatkan kesejahteraan Gereja dengan penuh kepercayaan mengemukakan prakarsa- prakarsa serta menekankan kebutuhan-kebutuhan umat yang dipercayakan kepada mereka. Mereka juga bersedia menjadi taat atas keputusan-keputusan yang dibuat PO, 15, 2. Ketergantungan pada otoritas itu menekankan sifat gerejani dari hidup religius, sekaligus merupakan kesanggupan khusus untuk menghayati pelayanan Gereja LG 44, 2; PC 5, 2 untuk membangun Tubuh Kristus menurut rencana Allah PC 114, 2. Ketaatan memberikan jaminan akan kerjasama dengan karya Gereja pada tempat yang dikehendaki oleh Allah dalam karya keselamatan AG 25, 2. 69 Eulogio Pacho dalam buku Terpukau Cinta Akan Gereja, mengatakan bahwa Francisco Palau mengalami suatu pengalaman rohani yang mengungkapkan misteri Gereja kepadanya sebagai kenyataan yang memberi kedamaian. Francisco Palau melihat Gereja sebagai suatu cita-cita bahkan tujuan luhur dan terakhir dari cintanya. Allah telah menunjukkan kepadanya “jalannya, langkahnya dan misinya”. Dalam hal ini Francisco Palau telah pasti untuk melaksanakan perutusannya yang baru. Visi yang dialami oleh Francisco Palau merumuskan suatu keterlibatan untuk bersedia berkotbah kepada orang-orang bahwa Gereja itu indah dan pantas dicintai tanpa tara, dan menghayati hidup Gereja ialah mematuhi dan memenuhi perintah mencintai Allah dan mencintai sesama. Francisco Palau mengatakan “Inilah perutusanku dan anda, Gereja, adalah sesama yang membentuk satu kenyataan di dalam Allah” My Relations with the Church, hal. 34. Baginya untuk melaksanakan perutusan dalam Gereja menuntut suatu pilihan dan dedikasi hidup yang penuh, sebab tidak ada orang yang dapat berkata bahwa Gereja itu indah jika ia tidak mencintai Gereja dan membuktikan cinta itu melalui pelayanan yang tanpa syarat. Cinta dan pelayan menuntut tindakkan konkret, dan kadang-kadang dengan kepahlawanan. Para suster Carmelite Missionaries ditantang untuk menghidupi kembali warisan rohani yang ditinggalkan oleh Francisco Palau. Para suster diharapkan agar dalam pelayanan kerasulan di tengah Gereja sangat diperlukan suatu sikap penyangkalan diri dan pelayanan tanpa pamrih. Dengan demikian para suster turut ambil bagian dalam kerasulan yang 70 dibutuhkan oleh Gereja sebagai bentuk penghayatannya dalam pelayanan Gereja sehari-hari.

