63
3.6.2.4. Tingkat kesulitan
Tingkat kesukaran yang sudah disampaikan di bab II adalah peluang menjawab benar suatu soal pada tingkat kemampuan tertentu yang biasanya
dinyatakan dalam indeks. Indeks kesukaran soal dinyatakan dalam bentuk proporsi yang besarnya berkisar dari 0- 1. Semakin besar indeks tingkat kesukaran
yang diperoleh dari hasil perhitungan, maka semakin mudah soal itu Kusaeri, 2014: 106. Klasifikasi tingkat kesukaran soal dapa menggunakan kriteria sebaga
berikut Kusaeri Suprananto, 2012: 175: Tabel 3.9 Klasifikasi tingkat kesukaran soal
No Range tingkat kesukaran
Kategori Keputusan
1 0,71
– 1,0 Mudah
Ditolak direvisi 2
0,31 – 0,70
Sedang Diterima
3 0,0
– 0,30 Sulit
Ditolak direvisi Perhitungan tingkat kesukaran item adalah pengukuran seberapa besar
derajat kesukaran suatu item atau tes. Jika suatu item atau tes memiliki tingkat kesukaran seimbang, maka dapat dikatakan bahwa tes tersebut baik. Dengan kata
lain, suatu item atau tes hendaknya tidak terlalu sukar dan tidak terlalu mudah. Pada penelitian ini peneliti membuat produk soal pilihan ganda yang berdasarkan
Arifin, 1990: 129 ada beberapa cara perhitungan tingkat kesukaran untuk tes bentuk objektif salah satunya dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan: WL = jumlah testi yang menjawab salah dari lower group
WH = jumlah testi yang menjawab salah dari higher group nL = jumlah kelompok bawah
nH = jumlah kelompok atas PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Sebelum menggunakan rumus di atas, maka perlu menempuh dahulu langkah- langkah sebagai berikut:
1. Menyusun lembar jawaban siswa dari yang mendapat skor tertinggi sampai
mendapat skor terendah 2.
Mengambil 27 jawaban dari atas yang selanjutnya disebut kelompok atas higher group, dan 27 lembar jawaban dari bawah yang selanjutnya
disebut kelompok bawah lower gruoup. Sisa sebanyak 46 disihkan. 3.
Membuat tabel untuk mengetahui jawaban benar atau salah dari setiap siswa, baik untuk kelompok atas maupun untuk kelompok bawah. Jika
jawaban siswa benar, diberi tanda + plus; sebaliknya jika jawaban siswa salah, diberi tanda
– minus. Tingkat kesukaran pada produk tes hasil belajar yang dikembangkan oleh
peneliti yaitu 25 soal mudah, 50 soal sedang, dan 25 soal sulit. Alasan peneliti membuat penyebaran soal semacam itu agar soal yang dikembangkan bisa
benar-benar mempunyai kualitas yang baik. Misalnya saja kalau soal yang sukar lebih banyak, maka soal tersebut tidak bisa membedakan siswa yang beprestasi di
atas dengan siswa yng berprestasi di bawah. Tingkat kesukaran yang masih membutuhkan revisi maka akan dilakukan perbaikan. Tingkat kesukaran pada
analisa data pada program TAP dapat dilihat di gambar berikut: Gambar 3.7 Tingkat kesukaran pada program TAP
65
3.6.2.5. Analisis pengecoh
Hampir semua tipe soal tes hasil belajar gaya objektif menyediakan sejumlah jawaban. Jawaban-jawaban yang disediakan itu terdiri dari jawaban-
jawaban benar atau jawaban-jawaban salah. Jawaban-jawaban salah itulah yang biasanya sebagai jawaban pengecoh. Jawaban pengecoh yang baik adalah
jawaban-jawaban yang menarik para peserta tes untuk memilihnya sebagai jawaban-jawaban yang benar. Sebab itu, jawaban pengecoh harus dirumuskan
sedemikian rupa sehingga menimbulkan kesan seakan-akan jawaban pengecoh itu merupakan jawaban-jawaban benar. Jawaban pengecoh dinyatakan efektif apabila
jawaban pengecoh itu dipilih oleh lebih banyak peserta tes dalam kelompok berprestasi hasil belajar rendah dibandingkan dengan yang dari peserta tes dari
kelompok berprestasi hasil belajar tinggi Waridjan, 1991: 387. Analisis efektivitas pengecoh distractor atau analisis pola jawaban
dilakukan dengan menghitung peserta tes yang memilih tiap alternatif jawaban pada masing-masing item. Kriteria pengecoh yang baik adalah apabila pengecoh
tersebut dipilih oleh minimal 5 dari peserta tes. Misalnya peserta tes berjumlah 30 orang, maka 5 dari 30 orang siswa adalah sekitar 2 orang yang memilih
jawaban pengecoh tersebut Uno Satria K, 2012: 180. Suatu pilihan jawaban pengecoh dapat dikatakan berfungsi apabila: 1 pengecoh paling tidak dipilih
oleh 5 peserta tes atau siswa, dan 2 pengecoh lebih banyak dipilih oleh kelompok siswa yang belum memahami materi yang diujikan Kusaeri
Suprananto, 2012: 177. Berdasarkan teori para ahli di atas peneliti dapat menyimpulkan jika
jawaban pengecoh yang baik adalah jawaban yang dipilih oleh 5 dari peserta tes dalam kelompok berprestasi hasil belajar rendah. Skor 5 ini jika diubah
dalam bentuk desimal maka skornya adalah 0,05. Pengecoh dianggap baik bila jumlah peserta didik yang memilih pengecoh itu sama atau mendekati jumlah
ideal. Indeks pengecoh dihitung dengan rumus: Arifin, 2009: 357 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI