4.2.4.2 Analisis Data Wawancara Mahasiswa
Dalam  pengumpulan  data,  selain  wawancara  dengan  dosen  peneliti  juga mewawancarai  enam  mahasiswa.  Wawancara  ini  berfungsi  untuk  mengetahui
informasi  dan  memperoleh  konfirmasi  berdasarkan  angket  yang  sudah  diisi  dari pihak  mahasiswa  yang  kaitannya  dengan  keseluruhan  subjek  penelitian  ini.
Peneliti  melakukan  wawancara  pada  hari  Rabu,  06  Mei  2015.  Adapun  aspek- aspek wawancara yaitu faktor internal yang mempengaruhi kemampuan membaca
dan faktor eksternal yang mempengaruhi kemampuan membaca. Minat  baca  yang  mahasiswa  miliki  agar  dapat  mencapai  prestasi  yaitu
mahasiswa sadar diri akan pentingnya membaca. Membaca merupakan salah satu cara mahasiswa supaya lebih menguasai materi. Selain itu, aktivitas program studi
Pendidikan  Bahasa  Sastra  Indonesia  selalu  berhubungan  dengan  membaca sehingga  sebagai  calon  guru  bahasa  Indonesia  harus  kuat  membaca.  Kesadaran
tersebut  menimbulkan  minat  baca  supaya  saat  menjadi  guru  mampu  mentransfer ilmu kepada peserta didik.
Buku  literatur  yang  diberikan  dosen  juga  memicu  timbulnya  minat  baca mahasiswa. Setiap awal semester dua mahasiswa menyatakan bahwa mereka pergi
ke toko  buku untuk  membeli  buku liteatur  yang disarankan dosen. Apabila buku literatur  tersebut  dirasa  bermanfaat  dan  sebagai  pedoman  seorang  guru,  mereka
tidak  hanya  ingin  membaca  tetapi  berusaha  untuk  membelinya.  Satu  mahasiswa menyatakan bahwa dia tidak memiliki minat tertentu. Sedangkan tiga mahasiswa
mengaku  minat  baca  sangat  tinggi  apabila  akan  ujian,  kuis,  dan  presentasi. Adanya  tugas  merangkum  atau  membuat  sinopsis  membuat  minat  baca  mereka
meningkat,  namun  apabila  tidak  ada  tugas  minat  baca  mereka  rendah  dan tergantung dengan suasana hati.
Motivasi baca mahasiswa  berasal  dari diri sendiri  dan orang lain. Motivasi timbul  dari  diri  sendiri  karena  ingin  menguasai  materi  perkuliahan.  Keinginan
untuk  menjadi  pendidik  memotivasi  diri  untuk  terus  membaca  agar  dapat memperdalam  ilmu  yang  sudah  dimiliki.  Mahasiswa  juga  ingin  memperoleh
Indeks  Prestasi  Kumulatif  IPK  yang  tinggi  sehingga  motivasinya  untuk  belajar sangat  kuat.  Buku  yang  bagus  dan  bahasa  yang  sederhana  biasanya  membuat
mahasiswa  tertarik  untuk  membacanya.  Selain  itu,  satu  mahasiswa  mengaku bahwa  motivasi  yang  mendorongnya  untuk  terus  membaca  karena  ia  ingin
menjadi  penulis.  Kecintaanya  dalam  menulis  membuat  dirinya  selalu  ingin membaca supaya kosakatanya bertambah, menggali inspirasi, dan mempermudah
dirinya untuk mengungkapkan gagasan melalui tulisannya. Berkat suka membaca, ia dapat menulis cerpen yang sudah dimuat dalam blog. Hal ini berkaitan dengan
aspek kemampuan memproduksi. Tiga  mahasiswa  menyatakan  bahwa  mereka  termotivasi  baca  karena  orang
lain.  Adapun  motivasi  tersebut  adalah  mahasiswa  mempunyai  keinginan  untuk lebih pandai daripada teman-temannya. Mahasiswa juga merasa tidak percaya diri
apabila  teman-temannya  membicarakan  peristiwa  terbaru  sedangkan  dirinya kurang up to date sehingga harus membaca setiap hari. Motivasi baca yang paling
besar  yang  dimiliki  mahasiswa  yaitu  teringat  jerih  payah  orangtuanya  di  rumah sehingga ia harus bersungguh-sungguh dalam kuliah dan meraih IPK tinggi.
