143
dan tradisi kongregasi. Maka nilai-nilai yang terdapat dalam tradisi dan visi kongregasi Carmelite Missionaries sungguh menjadi milik para suster
sendiri.
e. Langkah keempat : Interpretasi Dialektis Antara Praksis dan Visi
Peserta Dengan Tradisi dan Visi Kristiani
Langkah ini mengajak peserta supaya dapat meneguhkan, mempertanyakan, memperkembangkan dan menyempurnakan pokok-pokok
penting yang telah ditemukan pada langkah pertama dan kedua dengan isi langkah ketiga. Dasar dialog mereka adalah mempertanyakan bagaimana
nilai-nilai tradisi dan visi kristiani meneguhkan, mengkritik atau mengundang kesadaran peserta untuk melangkah pada kehidupan yang baru demi
terwujudnya Kerajaan di dunia Groome, 1997:7; Sumarno Ds, 2011:21. Tujuan utama pada langkah ini yaitu memampukan peserta untuk menghayati
dan mensosialisasikan visi dan tradisi kristiani menjadi miliknya sendiri atau milik bersama. Dengan demikian peserta sampai kepada suatu perkembangan
hidup yang lebih dewasa Groom, 1997: 7. Yang didialogkan pada langkah ini yaitu perasaan, sikap, intuisi, persepsi, evaluasi dan penegasannya yang
menyatakan kebenaran, nilai serta kesadaran yang diyakini. Dalam langkah ini, pendamping berusaha menghormati kebebasan dan hasil penegasan
peserta, termasuk peserta yang menolak tafsiran pembimbing, meyakinkan peserta bahwa mereka mampu mempertemukan nilai pengalaman hidupnya
dengan visi dan tradisi kristiani Sumarno Ds, 2011:7.
144
Pada langkah ini para suster Carmelite Missionaries diajak untuk mendialogkan pengalaman yang telah disampaikan pada langkah pertama,
kedua dan ketiga supaya mampu untuk lebih menghayati dan mensosialisasikan visi dan tradisi Carmelite Missionaries tentang kaul
ketaatan sehingga itu dapat menjadi miliknya sendiri atau milik bersama. Maka para suster Carmelite Missionaries sampai kepada suatu perkembangan
hidup yang lebih matang.
f. Langkah kelima : Keterlibatan Baru Demi Makin Terwujudnya
Kerajaan Allah di Dunia
Kekhasan dalam langkah kelima ini yaitu menciptakan suatu dialog dan dinamika yang secara eksplisit mengundang peserta untuk sampai pada
keputusan baik secara pribadi maupun kolektif sebagai puncak dan hasil nyata dari model SCP. Keterlibatan baru demi makin terwujudnya Kerajaan
Allah mendorong peserta untuk sampai pada keputusan praktis yang dipahami sebagai tanggapan peserta terhadap pewahyuan Allah. Keputusan praktis
berarti peserta sampai pada suatu niat yang akan diwujudkan secara pribadi maupun bersama ke dalam suatu tindakan konkret dan mudah dijangkau
Groome, 1997:34.
Tujuan langkah kelima adalah mengajak peserta agar sampai pada keputusan praktis yang dipahami sebagai tanggapan jemaat terhadap
pewahyuan Allah yang terus berlangsung di dalam sejarah kehidupan
145
manusia dalam kontinuitasnya dengan tradisi Gereja sepanjang sejarah dan
visi kristiani Sumarno, Ds, 2011:22; Groome, 1997:34.
Tugas pendamping pada langkah ini adalah menyadari hakekat praktis, inovatif dan tranformatif dari langkah ini. Merumuskan pertanyaan
operasional, menekankan sikap optimis yang relistis pada peserta, merangkum hasil langkah pertama sampai keempat, supaya dapat lebih
membantu peserta, mengusahakan supaya peserta sampai pada keputusan pribadi dan bersama, mengajak peserta merayakan liturgi sederhana untuk
mendoakan keputusan yang telah diambil Sumarno Ds, 2011:22; Groome,
1997:34-38.
Dalam langkah ini diharapkan dapat mendukung peserta untuk keterlibatan baru dengan mengusahakan pertobatan masing-masing pribadi
sehingga setiap suster dapat menemukan aksi konkret atau niat-niat yang akan dilaksanakan dalam usaha meningkatkan penghayatan spiritualitas kaul
ketaatan dalam hidup berkomunitas.
D. USULAN PROGRAM KATEKESE
Program katekese yang diusulkan merupakan suatu usulan bagi pelaksanakan katekese dalam upaya mengusahakan pertobatan masing-
masing suster, sehingga setiap suster mampu menemukan aksi konkret serta niat-niat akan dilaksanakan dalam usaha meningkatkan penghayatan
spiritualitas kaul ketaatan menurut Beato Francisco Palau dalam hidup berkomunitas para suster Carmelite Missionaries.