Subindikator keempat yaitu “teks yang terlau banyak kata-kata asing sering mempersulit  pemahaman  isi  bacaan”.  Terdapat  5  mahasiswa  memilih  sangat
setuju  dan  23  mahasiswa  memilih  setuju,  artinya  sejumlah  28  84,85 mahasiswa  memiliki  sikap  negatif  dan  masuk  kategori  sangat  tinggi  karena
mahasiswa  mengalami  kesulitan  dalam  memahami  isi  bacaan  apabila  menemui banyak kata asing dalam teks. Namun, 4 12,12 mahasiswa dipandang sebagai
sikap  positif  karena  mahasiswa  mudah  memahami  isi  bacaan  meskipun  teks terlalu  banyak  kata  asing.  Berdasarkan  kategori  yang  ada,  persentase  tersebut
tergolong  rendah  sekali.  Selain  itu,  terdapat  1  3,03  mahasiswa  yang  belum jelas sikapnya.
Subindikator  kelima  yaitu  “struktur  teks  yang  tidak  sistematis  sering mempersulit  pemahaman  isi  bacaan”.  Terdapat  6  mahasiswa  memilih  sangat
setuju  dan  22  mahasiswa  memilih  setuju,  artinya  sejumlah  28  84,85 mahasiswa  masuk  dalam  kategori  sangat  tinggi  namun  dipandang  sebagai  sikap
negatif  karena  mahasiswa  sering  kesulitan  dalam  memahami  isi  bacaan  saat bstruktur  teks  tidak  sistematis.  Namun,  5  15,15  mahasiswa  memilih  tidak
setuju, artinya kelima mahasiswa tersebut mampu memahami isi bacaan meskipun struktur  teks  tidak  sistematis.  Hal  tersebut  dipandang  sebagai  sikap  positif
meskipun berdasarkan kategori, persentase tergolong rendah sekali.
d. Indikator Pengaruh Budaya Lisan
Masih kuatnya pengaruh budaya lisan membuat mahasiswa  kurang mampu dalam menyerap informasi melalui membaca. Berikut ini disajikan tabel indikator
pengaruh budaya lisan.
Tabel 4.14 Indikator Pengaruh Budaya Lisan
No Subindikator
Rentangan Skor 1
TST 2
TS 3
TMP 4
S 5
SS
1 Masih  kuatnya  pengaruh  bahasa  lisan
dalam  hidup  saya,  sering  mempersulit pemahaman isi bacaan.
2 9
8 12
2
Berdasarkan  subindikator  di  atas  yaitu  “masih  kuatnya  pengaruh  bahasa lisan  dalam  hidup  mahasiswa,  sering  mempersulit  pemahaman  isi  bacaan”.
Terdapat  2  mahasiswa  memilih  sangat  setuju  dan  12  mahasiswa  setuju,  artinya sejumlah  14  42,42  mahasiswa  dipandang  sebagai  sikap  negatif  karena  masih
kuatnya  pengaruh  bahasa  lisan  dalam  hidup  mahasiswa  sehingga  mempersulit mahasiswa  dalam  memahami  isi  bacaan.  Berdasarkan  kategori  yang  ada,
persentase  tersebut  tergolong  cukup.  Namun,  9  mahasiswa  memilih  tidak  setuju dan  2  mahasiswa  memilih  sangat  tidak  setuju,  artinya  11  33,33  mahasiswa
dipandang  sebagai  sikap  positif  karena  mahasiswa  tidak  kesulitan  memahami  isi bacaan meskipun budaya lisan mahasiswa masih kuat. Persentase tersebut masuk
dalam  kategori  rendah.  Selain  itu,  terdapat  8  24,24  mahasiswa  tidak  jelas sikapnya.
e. Indikator Pengaruh Media Elektronik
Masih  kuatnya  pengaruh  media  elektronik  khususnya  televisi  juga mempengaruhi  mahasiswa  dalam  menyerap  informasi  melalui  membaca  karena
mahasiswa  terbiasa  menyimak.  Berikut  ini  disajikan  tabel  pengaruh  media elektronik khususnya televisi.
Tabel 4.15 Indikator Pengaruh Media Elektronik
No Subindikator
Rentangan Skor 1
TST 2
TS 3
TMP 4
S 5
SS
1 Jika  acara  televisi  menarik,  kegiatan
membaca saya tinggalkan terlebih dahulu untuk menonton acara televisi.
1 6
2 20
4
Berdasarkan subindikator di atas yaitu “jika acara televisi menarik, kegiatan membaca  mahasiswa  tinggalkan  terlebih  dahulu  untuk  men
onton acara televisi”. Terdapat  4  mahasiswa  memilih  sangat  setuju  dan  20  mahasiswa  memilih  setuju,
artinya  sejumlah  24  72,73  mahasiswa  dipandang  sebagai  sikap  sikap  negatif karena  mahasiswa  lebih  mengutamakan  menonton  televisi  daripada  membaca.
Berdasarkan  kategori  yang  ada,  persentase  tersebut  tergolong  tinggi.  Namun, terdapat  6  mahasiswa  memilih  pilihan  tidak  setuju  dan  1  mahasiswa  memilih
sangat tidak setuju, artinya 7 21,21 mahasiswa dipandang sebagai sikap positif karena  mahasiswa  lebih  mengutamana  membaca  daripada  menonton  televisi.
Persentase  tersebut  masuk  dalam  kategori  rendah.  Terdapat  pula  2  6,06 mahasiswa belum jelas sikapnya.
Penjelasan dari 14 tabel yang sudah disajikan oleh peneliti, dapat diketahui faktor  membaca  mahasiswa  semester  VI  kelas  A  Program  Studi  Pendidikan
Bahasa  Sastra  Indonesia  Universitas  Sanata  Dharma,  Yogyakarta.  Selanjutnya peneliti  mencari  total  skor  dengan  rumus  total  jumlah  responden  yang  memilih
T  dikali  dengan  pilihan  angka  skor  likert  Pn.  Total  skor  yang  diperoleh  dari hasil  perhitungan  faktor  membaca  adalah  11501.  Setelah  total  skor  diketahui
selanjutnya  mencari  skor  ideal  dengan  rumus  jumlah  responden  dikali  lima.
Sedangkan  skor  rendah  dengan  jumlah  responden  dikali  satu.  Jumlah  skor  ideal adalah 16665 dan jumlah skor terendah adalah 3333. Agar dapat menginterpretasi
hasil  nilai  faktor  yang  mempengaruhi  kemampuan  membaca  mahasiswa diperlukan  rumus  index    yaitu  total  skor  dibagi  skor  ideal  Y  dikali  100
Adapun  hasil  perhitungan  angket  faktor    kemampuan  membaca  yaitu 1150116665100 = 69,01.
Berdasarkan  hasil  perhitungan  di  atas  bahwa  faktor  membaca  mahasiswa semester  VI  kelas  A  Program  Studi  Pendidikan  Bahasa  Sastra  Indonesia
Universitas  Sanata  Dharma,  Yogyakarta  masuk  dalam  kategori  Tinggi.
Keseluruhan  dari  data  di  atas  dapat  disimpulkan  bahwa  semakin  tinggi  faktor yang  mempengaruhi  kemampuan  membaca  yang  dimiliki  oleh  mahasiswa
seharusnya kemampuan membaca kritis mahasiswa akan semakin tinggi pula.
4.2.2.2 Analisis SWOT
Penelitian  ini  juga  menggunakan  analisis  SWOT  Strenght,  Weakness, Opportunity,  and  Threat
untuk  mengetahui  kekuatan,  kelemahan,  peluang,  dan ancaman.  Irham    Fahmi,  2013:260  dalam  Nisak  menyatakan  bahwa  untuk
menganalisis secara lebih dalam tentang SWOT, maka perlu dilihat faktor internal dan  faktor  eksternal.  Pada  faktor  internal  membaca,  subindikator  yang  termasuk
dalam  sikap  positif  dapat  dikatakan  sebagai  kekuatan  sedangkan  sikap  negatif dapat  dikatakan sebagai  kelemahan. Selanjutnya  pada faktor  eksternal  membaca,
subindikator  yang  termasuk  dalam  sikap  positif dapat  dikatakan  sebagai  peluang
sebaliknya  sikap  negatif  dapat  dikatakan  sebagai  ancaman.  Berikut  ini  disajikan tabel analisis SWOT:
Tabel 4.16 Analisis SWOT
No SWOT
Subindikator
1 Kekuatan
Jika  diberi  tugas  membaca  oleh  dosen,  saya  berusaha menyelesaikannya tepat waktu.
