KUNCI JAWABAN DAN PEMBAHASAN KIMIA 12 KU

(1)

(2)

Setelah mempelajari bab ini, peserta didik mampu:

1. menjelaskan penyebab adanya fenomena sifat koligatif larutan pada penurunan tekanan uap, kenaikan titik didih, penurunan titik beku, dan tekanan osmotik;

2. membedakan sifat koligatif larutan elektorlit dan larutan nonelektrolit;

3. terampil menyajikan hasil analisis beradasarkan data percobaan terkait penurunan tekanan uap, kenaikan titik didih, penurunan titik beku dan tekanan osmosis;

4. terampil mengolah dan menganalisis data percobaan untuk membandingkan sifat koligatif larutan elektrolit dengan sifat koligatif larutan nonelektrolit yang konsentrasinya sama.

Berdasarkan pengetahuan dan keterampilan yang dikuasai, siswa:

1. menghargai dan mensyukuri karunia Tuhan Yang Maha Esa yang berupa sifat koligatif larutan dan manfaatnya dalam mempermudah kebutuhan sehari-hari;

2. berperilaku kerja sama dan kreatif dalam menyelesaikan tugas serta hemat dalam menggunakan bahan kimia.

• Mengamati perbedaan titik didih antara akuades dengan larutan garam serta perubahan titik beku es. • Mencari informasi tentang penggunaan garam untuk

mencairkan salju.

• Mendiskusikan jenis-jenis sifat koligatif larutan. • Mendiskusikan konsentrasi larutan yang meliputi fraksi

mol, molalitas, dan molaritas.

• Membuat rancangan percobaan pengaruh zat terlarut terhadap penurunan titik beku larutan.

• Mengamati pengaruh zat terlarut terhadap penurunan titik beku larutan melalui percobaan.

• Mengamati perbedaan titik didih larutan yang berbeda konsentrasi dari video.

• Mendiskusikan sifat koligatif larutan nonelektrolit. • Mengamati perbedaan kenaikan titik didih larutan

nonelektrolit dan larutan elektrolit melalui percobaan. • Mendiskusikan sifat koligatif larutan elektrolit yang

dipengaruhi oleh faktor Van’t Hoff.

• Mendiskusikan penerapan sifat koligatif dalam kehidupan sehari-hari.

• Menerapkan sifat koligatif penurunan titik beku membuat es puter dalam tugas proyek.

Sifat Koligatif Larutan dan Satuan Konsentrasi Sifat Koligatif Larutan Nonelektrolit dan Elektrolit

Koligatif Larutan

• Mensyukuri karunia Tuhan Yang Maha Esa berupa sifat koligatif yang bermanfaat dalam mempermudah kegiatan pemenuhan kebutuhan sehari-hari.

• Mampu menerapkan sikap kerja sama dan kreatif dalam melaksanakan tugas kelompok. • Bersikap hemat dalam menggunakan bahan-bahan kimia demi menjaga lingkungan. • Bersikap teliti dalam pengamatan praktikum maupun mengerjakan soal.

• Menjelaskan penyebab sifat koligatif larutan.

• Menjelaskan pengaruh konsentrasi terhadap sifat koligatif larutan. • Mampu menyelesaikan perhitungan terkait sifat koligatif larutan.

• Menjelaskan perbedaan sifat koligatif larutan nonelektrolit dan larutan elektrolit. • Menentukan sifat koligatif larutan elektrolit menggunakan faktor Van’t Hoff. • Menyajikan rancangan percobaan penurunan titik beku.

• Menyajikan diagram P-T untuk menunjukkan sifat koligatif larutan.


(3)

A. Pilihan Ganda 1. Jawaban: d

Sifat koligatif larutan merupakan sifat yang hanya bergantung pada banyaknya zat yang terlarut dalam pelarut. Jumlah zat terlarut akan memengaruhi sifat koligatif larutan, yaitu titik didih, titik beku, tekanan uap, dan tekanan osmotik larutan. Jenis zat terlarut tidak memengaruhi sifat koligatif larutan. Begitu juga dengan jenis dan jumlah pelarut.

2. Jawaban: e

Diagram P–T tersebut menunjukkan tekanan dan suhu pada saat air dan larutannya berubah wujud. Tekanan dan suhu yang menggambarkan perubahan wujud air menjadi uap ditunjukkan oleh garis E–F. Garis E–F membatasi bentuk larutan dari cair ke gas.

3. Jawaban: d

Tekanan uap akan semakin turun jika jumlah zat terlarut semakin banyak. Jumlah zat terlarut dengan jumlah pelarut sama secara berurutan dari larutan I hingga ke V yaitu 6, 5, 7, 9, dan 8. Dengan demikian, jumlah zat terlarut paling banyak terdapat pada gambar IV (larutan D) sehingga tekanan uapnya paling kecil.

4. Jawaban: c

Konsentrasi 1 molal artinya terdapat 1 mol zat terlarut dalam 1.000 gram pelarut.

5. Jawaban: c Mol NaOH = V × M

= 0,2 L × 2 mol/L = 0,4 mol Massa NaOH = (n × Mr)NaOH

= 0,4 × 40 = 16 gram Massa larutan = V × ρ

= 200 × 1,20 g/mL = 240 gram m= n × 1.000p

= n × (240 16)1.000 = 0,4 × 1.000

224

= 1,78 ≈ 1,8

Jadi, kemolalan larutan NaOH sebesar 1,8 m. 6. Jawaban: b

Mr Cuka (CH3COOH) = 60 g/mol M H O = 18 g/mol

nCH3COOH =

r m M =

15 gram

60 = 0,25 mol

nH2O =

r m M =

90 gram

18 = 5 mol

XCH3COOH = 3

3 2

CH COOH CH COOH H O

n

n +n =

0,25

0,25+5 = 0,05

Jadi, fraksi mol cuka dalam larutan sebesar 0,05. 7. Jawaban: c

Xmetanol= me tan ol

metanol air n

n +n

0,5 = m

m a

n n +n

0,5(nm + na) = nm 0,5 nm + 0,5 na= nm

0,5 na= 0,5 nm na= nm misal na = nm = 1

% massa = m r

m r a r

n M

(n M ) (n M )

×

× + ×

% massa = r

r r

1 M (1 M ) (1 M )

×

× + ×

% massa = 3232+18 × 100% = 0,64 × 100% = 64%

Jadi, persen metanol dalam larutan sebesar 64%. 8. Jawaban: e

m=

r m M ×

1.000 p

= 0,6

60 × 1.000

100

= 0,1 m

Jadi, larutan tersebut mempunyai konsentrasi 0,1 molal.

9. Fraksi mol NaOH = 0,05

Fraksi mol H2O = 1 – 0,05 = 0,95 Mr air = 18

XNaOH=

2 mol NaOH mol NaOH mol H O+

0,5 =

2 mol NaOH mol NaOH mol H O+

0,05 mol NaOH + 0,5 mol H2O = mol NaOH 0,95 mol NaOH = 0,05 mol H2O


(4)

Molalitas (m) = mol NaOH × 100p = (0,050,95 × mol H2O) ×

2 r 2 1.000 mol H O M H O×

Molalitas (m) = 0,05 1.0000,95 18×× = 2,92

Jadi, kemolalan larutan NaOH sebesar 2,92 m. 10. 46% massa etanol berarti 46 gram etanol dan

54 gram air. m =

r m M ×

1.000 p =

46 46 ×

1.000

54 = 18,52 molal

Jadi, molalitas larutan C2H5OH sebesar 18,52 m. B. Uraian

1. Air laut mengandung banyak zat terlarut. Adanya zat terlarut memengaruhi tekanan uapnya. Zat terlarut volatil (mudah menguap) meningkatkan tekanan uap air laut, sedangkan zat terlarut nonvolatil (tidak mudah menguap) menurunkan tekanan uap air laut. Adanya garam yang terlarut dalam air laut, tekanan uap jenuh air laut menjadi lebih rendah mengakibatkan dibandingkan air murni.

2. Larutan 6 gram urea dalam 200 gram air. Mrurea = 60 g/mol

Jumlah mol urea = 1 6 g

60 g mol− = 0,1 mol

Massa pelarut = 200 gram = 0,2 kg m = np = 0,1mol0,2 kg = 0,5 mol kg–1

Jadi, larutan urea tersebut mempunyai memolalan 0,5 m.

3. Misal massa larutan 100 gram.

Dalam 100 gram larutan urea 20% terdapat 20 gram urea dan 80 gram air.

Mr air = 18 g/mol Mr urea = 60 g/mol

Jumlah mol air = 1 80 g

18 g mol− = 4,44 mol

Jumlah mol urea = 1 20 g

60 g mol− = 0,33 mol

Xurea = 0,33 mol

(4,44+0,33) mol = 0,069

Jadi, fraksi mol urea dalam larutan sebesar 0,069. 4. Dimisalkan massa larutan 100 gram.

Dalam 100 gram larutan glukosa 12% terdapat: glukosa 12% = 10012 × 100 g = 12 gram

air (pelarut) = 100 – 12 = 88 gram Jumlah mol glukosa = 1

12 g

180 g mol− = 0,067 mol

Massa pelarut = 88 gram = 0,088 kg m = np = 0,067 mol0,088 kg = 0,76

Jadi, kemolalan larutan glukosa sebesar 0,76 m. 5. Mr HCl = 36,5 g/mol

Massa larutan = 1.000 mL × 1,1 gram/mL = 1.100 gram

Massa HCl = 18,25

100 × 1.100 gram

= 200,75 gram

Massa H2O = (1.100 – 200,75) gram = 899,25 gram

nHCl = 200,7536,5 = 5,50 mol nH

2O = 899,25

18 = 49,96 mol

XHCl = 5,505,50+49,96 = 0,1 XH

2O = 1 – 0,1 = 0,9

Jadi, fraksi mol larutan asam klorida sebesar 0,1 dan fraksi mol air sebesar 0,9.

A. Pilihan Ganda 1. Jawaban: c

ρair = 1 gram/mL

Jika volume air = 150 mL, berarti massa air = 150 gram

p = 150 gram Kb air = 0,52°C/m

ΔTb = m · Kb

ΔTb =

r

massa sukrosa M sukrosa ×

1.000 p × Kb

= 3,42

342 × 1.000

150 × 0,52

= 0,035°C


(5)

2. Jawaban: d

ΔTf =

r massa M NaCl ×

1.000

p × Kf × {1 + (n – 1)α}

= 58,5117 × 1.0001.500 × 1,86 × {1 + (2 – 1)1} = 4,96°C

Jadi, besarnya penurunan titik beku larutan NaCl adalah 4,96°C.

3. Jawaban: c

ΔTb = m · Kb

ΔTb = r 1

massa zat terlarut (g) M zat terlarut (g mol )

kg pelarut −

× Kb

0,48°C = 1

3,8 g 152 g mol

0,2 kg

× Kb Kb=

1 0,48 C 0,2 kg 152 g mol

3,8 g

° × ×

= 3,84 °C kg mol–1

Jadi, tetapan titik didih molal kloroform Kb = 3,84°C kg mol–1.

4. Jawaban: b

massa zat X = 5 gram Mr zat X = 492

Vlarutan = 500 mL = 0,5 L T = 27°C = 300 K

R = 0,082 L atm mol–1K–1 π = M · R · T

=

r massa

M ×

1

V × R · T

= 4925 × 0,51 × 0,082 × 300 = 0,5 atm

Jadi, tekanan osmotik larutan sebesar 0,5 atm. 5. Jawaban: d

π= M · R · T

π= mol

volume · R · T

Larutan yang memiliki tekanan osmotik paling besar yaitu larutan yang perbandingan volumemol paling besar.

Larutan 1; volumemol = 0,1 × 1.000200 = 0,5 Larutan 2; volumemol = 0,1 × 1.000400 = 0,25 Larutan 3; volumemol = 0,2 × 1.000300 = 0,67 Larutan 4; mol

volume = 0,2 × 1.000

250 = 0,8

Larutan 5; mol

volume = 0,2 × 1.000

500 = 0,4

Jadi, tekanan osmotik paling besar dimiliki oleh larutan 4).

