49
Dalam penyerahan diri seutuhnya kepada Tuhan, para suster CM rela melepaskan kehendak sendiri dan siap berkorban bagi semua orang yang
membutuhkan. Penyerahan diri kepada Tuhan merupakan wujud kesetiaan kita kepada-Nya. Dalam mewujudkan kesetiaan itu, tentu akan mengalami
tantangan dan kesulitan. Sering kali kita merasa kering, tak bergairah dan merasa ditinggalkan oleh Tuhan. Namun apakah kita masih mampu untuk
setia kepada Tuhan. Di sinilah kesetiaan dan ketaatan seorang Carmelite Missionaries
ditantang. Sebagai pengikut Francisco Palau yang selalu taat pada kehendak Allah, hendaknya kita pun senantiasa mencari dan
melaksanakan kehendak Allah dalam berbagai peristiwa dan pengalaman hidup kita sehari-hari.
2. Ketaatan Kepada Pemimpin
Para suster Carmelite Missionaries diarahkan pada penyerahan secara total pada kehendak Allah sebagai kurban kepada-Nya demi pelayanan
Gereja. Penyerahan kepada kehendak Allah diwujudkan melalui pemimpin sebagai wakil Allah sebagaimana ditulis dalam konstitusi art. 41b.
Hal di atas ditekankan lagi dalam konstitusi art. 43a mengatakan bahwa:
”Ketaatan dan otoritas merupakan aspek yang saling melengkapi dari keterlibatan kita dalam korban Kristus akan diri-Nya. Para suster yang
kepadanya dipercayakan dengan kekuasaan, hendaknya menguasainya dalam roh pelayanan persaudaraan di komunitas dan dengan demikian
tunjukkan kepada para suster bahwa pada setiap pribadi hendaknya setia untuk menjadi taat meskipun suatu ketika ketaatan itu sendiri menuntut
suatu pengorbanan secara nyata dari diri kita”.
50
Bagi para suster Carmelite Missionaries ketaatan merupakan ketaatan buta yang dilaksanakan dengan rendah hati, penuh kegembiraan, sederhana,
tidak menunda-nunda, tanpa alasan pribadi dan tanpa kontradiksi dengan keputusan pemimpin dan para suster lain. Para suster diajak untuk memaknai
ketaatan pada setiap orang sebagaimana mereka menaati Tuhan. Dengan demikian baik pemimpin maupun para suster lain di komunitas adalah juga
wakil Allah bagi setiap pribadi Legacy, 673: 252, CV, pelajaran. 23;51:323. Para pengikut Francisco Palau baik pada waktu itu maupun masa
sekarang hendaknya taat kepada seorang pemimpin sebagai wakil Allah yang hadir di tengah-tengah mereka. Melalui pemimpin Allah menghendaki
sesuatu yang patut ditaati oleh setiap anggotanya.
3. Ketaatan Terhadap Gerakan Roh Kudus
Ketaatan dan wewenang merupakan dua aspek yang saling melengkapi. Hidup panggilan sebagai seorang Carmelite Missionaries hendaknya turut
ambil bagian dalam penyerahan diri Kristus yang dijiwai oleh semangat pelayanan kepada komunitas dengan penuh kasih seperti Kristus mengasihi
mereka. Suster-suster CM pada gilirannya bertekun dalam ketaatan meskipun hal itu sangat menuntut suatu pengorbanan konkret.
Di dalam konstitusi CM art.43b menyatakan bahwa: ”Kita semua hendaknya menjadi taat pada Roh Kudus yang telah
menginspirasikan keduanya yakni kehendak dan tindakan dipilihnya. Para suster harus mencari kebaikan dari semua anggota komunitas dalam
ketaatan dari karisma kita. Melalui jalan ketaatan akan menguatkan kebebasasan kita. Menuntun kita pada penyerahan diri secara total dalam
kasih dan menghantar kita pada kedewasaan Kristiani”.
51
Sebagai pengikut Francisco Palau para suster CM harus taat pada gerakan Roh yang menjadi inspirator bagi kita dalam melaksanakan apa yang
menjadi kehendak Allah bagi kita. Para suster juga hendaknya selalu mencari hal-hal baik dari masing-masing anggota demi kesetiaan pada kharisma
kongregasi. Dengan cara ini ketaatan akan memperkuat kebebasan kita dan menuntun kita pada suatu penyerahan diri yang total dalam kasih dan
menghantar kita pada kedewasaan Kristiani. Ketaatan sendiri merupakan keutamaan yang harus dicapai dan
diperjuangkan oleh setiap orang, karena dengan ketaatan dapat membuat seseorang menjadi baik. Dengan demikian suster-suster CM hendaknya
memiliki kepekaan hati dan pikiran dalam mendengarkan bisikan Roh Kudus dalam hidup mereka sehari-hari. Hal itu mampu mengembangkan kepekaan
mereka terhadap gerakkan Roh Kudus dalam situasi dan peristiwa yang dihadapi baik di dalam kongregasi, komunitas maupun masyarakat. Apabila
ketaatan terhadap gerakan Roh Kudus dapat dilaksanakan dengan baik, maka ia dengan mudah dapat mendengarkan dengan penuh hormat kepada sesama.
Francisco Palau sangat konsisten dengan apa yang ia sangggupkan, dan bersikap sangat ramah dengan setiap orang. Ia sangat menjunjung tinggi
nama baik orang lain. Tetapi tidak senang dengan cercaan yang diarahkan melawan pribadi dan nama baiknya sendiri. Bila hal itu terjadi ia
menerimanya dengan tabah. Ia juga seorang yang tidak mengenal ketakutan dan gentar dalam melakukan apa saja, tetapi ia seperti kehilangan kekuatan
jika harus memperbaiki atau menegor seseorang. Ia tidak menyenangi tempat-
52
tempat umum yang tidak terhormat, namun ia menerima dan melaksanakan apa saja dengan disiplin diri yang ketat jika ketaatan atau tanda-tanda
penyelenggaraan Ilahi menuntutnya. Semuanya ia lakukan atas dasar iman yang teguh akan penyelenggaraan Ilahi. TCAG, 1997:49.
Bagi Francisco Palau ketaatan yang sejati bersumber pada ketaatan kepada Allah dan tuntunan Roh-Nya. Sebagai orang yang percaya ia selalu
taat kepada Allah, melaksanakan setiap kehendak-Nya dengan sungguh- sungguh. Oleh karena itu, ia memperoleh mukjizat, berkat dan penyertaan-
Nya.
4. Ketaatan Maria