57
kepada orang yang dikehendaki-Nya untuk mengikuti Yesus secara total dan menyeluruh serta melaksanakan karya perutusan Yesus di dunia. Tanggapan
terhadap panggilan Allah merupakan kehendak dan pilihan bebas dari pihak manusia.
2. Aspek-Aspek Dalam Hidup Bakti
a. Pengakuan Iman Akan Tritunggal Maha Kudus
Hidup bakti yang berakar mendalam pada teladan dan ajaran Kristus Tuhan, merupakan kurnia Allah Bapa yang istimewa kepada Gereja-Nya
melalui Roh kudus. Yesus Kristus menjalin relasi dengan para murid-Nya dan memanggil mereka bukan hanya untuk menyambut Kerajaan Allah masuk ke
dalam hidup mereka sendiri, melainkan dipanggil untuk meninggalkan dan menyerahkan diri secara utuh dalam pengikraran nasehat-nasehat Injili.
Dimensi hidup bakti terdapat dalam peristiwa transfigurasi, di mana orang- orang yang terpanggil mempercayakan diri kepada cinta kasih Allah, yang
menghendaki mereka mengabdi kepada-Nya saja. Disini dapat dilihat bahwa transfigurasi tidak hanya mewahyukan kemuliaan Kristus, melainkan juga
menyiapkan untuk menghadapi salib Kristus VC, 14, 16, 18; 2006:22-25, 28.
Peristiwa transfigurasi sebagai tanda yang sangat menentukan dalam pelayanan Yesus. Melalui tanda perwahyuan yang meneguhkan iman para
murid, Yesus hendak menyiapkan hati mereka untuk menghadapi tragedi salib sebagai lambang kemuliaan kebangkitan. Dengan mengikrarkan
nasehat-nasehat Injili mereka yang dikuduskan kepada Allah menjadikan
58
Kristus seluruh makna hidupnya dan berusaha mewujudkan dalam dirinya ”pola hidup, yang dikenakan oleh Yesus ” VC, 15; 2006:24.
b. Lambang Persaudaraan
Suatu kelompok religius dapat menemukan kekayaan hidup rohani jika para anggota komunitasnya menemukan kesatuan terus-menerus dengan Roh
dan dengan Allah. Dalam suatu persaudaraan yang dikuasai oleh Roh Kudus, para religius dapat melihat banyak aspek dari Yesus Kristus. Berdasarkan
aspek tersebut para religius menemukan kepenuhan sejati dan mengasihi satu sama lain sebagaimana adanya ditengah perbedaan dan keunikan masing-
masing Nouwen, 2003:157-158. Hidup merupakan lambang bagi persekutuam Gerejawi. Dengan hidup
sebagai murid Kristus, kaum religius menyanggupkan diri untuk melaksanakan perintah baru Tuhan, yakni saling mengasihi sebagaimana
Kristus telah mengasihinya bdk. Yoh 13:34. Terdorong oleh cinta kasih, Yesus Kristus rela menyerahkan diri-Nya bahkan sampai korban termulia di
salib. Sebagai orang yang terpanggil secara khusus, kaum religius hidup bersama dalam suatu komunitas, hendaknya menghidupi cinta kasih timbal
balik tanpa syarat, memiliki kesediaan dengan murah hati melayani sesama. Dalam hidup berkomunitas kuasa Roh Kudus berkarya dalam diri setiap
anggota, sehingga setiap anggota dapat menikmati buah-buah kurnia sesamanya, dan menjadikan miliknya sendiri VC, 42; 2006:62.
59
Hal yang mendasari persaudaraan adalah motivasi teologis serta di kukuhkan oleh pengalaman. Tugas agung hidup bakti dalam Gereja adalah
memelihara persekutuan dan mempraktekkan spiritualitas persekutuan sebagai saksi dan perancang-bangun rencana kesatuan sesuai dengan rencana
Allah. Kesadaran akan persekutuan gerejawi, yang berkembang menjadi spiritualitas persekutuan, meningkatkan cara berpikir, berbicara dan bertindak
yang menjadikan Gereja hidup semakin mendalam dan menjadi pendorong kepada iman akan Yesus Kristus VC, 47; 1996:69.
Anjuran Apostolik Paus Yohanes Paulus II VC, 72;1996:110. menjelaskan bahwa kaum religius dipanggil mengikuti Kristus secara lebih
dekat dan menjadikan Dia segalanya dalam hidup. Dengan demikian mereka dipanggil untuk membaktikan diri seutuhnya bagi ”misi”. Pembaktian diri
tersebut berdasarkan cinta kasih dan hidup persaudaraan dalam komunitas. Hidup bakti mempunyai tugas kenabian yang menampilkan rencana Ilahi bagi
umat manusia. Rencana Ilahi tersebut adalah menyelamatkan dan mendamaikan umat manusia. Untuk tugas perutusan itu para anggota hidup
bakti memerlukan pengalaman mendalam akan Allah dan meyadari tantangan-tantangan yang ada di masyarakat. Menghadapi banyaknya
masalah yang terjadi di masyarakat mereka perlu menyadari komitmen untuk tetap memelihara spiritualitas doa agar dapat menghadapi tantangan yang
muncul. Patrisius Pa 2005:36 menegaskan kaum religius dipanggil seperti nabi
dan martir zaman ini untuk membasmi segala kekerasan, penindasan,
60
kemiskinan dan ketakberdayaan serta pelbagai krisis nilai-nilai hidup yang melanda sesama di sekitarnya. Hal ini berarti hidup Yesus harus menjadi
hidup kita dan misi Yesus menjadi misi kita. Doa, cinta dan pelayanan kasih harus menjadi bagian yang utuh dalam diri kita. Dengan demikian kita diutus
untuk memberi harapan baru bagi mereka yang tertimpa kemalangan dan penderitaan.
B. SPIRITUALITAS KAUL KETAATAN
Kaul ketaatan tidak terletak dalam ketaatan pada pimpinan atau pada aturan-aturan belaka, melainkan bagaimana bersikap terhadap pemimpin dan
aturan-aturan itu sendiri atau bagaimana bersikap taat dengan bebas dan dewasa, tidak hanya asal menjadi penurut.
Menghayati ketaatan zaman sekarang ini bukan berarti tunduk dengan sikap pasif, penyesuaian diri didasarkan atas kebutuhan afektif melulu,
melainkan ketaatan itu merupakan suatu kesediaan untuk terus-menerus mengadakan pembaharuan diri dengan kemampuan untuk mendengarkan
sesama saudara dan keterbukaan terhadap tuntutan situasi serta menjawabnya, jadi tidak hanya menjawab tuntutannya sendiri. Motivasi ketaatan adalah
demi cinta kepada Tuhan. Ketaatan tidaklah menyesuaikan diri dengan aturan umum belaka, tidak hanya untuk menyenangkan orang lain, dan tidak pula
hanya untuk mencari kepuasan pribadi Darminta, 1981:73-74. Taat berarti memilih lingkungan dan memutuskan untuk hidup menurut tuntutan-
tuntutannya. Ketaatan juga merupakan pilihan pada orang-orang, aturan-