130
memberi kesaksian tentang imannya akan Kristus sebagai sumber keselamatan manusia Yosef Lalu, 2007:92.
B. PERANAN KATEKESE DALAM MENINGKATKAN
PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KAUL KETAATAN DALAM HIDUP HIDUP BERKOMUNITAS
Katekese merupakan salah satu usaha pembinaan iman yang bertujuan untuk mengarahkan setiap orang dalam mencapai kedewasaan iman, sehingga
mereka mampu memberi kesaksian imannya di tengah masyarakat. Melalui katekese setiap anggota komunitas diajak untuk semakin menghayati dan
mewujudkan persaudaraan cinta kasih yang saling menerima dan mendukung dalam hidup bersama maupun dalam pelayanan kerasulan.
Situasi zaman yang semakin modern yang tidak lagi mengenal batas ruang dan waktu yang menawarkan hal-hal yang menggiurkan sangat
mempengaruhi kaum religius secara khusus dalam penghayatan spiritualitas kaul ketaatan. Hal ini dilakukan karena baik seorang pemimpin atau anggota
sulit melepaskan keinginannya, lebih mementingkan dirinya sendiri dan mencari apa yang menyenangkan baginya. Sering terjadi dalam hidup
bersama di komunitas, ada pemimpin atau anggota yang tidak menaati peraturan atau keputusan yang disetujui bersama. Mereka lebih cenderung
mengkuti apa yang baik bagi dirinya sendiri. Dalam penggunaan alat komunikasi, handphone misalnya, telah ditetapkan bahwa setiap komunitas
131
memiliki satu atau dua handphone, namun dalam praktek ada suster secara diam-diam menggunakan handphone pribadi. Hal ini tentu melanggar kaul
ketaatan. Dalam rumah pembentukan para calon melakukan sesuatu bukan kerena didorong oleh ketaatan mereka pada kehendak Allah, melainkan
karena takut kepada pemimpin atau formator atau takut dikeluarkan dari biara.
Dalam situasi demikian, katekese diharapkan dapat berperan membantu menyadarkan semua anggota komunitas Carmelite Missionaries dalam
penghayatan spiritualitas kaul ketaatan menurut Francisco Palau yang mulai mengendor maknanya. Katekese juga membantu untuk melihat permasalahan
sekitar kaul ketaatan yang ada sehingga semua anggota disadarkan kembali akan identitasnya sebagai seorang yang berkaul ketaatan.
Francisco Palau sangat menekankan pentingnya nilai ketaatan dalam hidup berkomunitas dan bermasyarakat. Ketika Francisco Palau terpanggil
untuk melayani Gereja yang menderita akibat berbagai penyakit, ia membantu mereka malalui pelayanan exorcisme dan doa. Namun untuk
memenuhi misi tersebut Francisco Palau mengalami banyak hambatan dan kesalahpahaman secara khusus di kalangan pejabat Gereja. Francisco Palau
memilih untuk tunduk dan taat kepada pemimpin Gereja yang tidak menyetujuinya TCAG, 1997:43.
Karya evangelisasi yang dilakukan oleh Francisco Palau dalam pelayanannya kepada Gereja sebagian besar dipusatkan pada katekese.
132
Program-programnya mencakup katekese dasar atau pengajaran agama bagi anak-anak dan orang dewasa dengan aneka ragam lingkup TCAG, 1997:57.
Dengan demikian para suster Carmelite Missionaries diharapkan dapat mengungkapkan pengalaman hidupnya tentang penghayatan spiritualitas kaul
ketaatan dalam hidup sehari-hari. Pengungkapan penghayatan kaul ketaatan dapat dilakukan dengan saling peduli, saling memahami, saling percaya,
saling memberikan peluang bagi gerak hidup, saling menanggung beban dengan adanya kerelaan untuk berkorban dan berani dalam menghadapi
kesulitan. Katekese dapat membantu para suster Carmelite Missionaries
membatinkan nilai-nilai hidup komunitas. Hidup komunitas dengan nilai-nilai yang terkandung didalamnya dapat menjadi pendukung untuk masuk dan
menyatu dalam menghayati spiritualitas kaul ketaatan menurut pendiri dan menjadikan miliknya sendiri. Melalui katekese Shared Christian Praxis para
suster Carmelite Missionaries diharapkan semakin memiliki pengetahuan dan penghayatan yang benar tentang spiritualitas kaul ketaatan menurut Francisco
Palau secara khusus dalam hidup berkomunitas. Dengan demikian setiap anggota semakin menyadari dan merasakan bahwa komunitas adalah bagian
dari setiap anggota dan merupakan tanggungjawab bersama. Maka perbedaan di antara anggota dapat dihayati sebagai kekayaan yang mengembangkan satu
dengan yang lain dan menjadikan mereka untuk saling menaati satu terhadap yang lain.
133
C. PEMILIHAN SHARED CHRISTIAN PRAXIS SEBAGAI MODEL