Kondisi emosi
mahasiswa mempengaruhi
kemampuan membaca
mahasiswa. Satu mahasiswa mengaku bahwa apabila ia sedang patah hati ia tidak dapat  memahami  bacaan.  Dua  mahasiswa  juga  menyampaikan  bahwa  ia  suka
membaca apabila suasana hati sedang senang dan senang mencari informasi  hal- hal  yang  terbaru.  Tetapi  satu  mahasiswa  mengaku  apabila  ia  sedang  merasa
senang  ia  tidak  suka  membaca  tetapi  apabila  tidak  ada  kerjaan  dan  bosan  ia menghibur diri dengan membaca.
Ketertarikan terhadap bacaan, lima mahasiswa mengaku lebih tertarik pada bacaan fiksi dan satu mahasiswa lebih tertarik dengan nonfiksi terkhusus tentang
Psikologi.  Satu  mahasiswa  tertarik  pada  bacaan  fiksi  terutama  komik  karena ceritanya  tentang  kehidupan  sehari-hari  dan  bergambar.  Dua  mahasiswa  tertarik
pada  fiksi  berbentuk  cerpen  karena  dapat  dibaca  sekali  langsung  selesai  dan adanya  minat  menulis  cerpen.  Tiga  mahasiswa  tertarik  pada  novel  karena  alur
cerita  membuat  penasaran.  Mahasiswa  mengaku  dengan  membaca  mereka memperoleh  manfaat  seperti  tips  memanajemen  keuangan  dari  artikel,
meningkatkan prestasi, menambah kosakata, merasa terhibur saat bosan, dan lebih mudah  menulis.  Dua  mahasiswa  mengaku  bahwa  kondisi  kesehatan  juga
mempengaruhi  kemampuan  membaca.  Apabila  sakit  mereka  tidak  mampu berkonsentrasi dan memilih untuk tidak membaca. Tetapi apabila keadaan mereka
sehat, mereka lebih cepat menangkap makna dan maksud bacaan. Salah  satu  mahasiswa  menyatakan  bahwa  dengan  kebiasaan  membaca
membuat  intelegensi  mahasiswa  meningkat.  Sebelumnya  ia  sangat  kesulitan dalam  memahami  bacaan  dan  harus  mengulang-ulang  dalam  membaca  tetapi
karena  sering  membaca,  saat  ini  ia  merasa  sudah  mampu  membaca  sekilas  dan langsung memahami isi bacaan. Gaya bahasa dan tatabahasa yang rumit dipahami
dalam  sebuah  buku  membuat  salah  satu  mahasiswa  merasa  tertantang  untuk membaca secara berulang-ulang dan mencari tahu arti kata sehingga memperoleh
maksud  penulis.  Secara  tidak  langsung  dengan  mencari  arti  kosakata  yang  sulit membuat  intelegensi  mahasiswa  meningkat.  Dari  penjelasan  di  atas  dapat
diketahui bahwa hasil wawancara ini juga sesuai dengan hasil perhitungan angket faktor internal yang mempengaruhi kemampuan membaca mahasiswa.
Adapun  faktor  eksternal  yang  mempengaruhi  kemampuan  membaca mahasiswa  adalah  latar  belakang  sosial  ekonomi  keluarga,  suasana  lingkungan,
ruangan  dan  cahaya  ruangan,  suara  suara  sekitar,  waktu,  budaya  lisan  dan kuatnya  pengaruh  media  elektronik  khususnya  menonton  televisi.  Satu
mahasiswa  mengaku  bahwa  sejak  kecil  ia  tidak  pernah  dibelikan  buku  bacaan oleh  orangtuanya,  namun  saat  kuliah  ia  mampu  membeli  buku  sendiri  dan
memiliki  stok  buku  di  kos.  Satu  mahasiswa  juga  menyisihkan  uang  setiap  awal semester untuk membeli minimal satu buku setiap mata kuliah.
