147
pembuatan program katekese dalam rangka peningkatan arah katekese serta
mempermudah pelaksanaan katekese Suhardiyanto, 1998:3.
3. Isi Program
Program pembinaan yang dibuat hendaknya berhubungan dengan sasarannya. Program yang dibuat hendaknya sungguh-sungguh dipikirkan
secara matang sehingga jelas arah dan tujuannya, sebuah program yang baik
perlu memperhatikan kriteria tertentu antara lain:
a. Isi program yang dibuat perlu memperhatikan minat, kemampuan,
dan kondisi peserta yang dihadapi. b.
Isi suatu program tidak hanya bersifat teoritis tetapi perlu disesuaikan dengan kehidupan nyata peserta yang dihadapi sehingga
pembinaan atau pendampingan yang dibuat itu dapat menjawab permasalahan.
c. Isi program perlu singkat, jelas dan berisi sehingga mempermudah
pemahaman peserta terhadap materi yang disajikan Maria Joâo Do Esperito Santo Vital Ximenes, 2006:96-97.
4. Usulan Program
Program yang diusulkan ini merupakan suatu alternatif pelaksanaan pembinaan bagi para suster Carmelite Missionaries dalam usaha
meningkatkan penghayatan spiritualitas kaul ketaatan menurut beato
148
Francisco Palau sebagai sarana untuk menjadi taat pada kehendak Allah
dalam hidup berkomunitas.
Berdasarkan permasalahan yang diuraikan dalam bab I, penghayatan spiritulitas kaul ketaatan yang dilaksanakan dan dihayati oleh para suster
Carmelite Missionaries mengalami pengaburan, dimana tidak semua suster
sungguh menghayati makna kaul ketaatan sebagaimana yang dihidupi dan dipraktekan oleh bapak pendiri beato Francisco Palau, OCD. Hal ini dapat
dilihat dari pengalaman hidup sebagian suster dan pengalaman penulis sendiri dalam hidup berkomunitas. Sering terjadi kesalah pahaman antara
pemimpin dan anggota, ketika diminta untuk pindah ke komunitas lain atau mendapat tugas baru. Sebagian suster mudah mengkritik pemimpin dengan
mengatakan bahwa pemimpin kurang bijaksana dan adil. Sebagian suster beranggapan bahwa kaul ketaatan dirasa sebagai beban yang mengikat,
menekan dan membuat mereka tidak bebas untuk bertindak. Dengan kata lain, mereka merasa dikekang agar tidak boleh bertindak sesukanya dan
harus menuruti kehendak pemimpin dari pada pilihan bebas yang mereka putuskan dan keinginan yang digunakan oleh kongregasi secara optimal
dalam tugas perutusan. Permasalahan lain yang menimbulkan persoalan dalam penghayatan
spiritualitas kaul ketaatan yaitu, para suster yunior yang telah mengikrarkan ketiga kaul, baik yang masih dalam tahap formasi maupun sudah berkarya
di komunitas-komunitas kerasulan menyaksikan bagaimana para suster senior menghidupi, menghayati dan memaknai kaul ketaatan. Dalam
149
kenyataan beberapa peraturan atau keputusan bersama dilanggar bahkan tidak dijalankan dengan baik oleh suster senior. Mereka merasa bahwa
sudah kaul kekal berarti boleh melakukan apa saja dengan bebas. Hal ini dapat menimbulkan sikap berani dalam diri suster yunior untuk mengkritisi
cara hidup yang tidak baik pada kehidupan suster-suster senior.
Dengan demikian untuk mengatasi kesenjangan tersebut, dalam pendidikan sangat penting dikembangkan kemampuan berdiskresi. Di mana
mereka dibantu untuk dapat melakukan diskresi secara bijak tentang kenyataan dan contoh kehidupan membiara yang kurang baik dari yang
lebih senior. Dengan menilai sendiri bahwa sesuatu hal atau sikap itu tidak baik, maka mereka diberanikan untuk tidak meniru dan mengambil sikap
positif dan baik. Dengan demikian suster yunior tidak akan mudah ikut arus yang kurang baik, sehingga mereka akan lebih berani hidup dengan
keputusan yang lebih benar, meski berbeda dengan apa yang dilakukan oleh
para seniornya.
Dalam hidup membiara, kaul kekal bukanlah tujuan akhir hidup. Banyak suster beranggapan bahwa sebelum kaul kekal orang mudah
dikeluarkan dari kongregasi, maka orang mudah menahan diri untuk tidak mengekspresikan keinginan hati mereka yang bebas. Mereka meredamnya
sampai kaul kekal. Akibatnya, mereka hidup dalam kepura-puraan. Berpura- pura baik, setia, taat, miskin dan murni, agar dinilai baik lalu kaul kekal.
Setelah kaul kekal mereka sudah aman dan tidak akan dikeluarkan dari kongregasi, sehingga hidup mereka seenaknya, hidup bebas tanpa ikatan.
150
Orang yang demikian telah melakukan perbuatan yang tidak benar, karena
ia hidup tidak jujur terhadap tarekat, pimpinan dan terhadap Tuhan sendiri.
Penghayatan spiritualitas kaul ketaatan bagi para suster Carmelite Missionaries
adalah semakin mewujudkan nilai-nilai ketaatan kepada Tuhan secara lebih sungguh-sungguh, serius dan lebih mendalam melalui
ketaatannya kepada pemimpin dan aturan-aturan yang berlaku dalam hidup berkomunitas.
Dengan demikian untuk membantu para suster agar lebih menghayati spiritualitas kaul ketaatan menurut pendiri beato Francisco Palau, penulis
menawarkan suatu program katekese dengan tema: ”Ketaatan Kristus sebagai dasar penghayatan spiritualitas kaul ketaatan menurut beato
Francosco Palau dan realisasinya dalam hidup berkomunitas suster-suster Carmelite Missionaries
”. Dengan tema itu, para suster Carmelite Missionaries
diharapkan secara serius mendalami dan mengambil maknanya untuk kehidupan konkretnya dan dikembangkan, disesuaikan dengan situasi
dan kondisi para suster. Para suster Carmelite Missionaries diharapkan juga semakin mampu memberikan dirinya secara utuh kepada Tuhan sebagai
persembahan yang tak terbagi. Program ini merupakan suatu alternatif program yang akan dilakukan
oleh para suster Carmelite Missionaries dalam bentuk rekoleksi bulanan.
Tema umum : Ketaatan Kristus sebagai dasar penghayatan spiritualitas kaul ketaatan menurut Francisco Palau dan relasinya
151
dalam hidup berkomunitas suster-suster Carmelite Missionaries
.
Tujuan : Pendamping dan peserta semakin menyadari dan menghayati spiritualitas kaul ketaatan Kristus dalam
melaksanakan kehendak Bapa, sebagai dasar kaul ketaatan, sehingga setiap suster mampu melaksanakan
kehendak Allah dengan menaati pemimpin dan sesamanya dalam hidup berkomunitas.
Tema umum di atas akan dibagi menjadi 4 empat sub tema agar dalam proses pelaksanaannya dapat berjalan dengan lebih terarah dan sesuai
dengan tujuan masing-masing tema. Keempat sub tema tersebut adalah: 1.
Sub Tema : Ketaatan Kristus sebagai teladan ketaatan Francisco
Palau untuk melaksanakan kehendak Allah. Tujuan : Membantu pendamping dan peserta agar semakin
menghayati kaul ketaatan yang diwarisi oleh beato Francisco Palau dalam mencari dan menemukan
kehendak Allah bagi dirinya, melalui pengalaman hidup konkret sehari-hari, baik di tengah masyarakat
maupun di tengah saudaranya dalam komunitas. 2.
Sub Tema : Pengosongan diri Kristus menjadi cermin pengosongan
diriku dalam ketaatan Palautian. Tujuan : Membantu pendamping dan peserta agar semakin
bersyukur atas rahmat kaul ketaatan yang diikrarkan,
152
sehingga pendamping dan peserta semakin menyadari
arti pengosongan diri Kristus dalam ketaatan Palautian.
3. Sub Tema : Komunitasku: Sebuah Sekolah Keutamaan.
Tujuaan : Membantu pendamping dan peserta agar semakin menyadari dirinya sebagai orang yang dipanggil untuk
hidup bersama dalam suatu komunitas religius, melalui pemberian dirinya secara total lewat pengikraran kaul
ketaatan serta bersedia untuk melaksanakan kehendak Bapa, dalam membangun komunitas sebagai sekolah
keutamaan. 4.
Sub Tema : Penghayatan spiritualitas kaul ketaatan beato Francisco Palau melalui keterlibatannya dalam karya misi.
Tujuan : Pendamping dan peserta semakin menyadari diri bahwa dengan kaul ketaatan yang diikrarkannya menjadi sarana
untuk membangun Kerajaan Allah di dunia, melalui tugas dan karya yang dipercayakan oleh pemimpin dan
kongregasi sehingga mampu menghadapi tantangan zaman yang terus berkembang.
153
5. Penjabaran Program