Subindikator keempat yaitu “teks yang terlau banyak kata-kata asing sering mempersulit pemahaman isi bacaan”. Terdapat 5 mahasiswa memilih sangat
setuju dan 23 mahasiswa memilih setuju, artinya sejumlah 28 84,85 mahasiswa memiliki sikap negatif dan masuk kategori sangat tinggi karena
mahasiswa mengalami kesulitan dalam memahami isi bacaan apabila menemui banyak kata asing dalam teks. Namun, 4 12,12 mahasiswa dipandang sebagai
sikap positif karena mahasiswa mudah memahami isi bacaan meskipun teks terlalu banyak kata asing. Berdasarkan kategori yang ada, persentase tersebut
tergolong rendah sekali. Selain itu, terdapat 1 3,03 mahasiswa yang belum jelas sikapnya.
Subindikator kelima yaitu “struktur teks yang tidak sistematis sering mempersulit pemahaman isi bacaan”. Terdapat 6 mahasiswa memilih sangat
setuju dan 22 mahasiswa memilih setuju, artinya sejumlah 28 84,85 mahasiswa masuk dalam kategori sangat tinggi namun dipandang sebagai sikap
negatif karena mahasiswa sering kesulitan dalam memahami isi bacaan saat bstruktur teks tidak sistematis. Namun, 5 15,15 mahasiswa memilih tidak
setuju, artinya kelima mahasiswa tersebut mampu memahami isi bacaan meskipun struktur teks tidak sistematis. Hal tersebut dipandang sebagai sikap positif
meskipun berdasarkan kategori, persentase tergolong rendah sekali.
d. Indikator Pengaruh Budaya Lisan
Masih kuatnya pengaruh budaya lisan membuat mahasiswa kurang mampu dalam menyerap informasi melalui membaca. Berikut ini disajikan tabel indikator
pengaruh budaya lisan.
Tabel 4.14 Indikator Pengaruh Budaya Lisan
No Subindikator
Rentangan Skor 1
TST 2
TS 3
TMP 4
S 5
SS
1 Masih kuatnya pengaruh bahasa lisan
dalam hidup saya, sering mempersulit pemahaman isi bacaan.
2 9
8 12
2
Berdasarkan subindikator di atas yaitu “masih kuatnya pengaruh bahasa lisan dalam hidup mahasiswa, sering mempersulit pemahaman isi bacaan”.
Terdapat 2 mahasiswa memilih sangat setuju dan 12 mahasiswa setuju, artinya sejumlah 14 42,42 mahasiswa dipandang sebagai sikap negatif karena masih
kuatnya pengaruh bahasa lisan dalam hidup mahasiswa sehingga mempersulit mahasiswa dalam memahami isi bacaan. Berdasarkan kategori yang ada,
persentase tersebut tergolong cukup. Namun, 9 mahasiswa memilih tidak setuju dan 2 mahasiswa memilih sangat tidak setuju, artinya 11 33,33 mahasiswa
dipandang sebagai sikap positif karena mahasiswa tidak kesulitan memahami isi bacaan meskipun budaya lisan mahasiswa masih kuat. Persentase tersebut masuk
dalam kategori rendah. Selain itu, terdapat 8 24,24 mahasiswa tidak jelas sikapnya.
e. Indikator Pengaruh Media Elektronik
Masih kuatnya pengaruh media elektronik khususnya televisi juga mempengaruhi mahasiswa dalam menyerap informasi melalui membaca karena
mahasiswa terbiasa menyimak. Berikut ini disajikan tabel pengaruh media elektronik khususnya televisi.
Tabel 4.15 Indikator Pengaruh Media Elektronik
No Subindikator
Rentangan Skor 1
TST 2
TS 3
TMP 4
S 5
SS
1 Jika acara televisi menarik, kegiatan
membaca saya tinggalkan terlebih dahulu untuk menonton acara televisi.
1 6
2 20
4
Berdasarkan subindikator di atas yaitu “jika acara televisi menarik, kegiatan membaca mahasiswa tinggalkan terlebih dahulu untuk men
onton acara televisi”. Terdapat 4 mahasiswa memilih sangat setuju dan 20 mahasiswa memilih setuju,
artinya sejumlah 24 72,73 mahasiswa dipandang sebagai sikap sikap negatif karena mahasiswa lebih mengutamakan menonton televisi daripada membaca.
Berdasarkan kategori yang ada, persentase tersebut tergolong tinggi. Namun, terdapat 6 mahasiswa memilih pilihan tidak setuju dan 1 mahasiswa memilih
sangat tidak setuju, artinya 7 21,21 mahasiswa dipandang sebagai sikap positif karena mahasiswa lebih mengutamana membaca daripada menonton televisi.
Persentase tersebut masuk dalam kategori rendah. Terdapat pula 2 6,06 mahasiswa belum jelas sikapnya.
Penjelasan dari 14 tabel yang sudah disajikan oleh peneliti, dapat diketahui faktor membaca mahasiswa semester VI kelas A Program Studi Pendidikan
Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Selanjutnya peneliti mencari total skor dengan rumus total jumlah responden yang memilih
T dikali dengan pilihan angka skor likert Pn. Total skor yang diperoleh dari hasil perhitungan faktor membaca adalah 11501. Setelah total skor diketahui
selanjutnya mencari skor ideal dengan rumus jumlah responden dikali lima.
Sedangkan skor rendah dengan jumlah responden dikali satu. Jumlah skor ideal adalah 16665 dan jumlah skor terendah adalah 3333. Agar dapat menginterpretasi
hasil nilai faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca mahasiswa diperlukan rumus index yaitu total skor dibagi skor ideal Y dikali 100
Adapun hasil perhitungan angket faktor kemampuan membaca yaitu 1150116665100 = 69,01.
Berdasarkan hasil perhitungan di atas bahwa faktor membaca mahasiswa semester VI kelas A Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta masuk dalam kategori Tinggi.
Keseluruhan dari data di atas dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca yang dimiliki oleh mahasiswa
seharusnya kemampuan membaca kritis mahasiswa akan semakin tinggi pula.
4.2.2.2 Analisis SWOT
Penelitian ini juga menggunakan analisis SWOT Strenght, Weakness, Opportunity, and Threat
untuk mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman. Irham Fahmi, 2013:260 dalam Nisak menyatakan bahwa untuk
menganalisis secara lebih dalam tentang SWOT, maka perlu dilihat faktor internal dan faktor eksternal. Pada faktor internal membaca, subindikator yang termasuk
dalam sikap positif dapat dikatakan sebagai kekuatan sedangkan sikap negatif dapat dikatakan sebagai kelemahan. Selanjutnya pada faktor eksternal membaca,
subindikator yang termasuk dalam sikap positif dapat dikatakan sebagai peluang
sebaliknya sikap negatif dapat dikatakan sebagai ancaman. Berikut ini disajikan tabel analisis SWOT:
Tabel 4.16 Analisis SWOT
No SWOT
Subindikator
1 Kekuatan
Jika diberi tugas membaca oleh dosen, saya berusaha menyelesaikannya tepat waktu.
2 Selama perkuliahan, saya ingin mencapai prestasi setinggi-
tingginya dengan cara rajin membaca. 3
Saya membaca bukan karena dorongan orang lain tetapi tumbuh dari kesadaran sendiri.
4 Saya sangat respek kepada orang lain yang memberi jawaban atas
suatu pertanyaan dengan menyebut sumber yang pernah dibacanya.
5 Saya ingin membaca kembali bacaan yang pernah saya baca untuk
menyegarkan ingatan. 6
Buku-buku yang akan saya baca saya siapkan di tempat yang mudah saya jangkau.
7 Jika perasaan sedang enak, saya mudah sekali memahami isi
bacaan yang saya baca. 8
Kalau menghadapi ujian, meskipun kondisi kesehatan tidak baik saya tetap membacanya.
9 Pengetahuan atau pengalaman yang sudah saya miliki berperan
besar untuk membantu mempermudah pemahaman isi bacaan yang saya baca.
10 Sambil membaca, saya membuat ringkasan isi bacaan.
11 Agar memahami isi bacaan, saya merumuskan dengan bahasa saya
sendiri. 12
Untuk mempermudah memahami isi bacaan, saya membuat skema gagasan setiap kali membaca.
13 Melalui membaca, saya mampu berpikir lebih kritis ketika
memberi tanggapan terhadap pendapat orang lain. 14
Dengan memahami berbagai teknik membaca, ternyata sangat membantu mempermudah memahami isi bacaan.
15 Meskipun tidak berkaitaan dengan bidang yang saya pelajari, jika
bacaan itu menarik, saya membacanya. 16
Saya membaca bacaan yang bermanfaat secara langsung dan mendukung perkuliahan saya.
17 Tingkat intelegensi tidak begitu penting, jika tekun dan rajin
membaca pasti dapat memahami isi bacaan. 18
Sesulit apapun isi dalam bacaan, jika berkaitan dengan bidang ilmu yang saya pelajari, saya akan berusaha sampai dapat memahami isi
bacaan.
1
Kelemahan Target membaca yang saya inginkan tidak pernah saya tentukan
ketika membaca. 2
Jika akan menempuh ujian tengah semester atau akhir semester, dorongan membaca saya sangat kuat.
3 Dalam keseharian, dorongan membaca saya hanya tertuju pada
bacaan-bacaan hiburan. 4
Saya tidak membawa bahan bacaan kemana pun pergi. 5
Jika teman memiliki buku baru, saya tidak berusaha untuk memilikinya agar dapat membaca setiap saat.
6 Saya tidak memiliki kecenderungan untuk membaca setiap hari.
7 Saya tidak menyusun jadwal teratur untuk membaca setiap hari.
8 Jika kondisi perasaan sedang galau, saya sulit sekali memahami isi
bacaan yang saya baca. 9
Jika kondisi kesehatan tidak baik, saya sulit berkonsentrasi dalam membaca.
10 Untuk memahami isi bacaan, saya tidak membuat pertanyaan
berdasarkan isi bacaan yang saya baca. 11
Agar memahami isi bacaan, saya cukup mengingat-ingat isinya saja.
12 Jika ada pendapat ahli yang dikutip dalam suatu artikel, buku, atau
hasil penelitian, saya tidak ingin melacak sumber aslinya agar dapat memahami secara lebih komprehensif.
13 Saya hanya membaca jenis bacaan yang saya anggap menarik
untuk dibaca. 14
Kebutuhan hidup yang berhubungaan dengan ilmu pengetahuan tidak selalu dapat dipenuhi hanya melalui membaca.
15 Meskipun berkaitan dengan bidang ilmu yang saya pelajari,
kadang-kadang saya mengalami kesulitan untuk memahami isi bacaan.
16 Bacaan yang tidak berkaitan dengan bidang yang saya pelajari,
saya sering mengalami kesulitan untuk memahami isinya.
1 Peluang
Karena penghasilan orang tua terbatas, bacaan yang sebenarnya saya butuhkan tidak saya peroleh dengan mudah.
2 Saya merasa gelisah di saat ingin membaca tetapi tidak tersedia
bahan bacaan
3 Lingkungan rumah tangga saya atau tempat saya tinggal sangat
nyaman untuk membaca. 4
Saya ke perpustakaan untuk membaca jika ada masalah yang perlu diselesaikan.
1 Ancaman
Saya pernah mengalami kesulitan untuk memperoleh bahan bacaan yang saya butuhkan.
2 Jadwal membaca saya sering terganggu, jika tiba-tiba ada orang
yang datang bertamu.
3 Ketika membaca, kesulitan yang saya hadapi adalah kata-kata yang
tidak saya ketahui artinya.
4 Kalimat yang terlalu panjang mempersulit saya untuk memahami
isi bacaan.
5 Tingkat keterbacaan yang terlalu sulit sering menghambat
pemahaman isi bacaan.
6 Teks yang terlau banyak kata-kata asing sering mempersulit
pemahaman isi bacaan.
7 Struktur teks yang tidak sistematis sering mempersulit pemahaman
isi bacaan. 8
Masih kuatnya pengaruh bahasa lisan dalam hidup saya, sering mempersulit pemahaman isi bacaan.
9 Jika acara televisi menarik, kegiatan membaca saya tinggalkan
terlebih dahulu untuk menonton acara televisi.
Berdasarkan tabel di atas diketahui 18 subindikator kekuatan yaitu mahasiswa berusaha menyelesaikan tugas tepat waktu, ingin mencapai prestasi
yang tinggi, kesadaran diri untuk membaca, respek kepada orang yang memberi jawaban dengan menyebutkan sumber, membaca lagi untuk menyegarkan ingatan,
menyiapkan buku-buku yang mudah dijangkau, mudah memahami isi bacaan saat kondisi perasaan sedang enak, tetap membaca meskipun sakit, memiliki berbagai
pengalaman dan pengetahuan dari membaca, sambil membaca membuat ringkasan, setelah membaca merumuskan gagasan dengan bahasa sendiri,
membuat skema gagasan setiap kali membaca, mampu berpikir kritis saat memberi tanggapan, tekun membaca, dan berusaha memahami isi bacaan
meskipun isi bacaan sangat sulit. Mahasiswa memiliki 16 subindikator kelemahan yaitu tidak pernah
membuat target saat membaca, dorongan membaca sangat tinggi hanya saat akan ujian, hanya membaca bacaan yang bersifat hiburan, tidak membawa bahan
bacaan saat bepergian, tidak merasa ingin memiliki buku baru jika teman
memiliki buku baru, tidak memiliki minat untuk membaca setiap hari, tidak memyusun jadwal teratur untuk membaca, saat galau mahasiswa kesulitan
memahami isi bacaan, saat kondisi kesehatan tidak baik mahasiswa juga kesulitan memahami isi bacaan, tidak membuat daftar pertanyaan sebelum membaca, hanya
mengingat-ingat isi bacaan untuk memahami isi bacaan, tidak ada rasa ingin melacak sumber asli setiap ada pendapat para ahli dalam suatu artikel atau jurnal,
hanya membaca jenis bacaan yang dianggap menarik, mahasiswa tidak menyadari bahwa memca dapa memenuhi kebutuhan hidup, sering kseulitan dalam
memahami isi bacaan meskipun berkaitan dengan bidang yang dipelajari, dan kesulitan dalam memahami isi bacaan yang tidak sesuai dengan bidang yang
dipelajari. Adapun peluang yang dimiliki mahasiswa yaitu meskipun orangtuanya
berpengahasilan terbatas, tetapi mahasiswa mampu memperoleh bacaan dengan mudah, merasa gelisah jika tidak ada bahan bacaan di rumah, lingkungan tempat
tinggal mahasiswa sangat nyaman untuk membaca, dan pergi ke perpustakaan untuk menyelesaikan masalah.
Selain terdapat peluang, mahasiswa juga memiliki ancaman yaitu mahasiswa kesulitan memperoleh bahan bacaan yang dibutuhkan, jadwal
membaca sering terganggu saat ada tamu, kesulitan memahami isi bacaan jika menemukan kata-kata yang tidak diketahui artinya, kesulitan memahami isi
bacaan karena kalimat terlalu panjang, tingkat keterbacaan yang terlalu sulit, terlalu banyak kata-kata asing dalam teks dan struktur yang tidak sitematis, masih
kuatnya pengaruh budaya lisan dalam hidup mahasiswa dan kuatnya pengaruh televisi.
4.2.3 Analisis Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis dan Keterkaitannya dengan Analisis SWOT
Kemampuan membaca kritis mahasiswa diukur dengan memberikan tes objektif yang berupa tes pilihan ganda. Tes ini untuk mengukur tingkat
pemahaman isi bacaan dan berpikir kritis mahasiswa. Jumlah soal tes membaca kritis terdiri atas 40 butir soal. Butir soal dibuat dari potongan artikel dan dibatasi
khusus untuk teks nonfiksi. Dari setiap pertanyaan diharapkan mahasiswa mampu memilih satu jawaban benar dari lima pilihan yang sudah disediakan.
Agar dapat mengetahui hasil tes kemampuan membaca kritis, peneliti melakukan penilaian tes dengan cara jawaban benar akan diberi skor 1 dan salah
diberi skor 0. Jumlah benar dalam satu tes setiap mahasiswa menjadi nilai keseluruhan. Setelah mengetahui nilai masing-masing mahasiswa lalu mencari
rata-rata nilai mahasiswa dengan rumus:
Berdasarkan rumus diatas diketahui rata-rata nilai mahasiswa semester VI kelas A Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia adalah 21,94.
Setelah mengetahui nilai rata-rata mahasiswa, peneliti melakukan perhitungan indek
Keterangan: X = rata-rata
Ʃx = jumlah seluruh skor mahasiswa
N = jumlah mahasiwa
tingkat kesulitan ITK butir soal dengan rumus jawaban benar dibagi jumlah responden. Tujuan perhitungan ITK ini yaitu untuk mengetahui layak atau tidak
layak butir soal. Menurut Oller dalam Nurgiyantoro, 2012:195 Semua butir soal dinyatakan layak jika indek tingkat kesulitannya berkisar antara 0,15 sampai
dengan 0,85. Namun, rentangan interval tersebut masih terlalu luas, indeks 0,15 dan 0,85 masih terlihat ekstrem sulit dan mudah. Maka, ITK yang dapat
ditoleransi adalah berkisar 0,20-0,80. ITK 0,20-40 adalah butir soal yang berkategori sulit, 0,40-0,60 berkategori sedang, dan 0,61-0,80 berkategori mudah.
Berikut disajikan hasil perhitungan indek tingkat kesulitan butir soal. Tabel 4.17 Hasil Perhitungan Indeks Tingkat Kesulitan Butir Soal
No. Kategori Predikat
No Butir Soal 1.
Sulit Layak
1, 4, 5, 11, 12, 14, 24, 29, 31, 33, 34, 36, 38, 40. 2.
Sedang Layak
15, 27, 28, 32. 3.
Mudah Layak
3, 6, 7, 8, 10, 21, 25, 26, 30, 35, 37, 39.
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui dari 40 butir soal terdapat 30 butir soal terdapat 14 butir soal layak berkategori sulit, 4 butir soal berkategori sedang,
dan 12 butir soal berkategori mudah. Tabel di atas tidak dipaparkan butir soal dengan predikat tidak layak karena penelitian ini menggunakan uji coba terpakai.
Jadi butir soal yang tidak layak tidak dicantumkan dalam tabel di atas.
4.2.3.1 Analisis Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis
Setelah diketahui indek tingkat kesulitan butir soal, tes kemampuan membaca kritis berjumlah 30 soal pertanyaan. Selanjutnya peneliti melakukan
penilaian setiap aspek membaca kritis dengan rumus jumlah butir soal dikali
dengan jumlah responden. Adapun hasil tes membaca kritis setiap aspek dapat dilihat pada diagram di bawah ini.
Grafik 4.1 Tes Membaca Kritis Setiap Aspek Grafik batang di atas menjelaskan tentang tujuh aspek yang terdapat dalam
tes kemampuan membaca kritis yaitu kemampuan mengenali dan mengingat, memahami isi bacaan, menerapkan konsep-konsep, menganalisis, membuat
kesimpulan, menilai, dan memproduksi. Melalui grafik tersebut juga dapat diketahui jumlah mahasiswa yang dapat menjawab benar dalam setiap aspek.
Berikut ini akan dijelaskan lebih lanjut mengenai analisis hasil perhitungan membaca kritis setiap aspek:
a. Kemampuan Mengenal dan Mengingat
Aspek kemampuan mengenal dan mengingat terdapat empat indikator yaitu kemampuan mengidentifikasi ide pokokgagasan utaman, kemampuan mengingat,
20 40
60 80
100 120
140 160
64 160
93 23
37 49
53
Sk o
r
Perhitungan Tes Membaca Kritis Setiap Aspek
Aspek 7 Aspek 6
Aspek 5 Aspek 4
Aspek 3 Aspek 2
Aspek 1
kemampuan mengenali fakta-fakta dalam bacaan, dan kemampuan mengenali opini dalam bacaan. Adapun hasil perhitungan aspek kemampuan mengenal dan
mengingat dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 4.18 Hasil Perhitungan Aspek Kemampuan Mengenal dan Mengingat
Aspek Indikator
Jumlah soal
No. Soal
Jumlah jawaban
betul Jumlah
jawaban salah
Kemampua n
mengenali dan
mengingat Kemampuan
mengidentifikasi ide
pokokgagasan utama 1
1 11
22 Kemampuan mengingat
1 6
23 10
Kemampuan mengenali
fakta-fakta dalam bacaan 1
3 22
11 Kemampuan
mengenali opini dalam bacaan
1 4
8 25
Jumlah 4
4 64
68
Berdasarkan indikator no. 1 sejumlah 11 mahasiswa mampu menjawab benar untuk indikator
mengidentifikasi ide pokokgagasan utama, sedangkan sejumlah 22 mahasiswa menjawab salah.
Indikator no. 2 terdapat 23 mahasiswa mampu menjawab benar untuk indikator mengingat, tetapi 10 mahasiswa menjawab salah.
Indikator no. 3 terdapat 22 mahasiswa mampu menjawab benar untuk indikator
mengenali fakta-fakta dalam bacaan, sedangkan 11 mahasiswa menjawab salah. Indikator yang terakhir yaitu sejumlah 8 mahasiswa mampu menjawab benar untuk indikator
mengenali opini dalam bacaan, sedangkan 25 mahasiswa menjawab salah.
Kesimpulan dari penjelasan di atas yaitu mahasiswa kurang mampu dalam mengenali dan mengingat karena mahasiswa yang mampu menjawab benar hanya
sejumlah 64 48,48, sedangkan 68 51,52 mahasiswa menjawab salah.
b. Kemampuan Memahami Bacaan