Suasana  lingkungan  yang  ramai  membuat  salah  satu  mahasiswa  tidak mampu  menyerap  informasi  yang  sedang  dibacanya,  namun  satu  mahasiswa
mengaku  ia  lebih  mampu  berkonsentrasi  membaca  apabila  susana  lingkungan tidak terlalu ramai dan tidak terlalu sepi. Tiga mahasiswa mengaku bahwa cahaya
ruangan  harus  cukup,  karena  apabila  ruangan  tidak  ada  cahaya  tidak  bisa membaca dan malas membuka buku. Empat  mahasiswa mengaku bahwa mereka
tidak mampu berkonsentrasi membaca apabila suara disekitar sangat ramai tetapi
membaca  sambil  mendengarkan  musik  dengan  headset  membuat  mereka  lebih nyaman dan mempermudah dalam memahami isi bacaan.
Apabila  mahasiswa  memiliki  waktu  luang,  mereka  isi  dengan  kegiatan membaca.  Satu  mahasiswa  membaca  buku  setiap  pagi  dan  sore,  sedangkan  satu
mahasiswa  membaca  setiap  hari  sebelum  tidur.  Salah  satu  mahasiswa  mengaku bahwa  ia  lebih  suka  menonton  televisi  daripada  membaca.  Apabila  ada  film
terbaru  ia  lebih  suka  melihat  secara  visual  daripada  membaca  buku  novelnya. Namun  ada  satu  mahasiswa  yang  sadar  bahwa  televisi  akan  membuat  dirinya
malas belajar sehingga memilih tidak memiliki televisi di kos. Meskipun  media  ektronik  berupa  televisi  mempengaruhi  minat  membaca,
namun  adanya  media  elektronik  berupa  handphone  membuat  minat  baca mahasiswa meningkat. Melalui handphone mahasiswa lebih mudah untuk mencari
informasi, dapat membaca di mana pun dia berada dan kapan saja. Selain kuatnya media  elektonik  khususnya  televisi  yang  mempengaruhi  kemampuan  membaca,
salah  satu  mahasiswa  juga  mengaku  kuatnya  budaya  lisan  sangat  mempengaruhi kemampuan membaca.
Dua mahasiswa memiliki stok buku bacaan di kamar. Salah satu mahasiswa membaca  buku  sebelum  tidur  dan  biasanya  saat  terbangun  ia  membaca  secara
online. Sedangkan satu mahasiswa mengaku bahwa ia membuat pengingat di note, laptop,  dan  buku  untuk  membaca  minimal  tiga  buku    dalam  satu  minggu.  Tiga
mahasiswa  mengaku  bahwa  mereka  lebih  sering  membaca  secara  online  karena lebih praktis dan simple. Memiliki idola membuat salah satu mahasiswa mengaku
bahwa setiap hari membaca berita tentang idolanya secara online. Sedangkan satu
mahasiswa  lebih  suka  membaca  novel  asli  dari  daripada  membaca  sinopsis  atau ringkasan cerita. Berdasarkan data di atas dapa diketahui bahwa media elektronik
berupa handphone mempunyai dampak positif maupun negatif. Berdampak positif apabila  mahasiswa  selain  memanfaatkan  untuk  komunikasi  juga  sebagai  alat
untuk menambah ilmu pengetahuan. Berdampak negatif apabila handphone hanya digunakan  untuk  membaca  gosip  selebritis,  iklan,  dan  lain  sebagainya.  Dari
penjelasan di atas dapat diketahui bahwa hasil wawancara ini juga sesuai dengan hasil  perhitungan  angket  faktor  eksternal  yang  mempengaruhi  kemampuan
membaca mahasiswa.
4.2.5 Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis