f. Kemampuan Menilai
Aspek kemampuan menilai terdapat dua indikator yaitu.
Adapun hasil perhitungan aspek kemampuan m
enilai
dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 4.23 Hasil Perhitungan Aspek Kemampuan M
enilai
Aspek Indikator
Jumlah soal
No. Soal
Jumlah jawaban
betul Jumlah
jawaban salah
Kemampuan menilai
Kemampuan menilai
gagasan utama
atau keseluruhan bacaan
1 21
25 8
Kemampuan mengkritik suatu bacaan
2 29
10 23
32 14
19
Jumlah 3
3 49
50
Indikator no. 1 terdapat 21 mahasiswa mampu menjawab dengan benar untuk indikator menilai gagasan utama atau keseluruhan bacaan, sedangkan hanya
8 mahasiswa yang menjawab salah. Indikator no. 2 terdapat dua soal. Soal pertama, hanya 10 mahasiswa yang mampu menjawab benar untuk indikator
mengkritik suatu bacaan dan 23 mahasiswa menjawab salah. Hasil soal kedua juga menunjukkan kemampuan mengkritik mahasiswa rendah. Hanya terdapat 14
mahasiswa yang mampu menjawab benar, sedangkan 19 mahasiswa menjawab salah. Kesimpulan dari data tersebut adalah mahasiswa kurang mampu menilai
karena hanya sejumlah 49 49,49 mahasiswa yang mampu menjawab benar, sedangkan 50 50,50 mahasiswa menjawab salah.
g. Kemampuan Memproduksi
Aspek kemampuan memproduksi terdapat dua indikator yaitu kemampuan merumuskan, kemampuan merencanakan, dan kemampuan memproduksi
merangkum.
Adapun hasil perhitungan aspek kemampuan memproduksi dapat dilihat
pada tabel berikut ini. Tabel 4.24 Hasil Perhitungan Aspek Kemampuan M
emproduksi
Aspek Indikator
Jumlah soal
No. Soal
Jumlah jawaban
betul Jumlah
jawaban salah
Kemampuan memproduksi
Kemampuan merumuskan 1 34
9 24
Kemampuan merencanakan
1 24
11 22
Kemampuan memproduksi
merangkum 2
26 26
7 33
7 26
Jumlah 4
4 53
79
Indikator no. 1 hanya terdapat 9 mahasiswa yang mampu menjawab benar untuk indikator merumuskan, sedangkan 24 mahasiswa menjawab salah. Indikator
no. 2 terdapat 11 mahasiswa yang mampu menjawab benar untuk indikator merencanakan, sedangkan 22 mahasiswa menjawab salah. Indikator no. 3,
terdapat dua soal. Soal pertama, sejumlah 26 mahasiswa mampu menjawab benar untuk indikator memproduksi dan hanya 7 mahasiswa yang menjawab salah.
Namun hasil soal kedua berbanding terbalik, hanya terdapat 7 mahasiswa yang mampu menjawab benar dan 26 mahasiswa menjawab salah. Kesimpulannya
adalah mahasiswa kurang mampu dalam memproduksi atau merangkum karena hanya terdapat 53 40,15 mahasiswa yang mampu menjawab benar, sedangkan
79 59,85 mahasiswa menjawab salah. Berdasarkan penjelasan mengenai tujuh aspek di atas dapat disimpulkan
bahwa mahasiswa semester VI kelas A Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta hanya mampu menerapkan
konsep-konsep dan membuat kesimpulan. Mahasiswa masih banyak yang kurang
mampu dalam aspek mengenali dan mengingat, memahami isi bacaan, menganalisis, menilai, dan memproduksi. Kelima aspek tersebut merupakan
kelemaham mahasiswa sehingga dapat dikatakan mahasiswa kurang mampu dalam membaca kritis. Oleh karena itu pengembangan aspek yang akan dilakukan
dalam penelitian ini adalah kelima aspek tersebut sehingga nantinya hasil penelitian ini memberikan solusi agar mahasiswa mampu membaca kritis.
Setelah menganalisis setiap aspek, peneliti melakukan pehitungan untuk menentukan batas minimal kelulusan mahasiswa yaitu dengan menghitung
persentase. Mahasiswa dikatakan lulus apabila memperoleh nilai KKM Kategori Ketuntasan Minimal. Nilai KKM untuk membaca kritis yaitu C cukup.
Penentuan kategori dengan perhitungan persentase ini menggunakan patokan untuk skala 5 yang diadaptasi dari kategori penilaian milik Nurgiyantoro
2010:253. Adapun hasil perhitungan tes kemampuan membaca kritis dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.25 Hasil Perhitungan Tes Membaca Kritis
No. Interval Skor
F Skala
Kategori 1.
85-100 34-40
5 A
Kemampuan Membaca Kritis Sangat Tinggi
2. 75-84
30-33 4
B Kemampuan Membaca Kritis
Tingggi 3.
60-74 24-29
11 33,33
3 C
Kemampuan Membaca Kritis Cukup
4. 40-59
16-23 21
63,64 2
D Kemampuan Membaca Kritis
Kurang 5.
0-30 0-15
1 3,03
1 E
Tidak Memiliki Memampuan Membaca Kritis
Keterangan f:frekuensi :persentase.
Tabel 4.25 dapat diketahui nilai tes membaca kritis mahasiswa yang memiliki kemampuan membaca kritis tinggi adalah mahasiswa yang memperoleh
skor 30 sampai dengan 40. Dikatakan memiliki kemampuan membaca kritis tinggi apabila mahasiswa mampu mengenali dan mengingat, memahami bacaan,
menerapkan konsep, menganalisis, membuat kesimpulan, menilai, dan memproduksi.
Mahasiswa yang memiliki kemampuan membaca kritis rendah yaitu mahasiswa yang memperoleh skor kurang dari 15 sampai dengan 29. Dikatakan
memiliki kemampuan membaca kritis rendah apabila mahasiswa kurang mampu mengenali dan mengingat, tidak dapat memahami bacaan, tidak mampu
menerapkan konsep, tidak mampu menganalisis, tidak bisa membuat kesimpulan, tidak dapat menilai, dan kurang mampu memproduksi.
Terdapat sebelas mahasiswa 33,33 lulus KKM dengan skor 24-29 dikategori kemampuan membaca kritis cukup. Dikatakan kemampuan membaca
kritis mahasiswa cukup karena mampu mengartikan istilah, mampu mengingat, menentukan fakta dan opini, kurang memahami isi bacaan, mampu menerapkan
konsep, mampu menganalisis, tidak dapat membuat kesimpulan, dan mampu memproduksi.
Sejumlah 21 63,64 mahasiswa dengan skor 16-23 dikategori kemampuan membaca kritis kurang. Dikatakan kemampuan membaca kritis
mahasiswa kurang karena kurang mampu dalam mengenali dan mengingat, kurang memahami isi bacaan, kurang mampu dalam menerapkan konsep, kurang
mampu mengkritik teks, kurang mampu membuat kesimpulan dan kurang mampu memproduksi.
Satu 3,03 mahasiswa dengan skor 0-15 dikategori tidak memiliki kemampuan membaca kritis. Dikatakan tidak memiliki kemampuan membaca
kritis karena tidak dapat mengenali dan mengingat, tidak mampu memahami isi bacaan, tidak dapat menerapkan konsep, tidak dapat menganalisis bacaan, tidak
mampu membuat kesimpulan, tidak mampu menilai, dan tidak mampu memproduksi.
Berdasarkan data di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa dari 33 mahasiswa semester VI kelas A Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta tidak ada yang mempunyai kemampuan membaca kritis sangat tinggi maupun tinggi. Mahasiswa yang lulus KKM
membaca kritis berjumlah 11 mahasiswa. Nilai rata-rata mahasiswa semester VI kelas A Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia adalah 21,94. Hasil
nilai rata-rata tersebut dapat diketahui kemampuan membaca kritis mahasiswa
berada di kategori kurang. Hasil perhitungan tersebut sesuai dengan hasil
analisis data setiap aspek yang sudah dijelaskan di atas yang juga menunjukkan
kemampuan mahasiswa tergolong rendah. Hasil tes kemampuan membaca kritis ini tidak selaras dengan hasil angket faktor membaca yang berkategori tinggi.
4.2.3.2 Keterkaitan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis dengan Analisis SWOT
Tujuh aspek yang telah dianalisis menunjukkan bahwa mahasiswa hanya mampu mencapai keberhasilan pada aspek menerapkan konsep-konsep dan
membuat kesimpulan. Hal ini dapat diketahui bahwa mahasiswa tidak dapat
mencapai lima aspek membaca kritis yakni aspek mengenali dan mengingat, memahami isi bacaan, menganalisis, menilai, dan memproduksi. Oleh karena itu,
untuk mengetahui alasan mahasiswa dapat berhasil dan tidak berhasil dalam mencapai aspek membaca kritis dikaitkan dengan analisis SWOT yang berasal
dari data observasi, faktor membaca, dan wawancara. Analisis SWOT ini dapat menunjukkan kekuatan, kelemahan, ancaman, dan peluang yang dimiliki
mahasiswa. Adapun penjabarannya sebagai berikut:
a. Keterkaitan Aspek Mengenali dan Mengingat dengan Analisis SWOT