Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
                                                                                3
Kegiatan  belajar  mengajar  di  kelas  yang  diterapkan  oleh  guru, menempatkan  siswa  sebagai  objek  pendidikan  dan  guru  sebagai  subjek
pendidikan,  sehingga  guru  selalu  menguasai  proses  belajar  mengajar.  para peserta  didik  hanya  mendengarkan,  sedangkan  guru  menerangkan  dari  awal
pembelajaran  hingga  waktu  jam  pelajaran  selesai,  inilah  situasi  yang membosankan  bagi  para  peserta  didik.  Proses  pembelajaran  yang  dilakukan
hanya  bersifat  satu  arah.  Proses  pembelajaran  seperti  itu  akan  menyebabkan peserta  didik    pasif  dalam  belajar,  semua  itu  akan  menghambat  kreatifiitas
dan aktifitas peserta didik dalam belajar. Namun  demikian,  untuk  menumbuhkan  sikap  aktif  dan  kreatif  tersebut
tidaklah  mudah.  Pada  kenyataannya,  guru  yang  tetap  dianggap  sebagai sumber belajar yang utama. Proses pembelajaran yang terjadi di dalam kelas
menempatkan  siswa  hanya  sebagai  pendengar  pasif  terhadap  materi  yang disampaikan  oleh  gurunya.  Dalam  hal  ini  menjadikan  siswa  menjadi  malas
belajar. Mengajar pada hakekatnya adalah proses penyampaian pengetahuan atau
pengalaman  pada  peserta  didik  sedemikian  rupa  sehingga  mereka  dapat mencapai
tujuan-tujuan belajarnya,
pengajar mencoba
menolong, membimbing, dan memotivasi peserta didik untuk mendapatkan pengetahuan,
keterampilan sesuai dengan tujuan belajarnya. Mengajar bukan hanya berupa pemberian  materi  kepada  peserta  didik,  melainkan  juga  merupakan  proses
yang mengacu pada hasil belajar yang ingin dicapai oleh peserta didik. Mengajar  merupakan  suatu  proses  yang  komplek  yang  tidak  hanya
sekedar  menyampaikan  informasi  oleh  guru  kepada  siswa  tetapi  banyak kegiatan  yang  harus  dipertimbangkan  dan  dilakukan.  Menurut  Basyirudin
Usman, “mengajar adalah suatu usaha  untuk membuat siswa dapat belajar,
yaitu  usaha  yang  dilakukan  oleh  guru  sehingga  menyebabkan  terjadinya tingkah laku pada diri anak.
”
4
4
Basyiruddin  Usman,  Metodologi  Pembelajaran  Agama  Islam,  Jakarta:  Ciputat  Pers, 2002, Cet.  1, h. 20-21
4
Jadi,  secara  deskriptif  mengajar  diartikan  sebagai  proses  penyampaian informasi  atau  pengetahuan  dari  guru  kepada  siswa.  Kegiatan  belajar
mengajar adalah suatu kondisi yang dengan sengaja diciptakan. Gurulah yang menciptakannya  guna  membelajarkan  anak  didik.  Guru  yang  mengajar  dan
anak  didik  yang  belajar.  Perpaduan  dari  kedua  unsur  manusiawi  ini  lahirlah interaksi  edukatif.  Kedua  komponen  pengajaran  diperankan  secara  optimal
guna  mencapai  tujuan  pengajaran  yang  telah  ditetapkan  sebelum  pengajaran dilaksanakan.
Sedangkan  kata  belajar  Menurut  Syaiful  Bahri  Djamarah  diartikan sebagai
“serangkaian  kegiatan  jiwa  dan  raga  untuk  memperoleh  suatu perubahan  sebagai  hasil  dari  pengalaman  individu  dalam  interaksi  dengan
lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan psikomotor. ”
5
Berlakunya  perubahan-perubahan  standarisasi  kurikulum  menuntut  juga perubahan  paradigma  dalam  pendidikan  dan  pembelajaran,  khususnya  pada
jenis dan jenjang pendidikan formal persekolahan. Perubahan tersebut harus pula  diikuti  oleh  guru  yang  bertanggung  jawab  atas  penyelenggaraan
pembelajaran di sekolah di dalam kelas ataupun di luar kelas. Sebagai  seorang  pendidik,  guru  dalam  mengajar  memerlukan  alat  bantu
sebagai penyampaian pesan, misalnya metode pengajaran  yang guru gunakan untuk  mempercepat  proses  yang  lebih  efektif  dan  efisien  dalam  upaya
mencapai  tujuan  pendidikan  dan  tujuan  proses  belajar  mengajar.  Metode pembelajaran  yang  digunakan  oleh  guru  akan  berpengaruh  terhadap  cara
belajar  siswa  yang  mana  antara  siswa  yang  satu  dengan  siswa  yang  lainnya mempunyai  cara  belajar  yang  berbeda.  Saat  ini  para  pendidik  terus-menerus
berusaha  menyusun  dan  menerapkan  berbagai  model  pembelajaran  yang variatif agar siswa tertarik dan bersemangat pada saat proses belajar.
Secara  umum  metode  mengajar  merupakan  tehnik  penyajian  yang dikuasai  guru  untuk  mengajar  atau  menyajikan  bahan  pelajaran  kepada
siswa di dalam kelas, baik secara individual atau secara kelompok, agar pelajaran  itu  dapat  diserap,  dipahami  dan  dimanfaatkan  oleh  siswa
dengan  baik.  Makin  baik  metode  mengajar,  makin  efektif  pula pencapaian tujuan.
6
5
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar,  Jakarta: Rineka Cipta, 2008 ,  Edisi. Ke-2, h. 13
6
Abu Ahmadi,  Strategi Belajar Mengajar, Bandung: Pustaka Setia, 2005,  Cet. II, h. 52
5
Pada  saat  sekarang  ini  masih  banyak  guru  yang  memiliki  anggapan bahwa  guru  adalah  sumber  belajar  yang  paling  utama  namun,  guru  tidak
mengembangkan  wawasan  yang  dimilikinya  dan  guru  hanya  menggunakan sumber  belajar  hanya  satu  buku  serta  guru  tidak  menggunakan  metode  yang
relevan  dengan  materi  pembelajaran  sehingga  materi  mata  pelajaran  IPS hanya  merupakan  materi  yang  merupakan  hapalan  dan  hanya  tersimpan
dalam fikiran para peserta didik saja. Mengajar bukan sekedar ceramah dan berdiri di depan kelas, akan tetapi
bagaimana guru menentukan metode pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran sehingga lebih efisien dan efektif dalam mengkomunikasikan materi
pelajaran sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya.
Siswa yang memiliki motivasi tinggi akan tekun dalam menghadapi tugas dengan  cara  terus  menerus  mengerjakannya  sampai  selesai  walaupun  dalam
menyelesaikannya  membutuhkan  waktu  yang  cukup  lama.  Salah  satu  upaya guru  agar  siswa  memiliki  motivasi  yang  tinggi  adalah  dengan  menggunakan
metode yang tepat. Peserta  didik  bukan  saja  makhluk  individu  melainkan  makhluk  yang
harus  hidup  dengan  sesamanya.  Salah  satu  masalah  pokok  dalam pembelajaran  pendidikan  formal  sekolah  dewasa  ini  adalah  masih
rendahnya daya serap peserta didik hal ini nampak pada hasil belajar peserta didik  yang  senantiasa  masih  sangat  memprihatinkan.  Proses  pembelajaran
hingga  dewasa  ini  masih  memberikan  dominasi  guru  dan  tidak  memberikan akses  bagi  anak  didik  untuk  berkembang  secara  mandiri  melalui  penemuan
dan proses berfikirnya. IPS  adalah  pelajaran  yang  banyak  berisi  materi-materi,  IPS  bukanlah
mata pelajaran yang berdiri sendiri, tetapi terdiri dari beberapa disiplin ilmu, yaitu  sejarah,  geografi,  ekonomi,  sosiologi,  antropologi  dan  tata  Negara.
Pembelajaran  IPS  banyak  dilakukan  dengan  hanya  memberi  konsep-konsep materi  IPS  semata  dengan  mengacu  pada  buku  paket  saja,  tanpa  ada
pengolahan  materi  pelajaran  yang  melibatkan  potensi  siswa  dan  lingkungan
6
yang  ada  di  sekitarnya.  Banyak  guru  yang  hanya  menggunakan  metode ceramah  dalam  pembelajaran  dan  tidak  menggunakan  metode  yang  lainnya.
Seorang  guru  yang  mengajar  hanya  dengan  metode  ceramah  saja,  dan menyampaikan  materi  dengan  tidak  bersemangat  dapat  membuat  peserta
didik  mengalami  kebosanan  saat  belajar  dan  akibatnya  adalah  peserta  didik menjadi tidak senang dengan pelajaran tersebut.
Berdasarkan  hasil  pengamatan  dan  observasi  yang  dilakukan  di  MTs. Jam’iyyatul Khair Ciputat diketahui bahwa mayoritas para guru di sana hanya
menggunakan  metode  pembelajaran  yang  bersifat  konvensional  seperti metode  ceramah.  Termasuk  dalam  proses  pembelajaran  pada  mata  pelajaran
IPS  yang  hanya  menggunakan  metode  ceramah  saja.  Sebagaimana  kita ketahui  dalam  metode  ceramah  peserta  didik  hanya  di  tempatkan  sebagai
pendengar  dan  guru  sebagai  penyampai  materi  pelajaran.  Hal  ini  tentu menyebabkan para peserta didik akan mudah bosan dan jenuh dengan suasana
belajar  yang  terkesan  monoton  tersebut  sehingga  berdampak  pula  pada  hasil belajar para peserta didik.
