111
suatu penyerahan diri secara total kepada Allah. Dengan mengucapkan “ya” yang sulit itu, arti ketaatan bagi para suster Carmelite Missionaries dapat
dipahami secara mendalam yakni sebagai tindakkan luhur dari kebebasan. Hal ini merupakan suatu ungkapan penyerahan diri secara total dan penuh
percaya pada Kristus, Putera Allah yang taat secara bebas kepada kehendak Bapa. Pergulatan batin dengan diam yang menyertai kesetiaan seorang
Carmelite Missionaries pada tugasnya, kadang-kadang disertai dengan
kesepian atau kesalahpahaman dari pihak orang-orang kepada siapa ia telah memberikan dirinya. Hal itu menjadi jalan pengudusan pribadi dan sarana
keselamatan karena apa yang dideritanya.
E. PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KAUL KETAATAN
MENURUT FRANCISCO PALAU DALAM HIDUP BERKOMUNITAS
Ketaatan menurut beato Francisco Palau memiliki keutamaan yang sangat besar dalam hidup sebagai seorang religius. Ketaatan sebagai jalan
yang pasti dalam mengikuti kehendak Allah. Hal ini merupakan suatu keterbukaan dan kesediaan diri dan hati untuk melaksanakan kehendak Allah
dalam hidupnya sehari-hari. Pada zaman ini, dunia membutuhkan dan mengharapkan kaum religius
yang memiliki kesederhanaan hidup, memiliki kasih kepada semua orang, lebih-lebih kepada mereka yang rendah dan miskin, memiliki ketaatan dan
kerendahan hati, sikap lepas bebas dan pengorbanan diri. Tanpa tanda kesucian
112
di atas kata-kata kita akan sulit menyentuh hati orang-orang modern, bahkan ada resiko akan menjadi sia-sia dan mandul EN, 1975:72.
Ketaatan yang dihidupi oleh Francisco Palau merupakan ketaatan yang diteladankan oleh Yesus Kristus, karena Yesus Kristus sendirilah yang telah
membebaskan dirinya dari segala kesulitan dan kekacauan yang menimpa dirinya ketika terjadi pergolakan politik di Spanyol. Yasus Kristus menghayati
ketaata-Nya ketika Ia dihadapkan pada piala yang harus Ia minum, dan membuat diri-Nya “taat sampai mati, bahkan sampai mati di salib” Flp 2:8.
Bagi Francisco Palau, irama hidup yang teratur selama studi, ketekunan melaksanakan kehidupan membiara, belajar melaksanakan pelayanan, dan doa
yang mendalam yang dialaminya di seminari, semuanya itu tidak berlangsung lama, karena gelombang revolusi menghancurkan tembok dan kehidupan
komunitas. Francisco Palau tetap tekun dan setia dalam menghidupi peraturan- peraturan hidup membiara, sekali pun ia tidak hidup dalam sebuah komunitas
karena biaranya dibakar. Pemerintah menerapkan peraturan-peraturan yang makin melawan keagamaan, para anggota biara dilarang kembali ke biara-biara
mereka dan tidak diperbolehkan untuk mengenakan pakaian biara di depan umum. Kendati demikian Francisco Palau, diberi tahu oleh para pembesarnya
bahwa para uskuplah yang menginginkannya mempersiapkan dirinya untuk tahbisan imamat. Dengan ketaatan Francisco Palau menyetujuinya TCAG,
1997:18. Francisco Palau tidak melihat ketaatan itu sebagai sesuatu yang
merendahkan, melainkan kebenaran di mana kepenuhan dirinya dibangun dan
113
diwujudkan. Dengan beriman pada Yesus Kristus ia berhasrat untuk melakukan kehendak Allah Bapa dan menjadikannya cita-cita tertinggi dalam hidupnya.
Seperti Kristus, Francisco Palau mau hidup dari kehendak Allah. Dalam meneladan Kristus dan belajar dari Dia, Francisco Palau membaktikan dirinya
kepada Allah dengan kebebasan penuh dan kepercayaan tanpa syarat meyerahkan dirinya ke dalam tangan Bapa sebagai persembahan yang
sempurna dan menyenangkan bagi-Nya bdk. Rom 12:1. Dalam melaksanakan kehendak Bapa, Francisco Palau menegaskan
kembali dalam suratnya Letters, 87, 1 bahwa ketaaatan merupakan suatu pengorbanan yang berkenan kepada Allah. Untuk mewujudkan kehendak
Allah, kita tidak tahu ke mana arah ketaatan itu akan membimbing kita. Dalam hal ini hanya Allah saja yang tahu dan Ia akan menyampaikan kepada kita
melalui suara ketaatan ke mana kita akan pergi. Maka yang ditekankan oleh Francisco Palau adalah ketaatan secara total untuk melaksanakan kehendak
Allah dalam pergulatan hidupnya sehari-hari. Para suster Carmelite Missionaries, mengikrarkan kaul ketaatan dituntut
untuk menyerahkan kehendaknya kepada Kristus. Oleh karena dalam menjalankan kaul ketaatan para suster perlu megembangkan beberapa hal,
antara lain: pertama, mengembangkan sikap pasrah sebagaimana Kristus memasrahkan kehendak-Nya kepada Allah Bapa. Melalui sikap itu, para suster
diharapkan dapat memaknai tugas yang diembankan kepadanya sebagai suatu kesempatan untuk membuka diri bagi kehendak Allah. Kedua,
mengembangkan sikap rela berkorban. Melalui sikap itu, para suster dilatih
114
untuk meninggalkan kehendaknya sendiri dan belajar untuk menerima kehendak Allah. Ketiga, mengembangkan sikap penyerahan diri secara
menyeluruh. Melalui sikap itu, para suster dimampukan untuk menjalankan segala tugas dengan penuh kerelaan hati sebab mereka tidak lagi memikirkan
diri sendiri. Motivasi ketaatan itu ialah demi cinta kepada Tuhan. Ketaatan tidaklah
menyesuaikan diri dengan aturan umum belaka, tidak pula hanya untuk menyenangkan orang lain, dan tidak hanya untuk mencari kepuasan
pribadinya. Taat berarti memilih lingkungan dan memutuskan untuk hidup menurut tuntutan-tuntutan hidupnya. Ketaatan merupakan tindakan orang yang
dewasa dan penuh kesadaran, maka dalam penghayatan kaul ketaatan menuntut suatu ketatan yang total, yaitu memberikan diri seutuhnya kepada pilihannya
itu dan melaksanakannya sebagai yang mengandung kehendaknya. Ketaatan religius berarti memberikan diri kepada kehendak Allah seutuhnya lewat
pilihan konkret hidup dengan segala konsekuensinya Darminta 1981: 74-75. Konsekuensi kaul ketaatan kita adalah bahwa kita harus terus-menerus
mengembangkan kepekaan kita terhadap situasi dan peristiwa, yang kita hadapi baik di dalam komunitas, kongregasi maupun di dalam masyarakat. Pada
dasarnya ketaatan merupakan keterbukaan kepada kehendak Allah yang disampaikan lewat situasi hidup kita Darminta 1975: 44.
Dengan kaul ketaatan suster-suster Carmelite Missionaries berkomitmen untuk menyerahkan kehendaknya kepada pemimpinnya yang dipilih sebagai
representasi Allah sendiri. Dengan ketaatan, seorang Carmelite Missionaries
115
melakukan rencana Allah baik secara individu maupun komunitas dan menghidupi persatuan doa komunitas, melaksanakan pembedaan Roh atau
discernment , serta dialog dan tanggungjawab bersama. Ketaatan perlu
dilakukan berdasarka kasih sehingga ketaatan akan membawa kedamaian dan persatuan.
Hidup komunitas selalu berusaha untuk menyadari kasih Bapa yang terdapat dalam diri setiap anggota komunitas. Berdasarkan kasih tersebut para
suster berusaha memberi kesaksian kegembiraan kepada dunia. Dengan demikian hidup komunitas menampilkan dimensi missioner yang esensial
dalam pelayanan VC, 1996:102. Orang muda jaman ini sangat kritis dengan ketidak beresan yang terjadi
dalam masyarakat termasuk dalam hidup membiara. Mereka juga menjadi kritis dalam mencermati apa yang terjadi dalam biara, terutama dalam
pelaksanaan aturan-aturan bersama atau aturan hidup berkaul. Pada jaman ini kemajuan teknologi dan kemajuan berbagai bidang kehidupan menawarkan
peralatan yang memudahkan orang untuk hidup lebih enak dan nyaman serta hidup lebih cepat. Dengan segala tawaran dan peralatan super canggih diatas,
nampak bahwa pembatasan formal dengan berbagai larangan, tidak begitu efektif bahkan suara hati dapat tidak berkembang. Dengan berbagai pengaruh
diatas diharapkan dapat menciptakan larangan lebih dari dalam diri kita sendiri. Kita diharapkan menciptakan dan menegakkan batasan dalam batin kita,
batasan dari suara hati kita sendiri Rohani, no. 05, tahun ke 55-, Mei 2008.
116
Penghayatan kaul ketatan dalam komunitas Carmelite Missionaries baik suster berkaul kekal maupun yang berkaul sementara, diharapkan bersama-
sama menaati apa yang dikehendaki Allah baginya. Jika para suster dapat menemukan pengalaman ketaatan yang bermanfaat bagi hidup dan perutusan
yang dilakukannya, mereka akan dengan mudah mensyukuri atas kaul ketaatnnya. Jika demikian, mereka akan lebih gembira dalam melaksanakan
ketaatan. Maka para suster Carmelite Missionaries akan dibantu untuk menemukan pengalaman yang indah, yang membantu dan mengembangkan
melalui ketaatan mereka pada kehendak Allah lewat seorang pemimpin.
117
BAB IV SUMBANGAN KATEKESE DALAM MENINGKATKATKAN
PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KAUL KETAATAN MENURUT BEATO FRANCISCO PALAU DALAM HIDUP BERKOMUNITAS