21
yaitu ukuran ekuivalen tes. Koefisien reabilitas yang tinggi menunjukkan bahwa kedua tes menghasilkan hasil yang cenderung sama. Hamzah Satria K, 2012 :
153-155.
Ketiga yaitu Metode Belah Dua Split-Half Method. Reliabilitas juga bisa
ditentukan dengan pemberian satu tes dalam sekali waktu. Tes dikenakan kepada siswa seperti biasanya, kemudian tes dibagi dua dalam pemberian skor.
Pembagian biasanya dilakukan dengan patokan nomor ganjil dan genap. Kedua skor bagian tes kemudian dikorelasikan dengan teknik korelasi product moment.
Koefisien korelasi yang diperoleh menyatakan ukuran konsistensi internal, yaitu seberapa konsisten hasil yang diperoleh dari kedua bagian tes. Apabila diperlukan
untuk memperpanjang atau memperpendek tes maka dapat digunakan Formula Spearman-Brown Hamzah Satria K, 2012 : 153-155. Pada penelitian ini
peneliti menggunakan metode belah dua Split-Half Method. Split-Half dapat dilihat pada data hasil analisis menggunakan program TAP Test Analysis
Program. Keempat yaitu Metode Kuder Richardson yang didasarkan pada kovarian
butir. Ada tiga prosedur yang dapat digunakan untuk memperoleh konsistensi internal skor tes yang diperoleh dan sampel individu pada satu kali pengetesan.
Ketiga prosedur itu dengan menggunakan formula: Kuder Richardson 20 KR- 20;
Cronbac’s Alpa; dan analisis varians Hoyt. Rumus untuk perhitungan reliabilitas menurut Kuder Richardson ini ada dua bentuk yaitu 1 KR-20 yang
digunakan untuk tes yang seluruh butir soal memilki taraf kesukaran yang sama dan 2 KR-21 yang digunakan untuk tes yang taraf kesukaran butir soalnya tidak
sama. Cronbac’s Alpa digunakan untuk menaksir konsistensi internal butir yang
diskor secara dikotomi atau butir-butir yang memiliki rentang bobot penskoran yang lebar seperti halnya tes sikap dan tes uraian. Analisis varians Hoyt
memberikan hasil identik dengan koefisien alpha Hamzah Satria K, 2012 : 153-155.
22
Berikut adalah faktor-faktor yang mempengaruhi reliabilitas menurut Hamzah Satria K 2012 : 155: secara umum jika tes semakin panjang, maka semakin
tinggi reliabilitasnya; penyebaran skor, semakin besar penyebaran skor, maka akan semakin tinggi perkiraan reliabilitasnya; kesulitan tes, umumnya tes yang
terlalu mudah atau terlalu sulit akan menyebabkan reliabilitas tes semakin rendah. Hal ini disebabkan terbatasnya penyebaran skor; objektivitas tes, tes yang
objektivitasnya tinggi memiliki reliabilitas yang lebih tinggi, karena hasil tesnya tidak dipengaruhi oleh prosedur penskoran; dan interval waktu tes, tes dengan
interval waktu yang pendek menyebabkan koefisien reliabilitas tes yang besar.
2.1.2.3. Karakter butir soal
Karakter butir soal terdapat tiga bahasan meliputi: daya pembeda; tingkat
kesukaran; dan analisis pengecoh. 1.
Daya pembeda
Daya pembeda merupakan sebuah pedoman yang ada pada sebuah tes yang mampu membedakan anatar kemampuan siswa yang pandai dan siswa yang
rendah Sulistoyowati, 2009: 177. Indeks daya pembeda item discrimination adalah indeks yang digunakan dalam membedakan antara peserta tes yang
berkemampuan tinggi dengan peserta tes yang berkemampuan rendah. Indeks daya pembeda dihitung atas dasar pembagian kelompok menjadi dua bagian, yaitu
kelompok atas yang merupakan kelompok peserta tes yang berkemampuan tinggi dengan kelompok bawah yaitu kelompok peserta tes yang berkemampuan rendah
Surapranata, 2004: 23. Daya pembeda soal adalah kemampuan sebuah soal membedakan siswa yang pandai dan kurang pandai Kusaeri, 2014: 107.
Berdasarkan para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa daya pembeda adalah sebuah pedoman pada sebuah tes yang digunakan dalam membedakan antara
peserta tes dengan kemampuan rendah dan peserta tes dengan kemampuan tinggi. 2.
Tingkat kesukaran
Pada sebuah tes disamping memenuhi validitas dan reliabilitas adalah adanya keseimbangan dari tingkat kesulitasn soal tersebut. Keseimbangan yang
dimaksudkan adalah adanya soal-soal yang termasuk mudah, sedang, dan sukar PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
secara proposional. Tingkat kesulitan bukan dilihat dari segi pandang guru sebagai pembuat soal, tetapi dari segi pandang peserta didik yang akan
mengerjakan soal tersebut. Persoalan yang penting dalam melakukan analisis tingkat kesukaran soal adalah penentuan proporsi dan kriteria soal yan termasuk
mudah, sedang, dan sukar Sulistiyowati, 2009: 174 Tingkat kesukaran soal adalah peluang menjawab benar suatu soal pada
tingkat kemampuan tertentu yang biasanya dinyatakan dalam indeks. Indeks kesukaran soal dinyatakan dalam bentuk proporsi yang besarnya berkisar dari 0-
1. Semakin besar indeks tingkat kesukaran yang diperoleh dari hasil perhitungan, maka semakin mudah soal itu Kusaeri, 2014: 106. Menurut teori klasik, tingkat
kesukaran dapat dinyatakan melalui beberapa cara diantaranya: 1 proporsi menjawab benar, 2 skala kesukaran linear, 3 indeks davis, dan 4 skala
bivariat Surapranata, 2004: 12. Surapranata, 22: 2004, menyampaikan bahwa tingkat kesulitan akan
berpengaruh pada variabilitas skor dan ketepatan membedakan antara kelompok peserta tes. Ketika seluruh soal sangat sukar, maka skor totalnya akan rendah.
Sebaliknya ketika seluruh soal sangat mudah, tentunya skor total akan tinggi. Dengan demikian skor total akan sedikit berpengaruh pada variabilitas. Nitko
dalam Kusaeri Suprananto, 2012: 175 menyampaikan tingkat kesukaran butir soal memiliki dua kegunaan, yaitu untuk guru dan untuk pengujian serta
pengajaran. Kegunaan bagi guru diantaranya: a sebagai pengenalan konsep terhadap pembelajaran ulang dan memberi masukan kepada siswa tentang hasil
belajar mereka, b tanda-tanda terhadap kelebihan dan kelemahan pada kurikulum sekolah, c memberi masukan kepada siswa, d tanda-tanda
kemungkinan adanya butir soalyang bias, e merakit tes yang memiliki ketepatan
data soal. 3.
Analisis pengecoh
Pengecoh merupakan jawaban yang tidak benar atau kurang tepat, namun memungkinkan seseorang terkecoh untuk memilihnya apabila ia tidak menguasai
materi dengan baik Kusaeri Suprananto, 2012: 107. Pengecoh atau distracters yaitu option yang tidak merupakan jawaban yang benar Arifin, 1990: 35.
24
Pengecoh atau distractor merupakan jawaban salah atau tidak tepat sehingga seorang peserta tes dapat terkecoh memilihnya Kusaeri, 2014: 70.
Berdasarkan para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pengecoh distractor adalah jawaban yang tidak benar atau kurang tepat yang dapat mengecoh peserta
didik jika tidak memahami materi dengan baik.
2.1.3. Pengembangan tes hasil belajar
Prosedur pengembangan tes hasil atau prestasi belajar ada 8 langkah yang harus ditempuh, yaitu menyusun spesifikasi tes, : Mardapi, 88-97: 2008.
2.1.3.1. Menyusun Spesifikasi Tes
Spesifikasi tes adalah langkah awal dalam mengembangkan tes yang berisi tentang uraian yang menunjukkan keseluruhan karakteristik yang harus
dimiliki suatu tes. Spesifikasi yang jelas akan mempermudah dalam menulis soal, dan siapa saja yang menulis soal akan menghasilkan tingkat kesulitan yang relatif
sama.
1. Menentukan Tujuan Tes
Menentukan tujuan tes merupakan langkah awal dar penyusunan tes. Dalam
menentukan tujuan ini bisa dilihat macam tes jika dilihat dari segi tujuannya: A.
Tes penempatan biasanya dilakukan pada awal pembelajaran. Hasil tes ini
berguna untuk mengetahui kemampuan yang telah dimiliki peserta didik. Hasil tes penempatan yang sudah ditelaah dapat mengetahui pengetahuan
pendukung, karena untuk mempelajari suatu bidang materi diperlukan
pengetahuan pendukung. B.
Tes diagnostik berguna untuk mengetahui kesulitan beajar yang dihadapi
peserta didik, termasuk kesalahan pemahaman konsep. Tes ini dilakukan apabila diperoleh informasi bahwa sebagian besar peserta didik gagal dalam
mengikuti proses-proses pembelajaran. Hasil tes ini memberikan informasi
tentang konsep-konsep yang belum dipahami dan yang telah dipahami. C.
Ters formatif mempunyai tujuan agar memperoleh masukan tentang tingkat
keberhasilan pelaksanaan proses pembelajaran. Tes ini dilakukan sepanjang periodik semester. Materi tes dipilih berdasarkan tujuan pembelajaran tiap