5. Gaji
Gaji merupakan sesuatu yang berkaitan dengan uang yang diberikan kepada pegawai Dessler, 1997 dalam Samsudin, 2006. Gaji juga
merupakan faktor terpenting bagi pegawai. Hal ini dikarenakan gaji adalah sejumlah uang yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan pegawai
dan keluarganya. Notabene, dengan adanya kesesuain gaji yang diberikan oleh perusahaan kepada pegawai dapat menjadi daya dorong bagi pegawai
untuk bekerja. Dari hasil analisis statistik, diketahui bahwa responden yang memiliki
gaji tidak sesuai adalah sebesar 74 dengan peluang sebesar 9,962 kali untuk merasa tidak puas bekerja di Rumah Sakit Haji Jakarta. Besarnya
presentase jumlah responden yang merasa gaji yang diberikan oleh Rumah Sakit Haji Jakarta tidak sesuai kemungkinan besar dikarenakan gaji yang
diterima tidak sesuai dengan harapan pegawai. Berdasarkan uji chi-square, didapatkan nilai p-value sebesar 0,000,
artinya pada alpha 5 terdapat hubungan yang bermakna antara gaji dengan kepuasan kerja pegawai tetap di Rumah Sakit Haji Jakarta. Hasil
penelitian ini sesuai dengan penelitian Nurhayani 2006 dan Yulita 2012 yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna
antara variabel gaji dengan kepuasan kerja dokter spesialis. Peneliti lain, Sutejo 2003 juga mengemukakan hal yang sama dimana dalam
penelitiannya menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna
antara variabel gaji dengan kepuasan kerja perawat di unit rawat inap RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Propinsi Lampung.
Herzberg 1968 dalam Utomo 2008 menyatakan bahwa gaji merupakan faktor penting bagi pegawai untuk dapat memenuhi kebutuhan
diri sendiri dan keluarga. Apabila gaji yang diberikan oleh rumah sakit tidak mampu memenuhi kebutuhan pokok pegawai, hal ini tidak akan
mendorong pegawai untuk bekerja dengan baik. Sehingga, hal penting yang harus diperhatikan adalah gaji yang baik bagi pegawai merupakan
gaji yang dianggap adil dan jumlahnya memuaskan. Munandar 2001 mengemukakan bahwa gaji yang adil merupakan gaji yang didasarkan
pada tuntutan-tuntutan pekerjaan, tingkat keterampilan individu dan standar gaji yang berlaku untuk kelompok pekerjaan tertentu.
Dilapangan masih ditemukan adanya keluhan pegawai yang menyatakan bahwa gaji yang diberikan oleh Rumah Sakit Haji Jakarta
belum sesuai dengan harapan pegawai. Dimana, dalam hal ini pegawai berharap pihak rumah sakit dapat memberikan gaji yang sesuai dengan
umur pegawai, jenis kelamin pegawai, masa kerja pegawai, tingkat pendidikan, tanggung jawab, prestasi kerja serta beban pekerjaannya.
Dalam menghindari dampak yang terjadi akibat gaji yang diberikan belum sesuai dengan harapan pegawai, maka pihak manajemen rumah
sakit dirasakan perlu untuk membenahi sistem penggajian yang ada dengan adanya keadilan dalam pemberian gaji serta sesuai dengan standar
penggajian yang berlaku umum. Dengan adanya sistem penggajian yang
memadai, hal tersebut tentunya akan menimbulkan rasa kepuasan kerja Simmamora, 2004. Terlebih lagi diketahui bahwa kebutuhan pokok
kehidupan di kota besar membutuhkan biaya yang cukup besar. Apabila gaji yang diterima oleh pegawai belum mampu memenuhi kebutuhan
pokok pegawai dan keluarganya hal ini cenderung akan membuat pegawai merasa tidak puas dalam bekerja didalam suatu institusi.
Berdasarkan pada hal tersebut, pihak manajemen rumah sakit disarankan untuk melakukan evaluasi terhadap sistim penggajian yang ada
saat ini. Dimana, dalam hal ini pihak manajemen rumah sakit sebaiknya memberikan gaji yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh
pemerintah. Dan pihak manajemen rumah sakit sebaiknya memperhatikan pula unsur kelayakan yang dapat dilakukan dengan cara melakukan
benchmarking. Unsur kelayakan yang dimaksud dalam hal ini adalah sistim
penggajian pada Rumah Sakit Haji Jakarta dibandingkan dengan standar rata-rata sistim penggajian yang ada pada rumah sakit lainnya. Kelayakan
dalam sistim penggajian dapat dilakukan dengan menggunakan peraturan pemerintah
tentang sistim
penggajian minimum
atau dengan
menggunakan kebutuhan pokok minimum. Perbandingan sistim penggajian dengan rumah sakit lainnya
dimaksudkan untuk menjaga “Eksternal Consistency” serta untuk tetap menjaga adanya prinsip equal pay-equal job. Apabila gaji dalam Rumah
Sakit Haji Jakarta lebih rendah daripada rumah sakit lainnya, maka hal ini
dapat mengakibatkan Rumah Sakit Haji Jakarta mendapat kesulitan untuk memperoleh tenaga kerja nantinya.
6. Pengakuan