2 Selama  perkuliahan,  saya  ingin  mencapai  prestasi  setinggi-
tingginya dengan cara rajin membaca. 3
Saya  membaca  bukan  karena  dorongan  orang  lain  tetapi  tumbuh dari kesadaran sendiri.
4 Saya sangat respek  kepada orang lain yang  memberi jawaban atas
suatu pertanyaan dengan menyebut sumber yang pernah dibacanya.
5 Saya ingin membaca kembali bacaan yang pernah saya baca untuk
menyegarkan ingatan. 6
Buku-buku  yang  akan  saya  baca  saya  siapkan  di  tempat  yang mudah saya jangkau.
7 Jika  perasaan  sedang  enak,  saya  mudah  sekali  memahami  isi
bacaan yang saya baca. 8
Kalau  menghadapi  ujian,  meskipun  kondisi  kesehatan  tidak  baik saya tetap membacanya.
9 Pengetahuan  atau  pengalaman  yang  sudah  saya  miliki  berperan
besar untuk membantu mempermudah pemahaman isi bacaan yang saya baca.
10 Sambil membaca, saya membuat ringkasan isi bacaan.
11 Agar memahami isi bacaan, saya merumuskan dengan bahasa saya
sendiri. 12
Untuk mempermudah memahami isi bacaan, saya membuat skema gagasan setiap kali membaca.
13 Melalui  membaca,  saya  mampu  berpikir  lebih  kritis  ketika
memberi tanggapan terhadap pendapat orang lain. 14
Dengan  memahami  berbagai  teknik  membaca,  ternyata  sangat membantu mempermudah memahami isi bacaan.
15 Meskipun  tidak  berkaitaan  dengan  bidang  yang  saya  pelajari,  jika
bacaan itu menarik, saya membacanya. 16
Saya  membaca  bacaan  yang  bermanfaat  secara  langsung  dan mendukung perkuliahan saya.
17 Tingkat  intelegensi  tidak  begitu  penting,  jika  tekun  dan  rajin
membaca pasti dapat memahami isi bacaan. 18
Sesulit apapun isi dalam bacaan, jika berkaitan dengan bidang ilmu yang saya pelajari, saya akan berusaha sampai dapat memahami isi
bacaan.
1
Kelemahan Target  membaca  yang  saya    inginkan  tidak  pernah  saya  tentukan
ketika membaca. 2
Jika  akan  menempuh  ujian  tengah  semester  atau  akhir  semester, dorongan membaca saya sangat kuat.
3 Dalam  keseharian,  dorongan  membaca  saya  hanya  tertuju  pada
bacaan-bacaan hiburan. 4
Saya tidak membawa bahan bacaan kemana pun pergi. 5
Jika  teman  memiliki  buku  baru,  saya  tidak  berusaha  untuk memilikinya agar dapat membaca setiap saat.
6 Saya tidak memiliki kecenderungan untuk membaca setiap hari.
7 Saya tidak menyusun jadwal teratur untuk membaca setiap hari.
8 Jika kondisi perasaan sedang galau, saya sulit sekali memahami isi
bacaan yang saya baca. 9
Jika  kondisi  kesehatan  tidak  baik,  saya  sulit  berkonsentrasi  dalam membaca.
10 Untuk  memahami  isi  bacaan,  saya  tidak  membuat  pertanyaan
berdasarkan isi bacaan yang saya baca. 11
Agar    memahami  isi  bacaan,  saya  cukup  mengingat-ingat  isinya saja.
12 Jika ada pendapat ahli yang dikutip dalam suatu artikel, buku, atau
hasil penelitian, saya tidak ingin melacak sumber aslinya agar dapat memahami secara lebih komprehensif.
13 Saya  hanya  membaca  jenis  bacaan  yang  saya  anggap  menarik
untuk dibaca. 14
Kebutuhan  hidup  yang  berhubungaan  dengan  ilmu  pengetahuan tidak selalu dapat dipenuhi hanya melalui membaca.
15 Meskipun  berkaitan  dengan  bidang  ilmu  yang  saya  pelajari,
kadang-kadang  saya  mengalami  kesulitan  untuk  memahami  isi bacaan.