e. Dimensi Komuniter

Dimensi komuniter dari kaul ketaatan mewajibkan orang untuk melayani semua saudara dalam Kristus, seperti Kristus sendiri demi kepatuhan-Nya terhadap Bapa Ia telah melayani saudara-saudara-Nya dan menyerahkan nyawa-Nya sebagai tebusan bagi banyak orang PC, art. 14. Ketaatan merupakan prinsip dan sumber kesatuan antara saudara-sauadara yang dipanggil oleh Allah untuk hidup dan bekerja bersama-sama. Kaum religius dalam penyerahan dirinya kepada Allah, diharapkan mampu untuk hidup bersama dan bekerjasama dengan saling melayani satu dengan yang lain. Melalui ketaatannya pada pemimpin, mereka dapat saling melayani dengan kerendahan hati yang membuahkan hasil dalam kehendak Allah yang meyelamatkan. Francisco Palau Letters, no.7: 1053-1054 dikatakan bahwa dalam hidup berkomunitas hendaknya para suster bersatu hati yang dijiwai oleh Roh yang satu dan sama Kis, 2:44-46; 4:32. Jika dalam hidup bersama para suster dijiwai oleh satu hati; yang dibangun, disemangati, dibimbing dan dipimpin oleh Roh Allah, dengan segala kelimpahan Allah akan mencurahkan rahmat- Nya atas setiap pribadi. Dengan demikian Francisco Palau menasehati para susternya agar melakukan keutamaan ketaatan dalam hidup mereka sehari- hari. 71 Dalam Konstitusi Carmelite Missionaries art. 52 dikatakan: Kita menunjukkan rasa kesatuan terhadap semua suster dengan cinta yang sama. Perhatian khusus akan diberikan kepada para suster tua dan sakit. Kita seharusnya membagikan kepada mereka mengenai kegiatan kerasulan yang kita laksanakan, supaya melalui doa-doa dan korban mereka, pelayanan kita dalam Gereja dapat menghasilkan buah berlimpah. Menurut Francisco Palau ketaatan buta berarti, menjadi rendah hati, bersikap patuh, siap sedia, gembira, sederhana, tanpa alasan, tidak membantah pada suster yang dipercayakan sebagai pemimpin. Taatilah mereka sebagaimana para suster menaati Allah, karena mereka adalah wakil Allah Lk, 10:16. Hal ini mau menyampaikan bahwa dalam hidup bersama, hendaknya para suster saling mendukung satu sama lain lewat perhatian, pelayanan, sapaan dan senyuman yang tulus kepada setiap anggota komunitas. Komunitas Carmelite Missionaries merupakan komunitas iman. Ikatan hidup komunitas yang utama adalah cinta kasih. Setiap anggota yang tinggal dalam satu komunitas tentunya membutuhkan suatu keadaan yang dapat mendukung hidupnya bagi pelayanan. letak dari bagaimana susunan anggota komunitas, diharapkan anggota satu dengan yang lain terdapat ungkapan yang saling mendukung. Dalam hidup bersama, masing-masing anggota komunitas memiliki karakter dan keunikan beraneka macam. Relasi satu dengan yang lain, tidak diandaikan mudah dibangun secara ideal. Dengan demikian, masing-masing perlu berusaha menciptakan kondisi yang sehat agar masing- masing anggota tumbuh dan berkembang. 72 Seringkali dalam sutu komunitas terasa ada persaingan antar anggota untuk berusaha mencapai yang terbaik. Situsi seperti itu perlu ditanggapi secara positif agar memperkembangkan anggota yang lain. Lewat perkataan, tindakkan dan sikap hidup terhadap anggota lain, diusahakan sedemikian rupa agar tidak mematikan perkembangan pribadi anggota komunitas lain.

