1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sumber daya manusia dalam organisasi merupakan faktor yang sangat penting.  Hal  ini  dikarenakan  unsur  sumber  daya  manusia  merupakan  kunci
keberhasilan organisasi. Rumah sakit sebagai institusi yang kompleks dengan produk  yang  dihasilkan  berupa  pelayanan  membuat  kualitas  pelayanan  di
rumah  sakit  sangat  dipengaruhi  oleh  kualitas  pemberi  pelayanan  Widodo, 2003.
Saat  ini  diketahui  bahwa  permasalahan  pokok  yang  sering  timbul dalam  manajemen  sumber  daya  manusia  adalah  bagaimana  mencari  cara
terbaik  untuk  mencapai  kepuasan  kerja  pegawai  Utomo,  2008.  Sehingga, permasalahan  terkait  kepuasan  kerja  perlu  mendapat  perhatian  dan  ditangani
secara  sungguh-sungguh.  Hal  ini  sebagai  upaya  untuk  menghindari  dampak negatif yang mungkin akan dihadapi rumah sakit akibat permasalahan tersebut
Widodo, 2003.
Menurut Handoko 2001 yang dimaksud dengan kepuasan kerja job satisfaction  adalah  keadaan  emosional  yang  menyenangkan  atau  tidak
menyenangkan  dengan  mana  para  pegawai  memandang  pekerjaan  mereka. Sedangkan,  menurut  Gitosudarmo  1997  kepuasan  kerja  adalah  suatu
pernyataan emosional yang positif, yang berasal dari perkiraan pekerjaan dan pengalaman kerja seseorang.
Kepuasan  kerja  memiliki  arti  penting  bagi  pegawai  maupun perusahaan.  Hal  ini  dikarenakan  kepuasan  kerja  merupakan  cerminan
perasaan  seseorang  terhadap  pekerjaannya  dan  segala  sesuatu  yang  dihadapi dalam  lingkungan  kerjanya  Umar,  2008.  Kepuasan  kerja  merupakan  sikap
umum  positif  seseorang  terhadap  kehidupan  organisasionalnya.  Hal  tersebut akan  terlihat  dalam  keadaan  positif  di  lingkungan  kerja  perusahaan  maupun
sikap positif pegawai terhadap pekerjaannya. Apabila kepuasan kerja pegawai terpenuhi,  mereka  akan  cenderung  memiliki  motivasi  yang  tinggi  untuk
melakukan  pekerjaannya  secara  optimal  yang  memiliki  orientasi  pada pencapaian tujuan organisasi Utomo, 2008.
Selain  itu,  kepuasan  kerja  pegawai  merupakan  salah  satu  aspek  yang penting  untuk  diperhatikan  oleh  organisasi  dikarenakan  dengan  mengetahui
tingkat kepuasan kerja pegawai, organisasi dapat meningkatkan produktivitas serta  efisiensi  melalui  perbaikan  sikap  dan  tingkah  laku  kerja  pegawainya
As’ad, 2004. Seseorang yang bekerja dalam suatu organisasi memiliki hasrat yang  kuat  untuk  mampu  memenuhi  keinginan  dan  kebutuhan  di  tempat  ia
bekerja.  Kepuasan  kerja  tentunya  akan  dapat  diperoleh  oleh  pegawai  apabila adanya korelasi antara harapan dengan kenyataan yang diperoleh di tempat ia
bekerja Utomo, 2008. Pada  dasarnya  setiap  individu  dalam  organisasi  memiliki  tingkat
kepuasan  yang  berbeda-beda  sesuai  dengan  sistem  nilai  yang  berlaku  pada
dirinya. Dimana, semakin tinggi penilaian seseorang terhadap pekerjaan yang dirasakan  sesuai  dengan  keinginan  individu,  maka  semakin  tinggi  kepuasan
yang dirasakan Rivai, 2006. Kepuasan  kerja  yang  dirasakan  pegawai  dalam  organisasi  ditandai
dengan  rendahnya  proporsi  pegawai  yang  meninggalkan  organisasi, rendahnya angka absensi pegawai, meningkatnya produktivitas pegawai serta
kepuasan  kerja  akan  meningkatkan  loyalitas  pegawai  terhadap  organisasi Davis dan Newstrom, 1995.
Sebaliknya,  ketidakpuasan  kerja  pegawai  dalam  organisasi  ditandai dengan menurunnya loyalitas pegawai, tingginya tingkat perputaran pegawai,
kemangkiran  pegawai  dan  tindakan-tindakan  negatif  vital  personalia  lainnya yang dapat merugikan organisasi Handoko, 2001. Dilain sisi, Siagian 2002
mengemukakan  bahwa  penyebab  ketidakpuasan  kerja  dapat  beraneka  ragam, seperti kondisi kerja yang tidak memuaskan, penghasilan yang dirasa rendah,
hubungan  yang  tidak  serasi  antara  atasan  maupun  rekan  kerja  serta  faktor- faktor lainnya.
Menurut  Wexley  dan Yulk  1977  dalam  As’ad  2004,  pekerjaan
terbaik  bagi  penelitian  kepuasan  kerja  adalah  dengan  memperhatikan  faktor organisasi  maupun  faktor  individu  pekerja.  Menurut  Kaplan  1997  dalam
Nurhayani  2006  kepuasan  kerja  dipengaruhi  oleh  karakteristik  individu seperti jenis kelamin, umur, status perkawinan, lama kerja, status jabatan dan
pendidikan. Sedangkan, menurut Robbins 2001 karakteristik organisasi yang mempengaruhi  kepuasan  kerja  seperti  kondisi  kerja  yang  mendukung,  rekan
sekerja  yang  mendukung,  upah  kerja,  kesempatan  promosi,  jenis  pekerjaan dan supervisi. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan beberapa penelitian.
Penelitian Fitria  2004  mengenai  “Kepuasan  Kerja  SDM  Perawat
Unit  Rawat  Inap  Rumah  Sakit Islam  Jakarta”  menghasilkan  bahwa  terdapat
hubungan yang signifikan antara jenis kelamin, umur, pendidikan, lama kerja, status pernikahan, tempat kerja dan jabatan terhadap kepuasan kerja perawat.
Dari seluruh variabel tersebut, variabel yang memiliki hubungan kuat dengan kepuasan  kerja  adalah  variabel  pendidikan  dan  tempat  kerja.  Hasil
penelitiannya  menunjukkan  bahwa  perawat  dengan  pendidikan  rendah memiliki  persentase  16,7  terhadap  ketidakpuasan  kerja  dan  83,3
menyatakan  puas  terhadap  pekerjaannya.  Sedangkan,  perawat  dengan pendidikan tinggi yang menyatakan tidak puas terhadap pekerjaannya sebesar
62,5 dan yang menyatakan puas terhadap pekerjaannya sebesar 37,5. Hal tersebut  mengindikasikan  bahwa  semakin  tinggi  pendidikan  perawat,  maka
semakin tinggi pula tingkat kepuasannya. Sedangkan, untuk variabel tempat kerja diperoleh hasil bahwa perawat
yang  bekerja  pada  kelas  yang  lebih  tinggi  memiliki  persentase  78,57 terhadap ketidakpuasan dan 21,42 puas terhadap pekerjaannya. Sedangkan,
perawat  pada  kelas  yang  lebih  rendah  memiliki  persentase  ketidakpuasan sebesar  34,61  dan  puas  sebesar  65,38.  Hal  ini  menunjukkan  bahwa
perawat yang bekerja pada kelas yang lebih tinggi cenderung merasakan tidak puas  dikarenakan  banyaknya  tuntutan  pasien  yang  umumnya  terjadi  pada
ruang  kelas  yang  lebih  tinggi  serta  besarnya  beban  kerja  yang  dirasakan dibandingkan dengan kelas rawat inap yang lebih rendah.
Penelitian lain dikemukakan oleh Vaundika 2010 mengenai “Faktor- faktor  yang  Berhubungan  dengan  Kepuasan  Pegawai  Non  PNS  Bidang
Pelayanan  Penunjang  Medis  Terhadap  Kompensasi  yang  diterima  di  RSUD Pasar  Rebo”  menunjukkan  bahwa  terdapat  hubungan  yang  signifikan  antara
umur,  jabatan,  pendidikan,  unit  kerja,  lama  kerja,  kondisi  kerja,  kebijakan penentuan kompensasi dan gaji. Dari seluruh variabel tersebut, variabel  yang
memiliki  hubungan  kuat  terhadap  kepuasan  kerja  adalah  variabel  unit  kerja dan  kondisi  kerja.  Hasil  penelitian  tersebut  menunjukkan  sebesar  28,6
pegawai  puas pada unit  tempat  mereka bekerja dan 71,4  menyatakan tidak puas  pada  unit  tempat  mereka  bekerja.  Sedangkan,  untuk  variabel  kondisi
kerja  terdapat  37,3  merasa  puas  pada  kondisi  kerja  dan  sebesar  62,7 merasa tidak puas pada kondisi tempat mereka bekerja.
Rumah Sakit Haji Jakarta merupakan rumah sakit swasta kelas B Non Pendidikan  yang  memiliki  visi  “Menjadi  Rumah  Sakit  Islami  Berkelas
Dunia”. Berdasarkan data yang diperoleh dari bagian Sumber Daya Manusia Rumah Sakit Haji Jakarta diketahui bahwa jumlah pegawai tetap yang saat ini
dimiliki oleh Rumah Sakit Haji Jakarta adalah 758 pegawai. Berdasarkan  hasil  studi  pendahuluan  yang  dilakukan  oleh  peneliti
melalui  observasi  dan  wawancara  dengan  bagian  Sumber  Daya  Manusia Rumah Sakit Haji Jakarta pada bulan Februari-April 2013, diperoleh beberapa
permasalahan  terkait  kepuasan  kerja  pegawai  tetap  di  Rumah  Sakit  Haji Jakarta, antara lain :
1. Tingginya  angka  turn  over  pegawai  di  Rumah  Sakit  Haji  Jakarta.
Berdasarkan  data  yang  diperoleh  dari  Bagian  Sumber  Daya  Manusia Rumah  Sakit  Haji  Jakarta  diketahui  bahwa  terdapat  sejumlah  pegawai
yang mengundurkan diri dari Rumah Sakit Haji Jakarta, yaitu pada tahun 2008  terdapat  7  orang  pegawai  yang  mengundurkan  diri,  tahun  2009
terdapat  12 orang, tahun 2010 mengalami peningkatan dua kali lipat  dari tahun  sebelumnya,  yaitu  terdapat  26  orang  yang  mengundurkan  diri  dari
Rumah  Sakit  Haji  Jakarta,  tahun  2011  terdapat  28  orang  dan  mengalami penurunan  pada  tahun  2012,  yaitu  sebesar  14  orang  dan  pada  bulan
Januari-Maret 2013 terdapat 4 orang yang mengundurkan diri dari Rumah Sakit Haji Jakarta. Dapat dipastikan pula bahwa akan terjadi peningkatan
jumlah pegawai yang mengundurkan diri sampai dengan akhir tahun 2013. Permasalahan  terkait  tingginya  angka  turn  over  pegawai,  merupakan
indikasi  terhadap  adanya  rasa  ketidakpuasan  yang  dirasakan  pegawai. Dimana,  hal  ini  dapat  didukung  dengan  adanya  teori  yang  dikemukakan
oleh  Davis  dan  Newstrom  1995  yang  menyatakan  bahwa  respons terhadap ketidakpuasan kerja ditunjukkan seseorang melalui perilaku yang
diarahkan pada meninggalkan organisasi dengan cara mengundurkan diri. Berdasarkan  hasil  wawancara  dengan  bagian  Sumber  Daya  Manusia,
diketahui  bahwa  tingginya  angka  turn  over  pegawai  diakibatkan  karena banyaknya  pegawai  yang  mengundurkan  diri  dengan  alasan  adanya
peningkatan jenjang karir, yaitu pegawai diterima sebagai Pegawai Negeri Sipil  PNS.  Menurut  teori  yang  dikemukakan  oleh  Herzberg  1968
dalam Utomo 2008 salah satu alasan utama yang menyebabkan pegawai untuk mengundurkan diri adalah perkembangan karir yang diperoleh oleh
seseorang. Hal  lain  yang  mendasari  mereka  untuk  meninggalkan  Rumah  Sakit
Haji Jakarta adalah rasa kejenuhan dan rasa tidak nyaman yang dirasakan akan  lingkungan  kerja  di  Rumah  Sakit  Haji  Jakarta.  Hal  tersebut  dapat
menjadi  suatu  indikasi  bahwa  kepuasan  kerja  pegawai  di  Rumah  Sakit Haji  Jakarta  rendah  yang  mengakibatkan  banyaknya  pegawai  yang
memilih untuk mengundurkan diri. 2.
Permasalahan lain yang diperoleh adalah tingkat kedisiplinan pegawai di Rumah Sakit Haji Jakarta masih tergolong rendah. Berdasarkan data yang
diperoleh  dari  Bagian  Sumber  Daya  Manusia  menunjukkan  bahwa  pada bulan Januari 2012 jumlah kemangkiran pegawai sebesar 7 , pada bulan
Februari 2012 sebesar 6  , Maret  2012 sebesar  5 , April 2012 sebesar 4 , Mei 2012 sebesar 5 , Juni 2012 sebesar 7 , Juli 2012 sebesar 6 ,
Agustus  2012  sebesar  9  ,  September  2012  sebesar  5  ,  Oktober  2012 sebesar 6 ,  November  2012 sebesar  7 , Desember 2012 sebesar 6 ,
Januari  2013  sebesar  7  ,  Februari  2013  sebesar  6    dan  pada  bulan Maret 2013 sebesar 5 .
Permasalahan  tersebut  menunjukkan  bahwa  tingkat  kedisiplinan pegawai  masih  tergolong  rendah  dan  merupakan  salah  satu  indikasi
terhadap  ketidakpuasan  kerja  yang  dirasakan  oleh  pegawai.  Dimana,  hal tersebut  dapat  didukung  dengan  adanya  teori  yang  dikemukakan  oleh
beberapa orang ahli seperti Handoko 2001, Davis dan Newstrom 1995, Siagian  2008  dan  Wibowo  2007  yang  menyatakan  bahwa
ketidakpuasan  kerja  pegawai  terhadap  suatu  pekerjaan  akan  berdampak pada tingginya angka kemangkiran pegawai dalam organisasi.
3. Banyaknya  keluhan  yang  dikemukakan  pegawai  terkait  gaji  yang
diterimanya tidak sesuai dengan pekerjaan yang dilakukan maupun beban pekerjaannya.
4. Keluhan pegawai  akan rasa  ketidakpuasan terhadap  kebijakan  organisasi
perihal  promosi  jabatan  serta  ketidakadilan  yang  dirasakan  terhadap kegiatan pendidikan dan pelatihan.
5. Keluhan pegawai akan rasa kejenuhan dan tidak nyaman pada lingkungan
pekerjaan.  Dimana,  dalam  hal  ini  terjadi  ketidakharmonisan  hubungan interpersonal yang terjalin antar pegawai.
6. Keluhan  pegawai  terhadap  pengawasan  supervisi  yang  sangat  jarang
dilakukan.  Hal  ini  membuat  pegawai  merasa  pekerjaan  mereka  tidak mendapat  pengawasan.  Sehingga,  sebaik  apapun  pekerjaan  yang  mereka
lakukan,  mereka  tidak  akan  menerima  reward,  yang  sebenarnya  hal tersebut dapat meningkatkan hasrat mereka untuk bekerja lebih baik.
Permasalahan  terkait  banyaknya  keluhan  pegawai  tersebut  dapat didukung  dengan  teori  yang  dikemukakan  oleh  Siagian  2002  yang
menyatakan  bahwa  sebab-sebab  ketidakpuasan  kerja  dapat  beraneka  ragam,
seperti  penghasilan  rendah  atau  dirasa  kurang  memadai,  kondisi  kerja  yang kurang  memuaskan,  hubungan  kerja  yang  tidak  serasi,  pekerjaan  yang  tidak
sesuai serta berbagai faktor lainnya. Penelitian kepuasan kerja ini dilakukan dengan melibatkan 14 variabel
penelitian.  Dimana,  didalam  penelitian  ini  terdapat  beberapa  variabel  yang belum banyak diteliti oleh peneliti terdahulu seperti variabel prestasi kerja dan
jaminan  pekerjaan.  Prestasi  kerja  dan  jaminan  pekerjaan  merupakan  suatu faktor yang juga penting untuk diteliti. Hal ini dikarenakan, seorang pegawai
yang menginginkan kemajuan karir dalam organisasi akan memiliki dorongan untuk  memberikan  hasil  kerja  yang  baik.  Sehingga,  prestasi  kerja  yang
dihasilkan  akan  membuat  pegawai  memperoleh  pengembangan  karir  yang lebih cepat.
Sedangkan,  dengan  adanya  jaminan  pekerjaan  yang  diberikan  oleh organisasi  akan  membuat  pegawai  mengabdikan  diri  lebih  lama  dalam
organisasi.  Hal  ini  dikarenakan,  jaminan  pekerjaan  yang  diberikan  oleh organisasi di luar gaji pokok pegawai membuat pegawai merasa nyaman dan
mendapat  perhatian  dalam  bekerja  pada  suatu  organisasi  yang  nantinya  akan menimbulkan kepuasan kerja. Oleh karena itu, didalam penelitian ini variabel
prestasi  kerja  dan  jaminan  pekerjaan  perlu  diteliti.  Dimana,  kedua  variabel tersebut merupakan variabel yang di adopsi dari teori yang dikemukakan oleh
Herzberg.  Penelitian  ini  juga  merupakan  penelitian  yang  belum  pernah dilakukan oleh peneliti lain di Rumah Sakit Haji Jakarta sejak tahun 2002.
Berdasarkan pada uraian tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui  faktor-faktor  yang  berhubungan  dengan  kepuasan  kerja  pegawai
tetap  di  Rumah  Sakit  Haji  Jakarta  Tahun  2013.  Penelitian  ini  dilakukan  atas dasar  tingginya  angka  turn  over  pegawai,  tingkat  kedisiplinan  pegawai  yang
masih tergolong rendah  serta banyaknya keluhan  yang diungkapkan pegawai akan rasa ketidakpuasan terhadap pekerjaannya di Rumah Sakit Haji Jakarta.
Oleh  karena  itu,  untuk  mengetahui  kepuasan  kerja  pegawai  tetap  di Rumah  Sakit  Haji  Jakarta,  peneliti  menganggap  perlu  untuk  mengangkat
bahasan  terkait  kepuasan  kerja  pegawai  tetap  di  Rumah  Sakit  Haji  Jakarta. Hal ini dikarenakan pegawai merupakan faktor utama dalam mencapai tujuan
organisasi,  bila  kepuasan  kerja  yang  ada  dalam  diri  pegawai  tinggi  maka rumah sakit akan semakin mudah untuk mencapai tujuan organisasi yang telah
ditetapkan.
B. Rumusan Masalah