Apabila metode yang digunakan oleh guru hanyalah ceramah saja, maka peserta didik akan mudah lupa dengan pelajaran yang ia peroleh karena tidak
adanya  pengalaman  yang  menarik  yang  dialami  oleh  peserta  didik  tersebut, yang  ada  hanyalah  pengalaman  yang  membosankan.  Maka,  dalam  hal  ini
diperlukan metode lain guna menghidupkan semangat siswa dalam belajar. Berdasarkan  masalah-masalah  yang  diungkapkan  di  atas  harus  dicari
penyelesaiannya  untuk  mencapai  peningkatan  hasil  belajar  peserta  didik, khususnya hasil belajar IPS. Peningkatatan hasil belajar  tentunya tidak akan
terlepas  dari  upaya  peningkatan  kualitas  pembelajaran  di  sekolah.  Dengan demikian  diperlukan  usaha  untuk  mencari  menetapkan  dan  mengembangkan
metode pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan kondisi peserta didik. Salah satu strateginya adalah dengan pembelajaran kelompok, misalnya
dengan  pemberian  tugas  dan  kerja  kelompok  atau  kooperatif.  Untuk  itu, pembelajaran  yang  berpusat  pada  siswa  sangat  disarankan  untuk  dilakukan
para guru dalam proses pembelajaran di kelas. Dalam pembelajaran di kelas,
7
guru  harus  menggunakan  metode  pembelajaran  yang  dapat  menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan dapat melibatkan para siswa secara
aktif  untuk  dapat  meningkatkan  hasil  belajar  IPS.  Adapun  metode pembelajaran yang bersifat kooperatif dan berpusat pada siswa, di mana para
siswa  terlibat  aktif  dalam  proses  pembelajaran  salah  satunya  yaitu  metode pembelajaran Cooperative Integrated and Reading Composition CIRC.
Metode  Cooperative  Integrated  and  Reading  Composition  CIRC adalah  suatu  proses  belajar  mengajar  di dalam  kelas  yang  dilakukan  dengan
cara  peserta  didik  dibagi  menjadi  beberapa  kelompok.  Guru  memberikan wacana  atau  kliping  tentang  materi  yang  telah  dibahas  sebelumnya.
Kemudian  peserta  didik  bekerja  sama  saling  membacakan  dan  menemukan ide  pokok  dan  memberi  tanggapan  terhadap  wacana  atau  kliping  dan  ditulis
pada  selembar  kertas,  kemudian  peserta  didik  mengkomunikasikan  hasil analisis  wacana  atau  kliping  tersebut  di  depan  kelas.  Selanjutnya  guru
memberikan  penguatan  terhadap  materi  yang  telah  dipresentasikan  oleh peserta  didik.  Kemudian  peserta  didik  pun  diberi  kesempatan  mengevaluasi
hasil pembelajarannya. Selain metode Cooperative Integrated and Reading Composition CIRC,
metode  Think  Pair  Share  TPS  juga  merupakan  salah  satu  metode pembelajaran  kooperatif.  Di  mana  guru  mengajukan  suatu  pertanyaan  atau
masalah  yang  dikaitkan  dengan  pelajaran  dan  meminta  siswa  menggunakan waktu  beberapa  menit  untuk  berfikir  sendiri  jawaban  atau  masalah.
Selanjutnya,  siswa  meminta  guru  untuk  berpasangan    dan  mendiskusikan sendiri  apa  yang  telah  mereka  peroleh.  Terakhir  guru  meminta  pasangan-
pasangan  untuk  berbagi  dengan  keseluruhan  siswa  di  kelas  mengenai  apa yang telah mereka bicarakan.
Dengan  menggunakan  metode  pembelajaran  Cooperative  Integrated  and Reading  Composition  CIRC    dan  metode  Think  Pair  Share  TPS,
diharapkan  para  siswa  tidak  merasa  jenuh  dengan  pelajaran  IPS  dan  dengan metode  ini  juga  mampu  meningkatkan  hasil  belajar  IPS  siswa.  Dalam
penelitian  ini  akan  diteliti  tentang  ada  tidaknya  perbedaan  hasil  belajar dengan  menggunakan  metode  Cooperative  Integrated  and  Reading
Composition CIRC  dan metode Think Pair Share TPS.
8
Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini dirancang untuk mengkaji
“PERBEDAAN  HASIL  BELAJAR  IPS  SISWA  DENGAN MENGGUNAKAN  METODE  PEMBELAJARAN
COOPERATIVE INTEGRATED  AND  READING  COMPOSITION  CIRC  DAN  THINK
PAIR SHARE TPS DI MTs . JAM’IYYATUL KHAIR CIPUTAT”
                