6. Status kepegawaian
Baron dan Byrne 2005 menyatakan bahwa status kerja yang rendah dan pekerjaan yang rutin akan mendorong pegawai untuk
mencari pekerjaan
lain. Sebaliknya,
semakin tinggi
status pekerjaannya semakin besar pula kepuasan yang dirasakan.
Hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Utomo 2008 memperoleh hasil bahwa status pekerjaan tidak memiliki pengaruh
pada kepuasan kerja seseorang. Hal ini dikarenakan pegawai dengan status kontrak maupun tetap memperoleh fasilitas yang sama dalam
organisasi terkecuali bagi mereka yang memiliki jabatan tertentu. Penelitian Widodo 2003 menunjukkan bahwa pegawai dengan
status pekerjaan honorer cenderung tidak puas dibandingkan dengan pegawai dengan status pekerjaan pegawai tetap. Sementara, penelitian
Erminda 2003 menunjukkan bahwa ada hubungan bermakna antara status pegawai dengan kepuasan kerja pegawai.
b. Faktor Psikologis yang Berhubungan dengan Kepuasan Kerja
Pegawai
Menurut Gibson 1997 faktor-faktor psikologis yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja antara lain :
1.
Persepsi
Gibson 1997 menyebutkan bahwa kepuasan kerja berhubungan dengan persepsi perilaku seseorang. Persepsi itu sendiri merupakan
proses dari seseorang dalam memahami lingkungannya yang melibatkan pengorganisasian dan penafsiran sebagai rangsangan
dalam suatu pengalaman psikologis. Hal serupa juga dikemukakan oleh Robbins 2001 yang menyatakan bahwa persepsi dapat
didefinisikan sebagai suatu proses dengan mana individu-individu mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indera mereka agar
memberi makna kepada lingkungan mereka. Dimaksudkan bahwa persepsi dari seseorang merupakan suatu
bentuk dari pengalaman psikologis pekerja dalam usaha memahami lingkungan disekitarnya dengan menggunakan penafsiran yang ada
dalam dirinya. Artinya, persepsi psikologis seseorang dapat diketahui melalui bagaimana penafsiran seseorang terhadap kehidupan
organisasionalnya yang terkait dengan lingkungan pekerjaan serta pengalaman kerja yang dirasakan selama bekerja pada suatu instansi.
2. Sikap
Gibson 1997 menyatakan bahwa sikap sebagai perasaan positif atau negatif atau keadaan mental yang selalu disiapkan, dipelajari dan
diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh khusus pada respon seseorang terhadap orang, obyek ataupun keadaan. Sikap lebih
merupakan determinan perilaku seseorang dalam merasakan sesuatu, sebab sikap berkaitan dengan persepsi, kepribadian dan motivasi.
3. Kepribadian
Gibson 1997 menyatakan bahwa kepribadian merupakan himpunan karakteristik dan kecendrungan yang stabil dalam
menentukan sifat umum dan perbedaan dalam perilaku seseorang. Tinjauan determinan yang membentuk kepribadian menunjukkan
bahwa para pimpinan diharapkan mampu untuk memperhatikan permasalahan yang menggerakkan emosi yang kuat pada pegawainya,
karena emosi yang kuat seringkali mengubah persepsi seseorang. Perilaku pegawai tidak dapat dipahami tanpa mempertimbangkan
konsep kepribadian seseorang. 4.
Belajar Robbins 2001 menyatakan belajar merupakan perubahan perilaku
yang relatif permanen yang terjadi sebagai hasil dari suatu pengalaman. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan
suatu proses yang melibatkan perubahan dan perubahan tersebut harus relatif permanen dan pembelajaran berlangsung ketika terjadi
perubahan tindakan. Dimana, perubahan tindakan tersebut didasarkan pada pengalaman yang dirasakan seseorang.
5. Motivasi
Gibson 1997 menjelaskan bahwa motivasi merupakan konsep yang digunakan untuk menggambarkan dorongan yang timbul pada
diri seseorang yang mampu menggerakkan dan mengarahkan perilakunya. Konsep motivasi digunakan untuk menjelaskan
perbedaan-perbedaan dalam
intensitas perilaku
dan untuk
menunjukkan arah tindakan. Seorang pimpinan sering kali lebih menyukai memotivasi karyawannya secara positif agar pegawai
tersebut dapat menjalankan pekerjaannya. Sehingga, pegawai yang termotivasi akan menghasilkan pekerjaan yang memiliki kualitas
tinggi.
c. Faktor Organisasi yang Berhubungan dengan Kepuasan Kerja