16 Bacaan  yang  tidak  berkaitan  dengan  bidang  yang  saya  pelajari,
saya sering mengalami kesulitan untuk memahami isinya.
1 Peluang
Karena  penghasilan  orang  tua    terbatas,  bacaan  yang  sebenarnya saya butuhkan tidak saya peroleh dengan mudah.
2 Saya  merasa  gelisah  di  saat  ingin  membaca  tetapi  tidak  tersedia
bahan bacaan
3 Lingkungan  rumah  tangga  saya  atau  tempat  saya  tinggal  sangat
nyaman untuk membaca. 4
Saya ke perpustakaan untuk membaca jika ada masalah yang perlu diselesaikan.
1 Ancaman
Saya pernah mengalami kesulitan untuk memperoleh bahan bacaan yang saya butuhkan.
2 Jadwal  membaca  saya  sering  terganggu,  jika  tiba-tiba  ada  orang
yang datang bertamu.
3 Ketika membaca, kesulitan yang saya hadapi adalah kata-kata yang
tidak saya ketahui artinya.
4 Kalimat  yang  terlalu  panjang  mempersulit  saya  untuk  memahami
isi bacaan.
5 Tingkat  keterbacaan  yang  terlalu  sulit  sering  menghambat
pemahaman isi bacaan.
6 Teks  yang  terlau  banyak  kata-kata  asing  sering  mempersulit
pemahaman isi bacaan.
7 Struktur teks yang tidak sistematis sering mempersulit pemahaman
isi bacaan. 8
Masih  kuatnya  pengaruh  bahasa  lisan  dalam  hidup  saya,  sering mempersulit pemahaman isi bacaan.
9 Jika  acara  televisi  menarik,  kegiatan  membaca  saya  tinggalkan
terlebih dahulu untuk menonton acara televisi.
Berdasarkan  tabel  di  atas  diketahui  18  subindikator  kekuatan  yaitu mahasiswa  berusaha  menyelesaikan  tugas  tepat  waktu,  ingin  mencapai  prestasi
yang  tinggi,  kesadaran  diri  untuk  membaca,  respek  kepada  orang  yang  memberi jawaban dengan menyebutkan sumber, membaca lagi untuk menyegarkan ingatan,
menyiapkan buku-buku yang mudah dijangkau, mudah memahami isi bacaan saat kondisi perasaan sedang enak, tetap membaca meskipun sakit, memiliki berbagai
pengalaman  dan  pengetahuan  dari  membaca,  sambil  membaca  membuat ringkasan,  setelah  membaca  merumuskan  gagasan  dengan  bahasa  sendiri,
membuat  skema  gagasan  setiap  kali  membaca,  mampu  berpikir  kritis  saat memberi  tanggapan,  tekun  membaca,  dan  berusaha  memahami  isi  bacaan
meskipun isi bacaan sangat sulit. Mahasiswa  memiliki  16  subindikator  kelemahan  yaitu  tidak  pernah
membuat target saat membaca, dorongan membaca sangat tinggi hanya saat akan ujian,  hanya  membaca  bacaan  yang  bersifat  hiburan,  tidak  membawa  bahan
bacaan  saat  bepergian,  tidak  merasa  ingin  memiliki  buku  baru  jika  teman
memiliki  buku  baru,  tidak  memiliki  minat  untuk  membaca  setiap  hari,  tidak memyusun  jadwal  teratur  untuk  membaca,  saat  galau  mahasiswa  kesulitan
memahami isi bacaan, saat kondisi kesehatan tidak baik mahasiswa juga kesulitan memahami isi bacaan, tidak membuat daftar pertanyaan sebelum membaca, hanya
mengingat-ingat  isi  bacaan  untuk  memahami  isi  bacaan,  tidak  ada  rasa  ingin melacak sumber asli setiap ada pendapat para ahli dalam suatu artikel atau jurnal,
hanya membaca jenis bacaan yang dianggap menarik, mahasiswa tidak menyadari bahwa  memca  dapa  memenuhi  kebutuhan  hidup,  sering  kseulitan  dalam
memahami  isi  bacaan  meskipun  berkaitan  dengan  bidang  yang  dipelajari,  dan kesulitan  dalam  memahami  isi  bacaan  yang  tidak  sesuai  dengan  bidang  yang
dipelajari. Adapun  peluang  yang  dimiliki  mahasiswa  yaitu  meskipun  orangtuanya
berpengahasilan  terbatas,  tetapi  mahasiswa  mampu  memperoleh  bacaan  dengan mudah, merasa gelisah jika tidak ada bahan bacaan di rumah, lingkungan tempat
tinggal  mahasiswa  sangat  nyaman  untuk  membaca,  dan  pergi  ke  perpustakaan untuk menyelesaikan masalah.
Selain  terdapat  peluang,  mahasiswa  juga  memiliki  ancaman  yaitu mahasiswa  kesulitan  memperoleh  bahan  bacaan  yang  dibutuhkan,  jadwal
membaca  sering  terganggu  saat  ada  tamu,  kesulitan  memahami  isi  bacaan  jika menemukan  kata-kata  yang  tidak  diketahui  artinya,  kesulitan  memahami  isi
bacaan  karena  kalimat  terlalu  panjang,  tingkat  keterbacaan  yang  terlalu  sulit, terlalu banyak kata-kata asing dalam teks dan struktur yang tidak sitematis, masih
kuatnya  pengaruh  budaya  lisan  dalam  hidup  mahasiswa  dan  kuatnya  pengaruh televisi.
4.2.3  Analisis  Hasil  Tes  Kemampuan  Membaca  Kritis  dan  Keterkaitannya dengan Analisis SWOT
Kemampuan  membaca  kritis  mahasiswa  diukur  dengan  memberikan  tes objektif  yang  berupa  tes  pilihan  ganda.  Tes  ini  untuk  mengukur  tingkat
pemahaman  isi  bacaan  dan  berpikir  kritis  mahasiswa.  Jumlah  soal  tes  membaca kritis terdiri atas 40 butir soal. Butir soal dibuat dari potongan artikel dan dibatasi
khusus untuk teks nonfiksi. Dari setiap pertanyaan diharapkan mahasiswa mampu memilih satu jawaban benar dari lima pilihan yang sudah disediakan.
Agar  dapat  mengetahui  hasil  tes  kemampuan  membaca  kritis,  peneliti melakukan penilaian tes dengan cara jawaban benar akan diberi skor 1 dan salah
diberi  skor  0.  Jumlah  benar  dalam  satu  tes  setiap  mahasiswa  menjadi  nilai keseluruhan.  Setelah  mengetahui  nilai  masing-masing  mahasiswa  lalu  mencari
rata-rata nilai mahasiswa dengan rumus:
Berdasarkan  rumus  diatas  diketahui  rata-rata  nilai  mahasiswa  semester  VI kelas A Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia adalah 21,94.
Setelah mengetahui  nilai  rata-rata  mahasiswa,  peneliti  melakukan  perhitungan  indek
Keterangan:      X = rata-rata
Ʃx =  jumlah seluruh skor mahasiswa
N = jumlah mahasiwa
tingkat  kesulitan  ITK  butir  soal  dengan  rumus  jawaban  benar  dibagi  jumlah responden.  Tujuan  perhitungan  ITK  ini  yaitu  untuk  mengetahui  layak  atau  tidak
layak butir soal.  Menurut Oller dalam Nurgiyantoro, 2012:195 Semua butir soal dinyatakan  layak  jika  indek  tingkat  kesulitannya  berkisar  antara  0,15  sampai
dengan  0,85.  Namun,  rentangan  interval  tersebut  masih  terlalu  luas,  indeks  0,15 dan  0,85  masih  terlihat  ekstrem  sulit  dan  mudah.  Maka,  ITK  yang  dapat
ditoleransi  adalah  berkisar  0,20-0,80.  ITK  0,20-40  adalah  butir  soal  yang berkategori sulit, 0,40-0,60 berkategori sedang, dan 0,61-0,80 berkategori mudah.
Berikut disajikan hasil perhitungan indek tingkat kesulitan butir soal. Tabel 4.17 Hasil Perhitungan Indeks Tingkat Kesulitan Butir Soal
No.  Kategori Predikat
No Butir Soal 1.
Sulit Layak
1, 4, 5, 11, 12, 14, 24, 29, 31, 33, 34, 36, 38, 40. 2.
Sedang Layak
15, 27, 28, 32. 3.
Mudah Layak
3, 6, 7, 8, 10, 21, 25, 26, 30, 35, 37, 39.
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui dari 40 butir soal terdapat 30 butir soal terdapat 14 butir soal layak berkategori sulit, 4 butir soal berkategori sedang,
dan    12  butir  soal  berkategori  mudah.  Tabel  di  atas  tidak  dipaparkan  butir  soal dengan predikat tidak layak karena penelitian ini menggunakan uji coba terpakai.
Jadi butir soal yang tidak layak tidak dicantumkan dalam tabel di atas.
4.2.3.1 Analisis Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis
Setelah  diketahui  indek  tingkat  kesulitan  butir  soal,  tes  kemampuan membaca  kritis  berjumlah  30  soal  pertanyaan.  Selanjutnya  peneliti  melakukan
penilaian  setiap  aspek  membaca  kritis  dengan  rumus  jumlah  butir  soal  dikali
dengan  jumlah  responden.  Adapun  hasil  tes  membaca  kritis  setiap  aspek  dapat dilihat pada diagram di bawah ini.
Grafik 4.1 Tes Membaca Kritis Setiap Aspek Grafik batang di atas menjelaskan tentang tujuh aspek yang terdapat dalam
tes  kemampuan  membaca  kritis  yaitu  kemampuan  mengenali  dan  mengingat, memahami  isi  bacaan,  menerapkan  konsep-konsep,  menganalisis,  membuat
kesimpulan,  menilai,  dan  memproduksi.  Melalui  grafik  tersebut  juga  dapat diketahui jumlah mahasiswa yang dapat menjawab benar dalam setiap aspek.
Berikut  ini  akan  dijelaskan  lebih  lanjut  mengenai  analisis  hasil  perhitungan membaca kritis setiap aspek:
a. Kemampuan Mengenal dan Mengingat
Aspek kemampuan mengenal dan mengingat terdapat empat indikator yaitu kemampuan mengidentifikasi ide pokokgagasan utaman, kemampuan mengingat,
20 40
60 80
100 120
140 160
64 160
93 23
37 49
53
Sk o
r
Perhitungan Tes Membaca Kritis Setiap Aspek
Aspek 7 Aspek 6
Aspek 5 Aspek 4
Aspek 3 Aspek 2
Aspek 1
kemampuan  mengenali  fakta-fakta  dalam  bacaan,  dan  kemampuan  mengenali opini  dalam  bacaan.  Adapun  hasil  perhitungan  aspek  kemampuan  mengenal  dan
mengingat dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 4.18 Hasil Perhitungan Aspek Kemampuan Mengenal dan Mengingat
Aspek Indikator
Jumlah soal
No. Soal
Jumlah jawaban
betul Jumlah
jawaban salah
Kemampua n
mengenali dan
mengingat Kemampuan
mengidentifikasi ide
pokokgagasan utama 1
1 11
22 Kemampuan mengingat
1 6
23 10
Kemampuan mengenali
fakta-fakta dalam bacaan 1
3 22
11 Kemampuan
mengenali opini dalam bacaan
1 4
8 25
Jumlah 4
4 64
68
Berdasarkan  indikator  no.  1  sejumlah  11  mahasiswa  mampu  menjawab benar untuk indikator
mengidentifikasi ide pokokgagasan utama, sedangkan sejumlah 22  mahasiswa  menjawab  salah.
Indikator  no.  2  terdapat  23  mahasiswa  mampu menjawab benar untuk indikator mengingat, tetapi 10 mahasiswa menjawab salah.
Indikator  no.  3  terdapat  22  mahasiswa  mampu  menjawab  benar  untuk  indikator
mengenali fakta-fakta dalam bacaan, sedangkan 11 mahasiswa menjawab salah. Indikator yang  terakhir  yaitu  sejumlah  8  mahasiswa  mampu  menjawab  benar  untuk  indikator
mengenali opini dalam bacaan, sedangkan 25 mahasiswa menjawab salah.
Kesimpulan  dari  penjelasan  di  atas  yaitu  mahasiswa  kurang  mampu  dalam mengenali dan mengingat karena mahasiswa yang mampu menjawab benar hanya
sejumlah 64 48,48, sedangkan 68 51,52 mahasiswa menjawab salah.
b. Kemampuan Memahami Bacaan