f. Dimensi Apostolik

Dimensi apostolik dari kaul ketaatan mewajibkan orang selalu siap sedia untuk tugas kerasulan. Menurut Darminta 1981:77: “Kerasulan mengandaikan ketaatan, atau lebih baik, sejauh orang melaksanakan tugas perutusan dan perintah yang diterima, sejauh itu pula ketaatan dilaksanakan. Kerasulan dan ketaatan tidak dapat dipisah-pisahkan, karena kaul ketaatan secara khusus merupakan kesanggupan untuk menerima tugas kerasulan institut”. Para religius dalam ketaatannya, bersedia diutus untuk tugas yang diberikan oleh pemimpin. Berani mengucapkan kaul ketaatan berarti siap untuk menerima dan melaksanakan tugas perutusan yang diberikan oleh pemimpin dan kongregasi. Eulogio Pacho dalam buku Terpukau Cinta akan Gereja 1997: 69 menekankan bahwa dalam pelayanan kerasulan menuntut jerih payah dan sikap tanpa pamrih. Pelayanan memerlukan pengikraran diri dan kesediaan melupakan diri, supaya dengan bebas dapat memperhatikan kebutuhan- kebutuhan orang lain. Francisco Palau tidak saja menghendaki motivasi adikodrati yang dihidupkan oleh doa dan keutamaan-keutamaan rohani untuk 73 pelayanan kerasulan; ia juga menuntut pengikraran diri, kemiskinan dan matiraga. Konstitusi Carmelite Missionaries art. 96 menegaskan: Dalam setiap pekerjaan dari evengelisasi, tujuan dari kongregsai adalah menghantar orang pada suatu pengetahuan yang hidup dari misteri keselamatan, untuk membantu mereka mencapai kepenuhan hidup dalam Kristus yang datang untuk ”mewartakan Kabar Gembira, mengajarkan, menyembuhkan berbagai penyakit dan kelemahan” Mat 9:35; Lk 4:18- 19. Untuk dapat mencapai kepenuhan itu ”kita hidup oleh Gereja dan untuk Gereja”. Dengan demikian para suster Carmelite Missionaries diharapkan selalu siap sedia dalam tugas kerasulan yang dipercayakan oleh pemimpin, membagikan kepada semua orang aspirasi serta melakukan kerasulannya agar doa dan pengorbanan mereka akan menghasilkan buah berlimpah dalam pelayanannya kepada Gereja. Para suster Carmelite Missionaries hendaknya selalu bersedia untuk melupakan diri, supaya orang dengan bebas dapat memperhatikan kebutuhan- kebutuhan Gereja secara konkret. Francisco Palau tidak saja menghendaki motivasi adikodrati yang dihidupkan oleh doa dan keutamaan-keutamaan rohani dalam karya pelayanan, ia lebih menuntut pada pengingkaran diri, kemiskinan, matiraga dan ketaatan. Semua itu menjadi syarat utama untuk melestarikan bangunan kerasulannya agar tetap kokoh. Oleh sebab itu, sebagai Carmelite Missionaries perlu menyadari bahwa ia harus mampu menjadi tanda kehadiran Allah lewat tugas perutusannya. Maka ketaatan merupakan sumber efisiensi karya kerasulan, menyatukan karya dengan karya-karya orang lain berdasarkan kehendak Ilahi dan secara 74 lebih dalam membuat orang berpartisipasi pada tanggung jawab apostolik Gereja Darminta, 1987:7.

C. GAMBARAN DAN ASPEK HIDUP KOMUNITAS CARMELITE

Dokumen yang terkait

Makna pengampunan dalam hidup berkomunitas Suster-suster Cinta Kasih Santo Carolus Borromeus.

0 32 170

Pengaruh penghayatan kaul kemiskinanterhadap persaudaraan Suster-Suster Misi dan Adorasi dari Santa Familia di Indonesia.

1 14 203

Pengaruh penghayatan kaul kemiskinanterhadap persaudaraan Suster Suster Misi dan Adorasi dari Santa Familia di Indonesia

4 39 200

Peningkatan penghayatan kaul kemiskinan bagi para suster Jesus Maria Joseph dalam karya melalui katekese - USD Repository

0 0 119

UNDANGAN SPIRITUALITAS PERSEKUTUAN MENURUT DOKUMEN “BERTOLAK SEGAR DALAM KRISTUS” BAGI PENGHAYATAN CITA-CITA HIDUP KOMUNITAS KONGREGASI SUSTER FRANSISKUS MISIONARIS MARIA SKRIPSI

0 0 177

Peningkatan penghayatan spiritualitas Santa Theresia dari kanak-kanak Yesus bagi Suster Yunior Abdi Kristus melalui katekese dengan pendekatan transformasi - USD Repository

0 0 187

Usaha meningkatkan hidup komunitas suster-suster Santo Paulus dari Chartres di Rumah Sakit Suaka Insan Banjarmasin sesuai pedoman hidup suster-suster Santo Paulus dari Chartres melalui katekese Modelshared Christian Praxis - USD Repository

0 0 182

Pengampunan dan kerjasama sebagai kekuatan dalam upaya membangun hidup berkomunitas suster-suster Amalkasih Darah Mulia melalui katekese - USD Repository

0 2 176

Penghayatan spiritualitas pelayanan Santo Fransiskus Assisi untuk kesaksian hidup injili masa sekarang, para suster Kongregasi Suster Fransiskan Santa Lusia (KSFL) Pematangsiantar - USD Repository

0 1 140

Meningkatkan penghayatan spiritualitas kaul ketaatan menurut Beato Francisco Palau dalam hidup berkomunitas suster-suster Carmelite Missionaries melalui katekese - USD Repository

0 2 210