12
BAB II KAUL KETAATAN DALAM KONGREGASI CARMELITE
MISSIONARIES
Mengikatkan diri pada suatu persekutuan hidup membiara ditandai dengan kaul kemurnian, kemiskinan dan ketaatan. Suster Carmelite
Missionaries CM sebagai suatu persekutuan hidup membiara mengucapkan
tiga kaul tersebut sebagai tanda ikatan pada kongregasi. Kaul ketaatan dalam kongregasi Carmelite Missionaries akan dibahas
secara khusus dengan pokok-pokok sebagai berikut, yaitu riwayat hidup Bto. Francisco Palau, trikaul menurut pendiri, ketaatan dalam tulisan-tulisannya,
ketaatan dalam konstitusi Carmelite Missionaries sebagai pedoman hidup.
A. RIWAYAT HIDUP
1. Masa Kecil dan Remaja Francisco Palau tahun 1811-1828
Francisco Palau Y. Quer dilahirkan di Aytona, Lerida, Spanyol pada tanggal 29 Desember 1811, dari keluarga petani miskin, dan berasal dari
tradisi kristen Katolik yang saleh. Kelahirannya telah didahului oleh enam kakak laki-laki dan perempuan. Ia dibaptis tepat pada hari kelahirannya. Pada
tanggal 11 April 1817, Francisco Palau menerima sakramen krisma. Orang tuanya Jose Palau Miarnau dan Maria Antonia Queer Esteve telah
13
menanamkan sikap taat pada ajaran-ajaran kristiani dan kasih sayang dalam keluarga TCAG, 1997:7.
Ketika masih muda Francisco Palau melihat bahwa kehidupan akan semakin bertambah sulit karena gangguan-gangguan sosial-politik sebagai
akibat invansi Perancis dan perang kemerdekaan yang terus terjadi 1808- 1814. Kendatipun demikian, kehidupan rumah tangga Palau-Quer selalu
menampilkan sikap jujur, menghargai dan saling menghormati. Di dalam keluarga tumbuh kasih sayang, kekuatan kristiani dan tangguh menghadapi
tantangan. Tiada hari tanpa kegembiraan atau kedamaian yang mendalam. Keluarga Francisco Palau selalu merasa puas dengan apa yang mereka miliki.
Francisco Palau mulai belajar membaca dan menulis di negaranya. Gurunya meminta keluarga mencari pendidikan yang baik untuk diberikan kepada
Francisco Palau TCAG, 1997:7. Rupanya, penyelenggaraan Tuhan memberikan jalan. Kakaknya Rosa,
menikah dengan Ramon Benet pada tahun 1824 dan pindah ke Lerida. Di dalam keluarga Rosa, Francisco Palau diterima sehingga ia dapat melanjutkan
studinya. Francisco Palau tinggal di sana selama empat tahun.
2. Kehidupan Francisco Palau di Seminari 1828-1832
Francisco Palau merasa bahwa panggilannya yang sejati ialah mendedikasikan seluruh hidupnya bagi Tuhan dan pelayanan kepada sesama
melalui jalan imamat. Untuk itu, Francisco Palau masuk seminari pada bulan September 1828 lewat bantuan P. Juan Camps, pastor paroki di kota kecilnya.
14
Tetapi, sebelumnya Francisco Palau telah dibekali dengan pengetahuan yang cukup. Francisco Palau mulai studi di seminari-Lerida pada musim gugur
1828 hingga musim semi 1832. Ia menyelesaikan pendidikannya selama tiga tahun. Dua tahun untuk pendidikan humaniora dan filsafat, dan satu tahun
untuk pendidikan teologi. Di seminari, Francisco Palau sungguh mengalami kehidupan yang taat dan disiplin tinggi. Jadwal hariannya mendekati disiplin
militer. Ia mengerjakan tugas yang sama saja dan penuh kegiatan yang serba rutin. Studi, doa bersama, pelajaran tatap muka dan rekreasi di dalam
kelompok merupakan keseharian yang perlu ia jalankan dengan tekun dan taat TCAG, 1997:11.
Selama empat tahun di seminari ia mempunyai waktu yang cukup untuk memikirkan dan mempertimbangkan rencana-rencana hidupnya. Ia
mempergunakan waktu tersebut sebaik-baiknya dan berusaha sepenuh tenaga menemukan arah hidupnya yang perlu ia pilih secara jelas dan terwujud. Ia
menginginkan sesuatu yang dapat memenuhi keinginan dan kemampuannya mencinta. Pada tanggal 19 Desember 1829, ia menerima tonsura. Pada usia
21 tahun, Francisco Palau secara jiwani dan rohani telah cukup matang untuk membuat keputusan-keputusan kehidupan yang penuh tanggung jawab.
Francisco Palau sungguh yakin bahwa ia dipanggil untuk hidup membiara. Akhirnya ia sendiri mengakui bahwa ia masuk biara untuk mencari cinta
yang dapat dirasakan dan dapat memberi makna pada hidupnya TCAG, 1997:12.
15
3. Kehidupan Francisco Palau di Biara Karmel Tak Berkasut 1832-