6. Jawaban: e

Besarnya kenaikan titik didih larutan sebanding dengan konsentrasi molal (m) sehingga dalam pelarut yang sama, semakin tinggi konsentrasi molalnya, titik didih larutan itu juga semakin tinggi. Dengan demikian, larutan sukrosa 0,5 m mem-punyai titik didih paling tinggi.

7. Jawaban: b

Adanya zat terlarut pada suatu larutan memengaruhi titik didih larutan, yaitu mengakibatkan titik didih larutan lebih tinggi dari titik didih pelarut murninya.

8. Jawaban: c

ΔTb=

r

massa sampel M sampel ×

1.000

p × Kb benzena

1,25 = 1354,5 × 1.000

p × 2,53

p = 4,5

135 × 1.000 × 2,53 × 1 1,25 atau

= 4,5 × 103 × 2,53 135 ×

1 1,25

Jadi, massa sampel yang dilarutkan sebanyak 4,5 × 103 × 2,53

135 × 1 1,25.

9. Jawaban: b

200 mL = 0,2 liter dan 27°C = 300 K

π =

r m

M V × R × T = 3,6

180 0,2× × (0,082)(300)

= 2,46 atm

Jadi, tekanan osmotik larutan glukosa sebesar 2,46 atm.

10. Jawaban: c

m (massa zat terlarut) = 24 gram V (volume air) = 250 mL = 0,25 L T = 27 + 273 = 300 K

Suhu (°C)

Tekanan (atm)

K L

I H

E F Larutan Pelarut murni

Gas Padat

Cair 1 atm

0°C 100°C

Titik beku larutan

Titik beku air

Titik didih air

Titik didih larutan ΔT1 ΔT2


(6)

π = 32,8 atm

R = 0,082 L atm/mol K

π= M · R · T 32,8 =

r m M ×

1

V × R × T

32,8 =

r 24 M ×

1

0,25 × 0,082 × 300

Mr= 72

Jadi, Mr zat nonelektrolit adalah 72 gram/mol. 11. Jawaban: d

K2SO4(aq) → 2K+(aq) + SO 42–(aq)

n = 3

K2SO4 terionisasi sempurna, berarti α = 1.

ΔTb = (m · Kb) i

= (m · Kb) {1 + (n – 1)α}

= 0,1 m × 0,52°C m–1 × {1 + (3 – 1)1}

= 0,156°C

Titik didih larutan = (100 + 0,156)°C = 100,156°C Jadi, larutan mendidih pada suhu 100,156°C. 12. Jawaban: c

Larutan isotonik adalah larutan yang memiliki tekanan osmotik sama. Larutan NaCl = larutan elektrolit kuat, α = 1. Tekanan osmotiknya sebagai berikut.

π= M · R · T · i

= 0,3 · RT(1 + (2 – 1) · 1) = 0,6RT

1) Larutan 0,1 M urea (nonelektrolit)

π = 0,1RT

2) Larutan KNO3, n = 2

π = 0,2 · RT · 0,2 = 0,4RT

3) Larutan 0,6 M glukosa (nonelektrolit)

π = 0,6RT

4) Larutan asam sulfat H2SO4→ n = 3

π = 0,4 · RT · 3 = 1,2RT 5) Larutan 0,3 M natrium sulfat

Na2SO4→ n = 3

π = 0,3 · RT · 3 = 0,9RT

Jadi, larutan yang isotonik dengan NaCl 0,3 M adalah larutan glukosa 0,6 M.

13. Jawaban: d

Untuk 100 gram larutan: a. Massa NaOH = 4

100 × 100 = 4 gram

b. Massa air = 100 – 4 = 96 gram NaOH → n = 2

ΔTf =

r m M ×

1.000

p × Kf × {1 + (n – 1)α}

= 404 × 1.00096 × 1,86 × {1 + (2 – 1)1} = 3,88°C

Tf = 0 – 3,88 = –3,88°C

Jadi, larutan NaOH 4% akan membeku pada suhu –3,88°C.

14. Jawaban: a

Isotonik ⇒ πdarah = πNaCl

7,626 = mol NaCl1 × 0,082 × 310 × {1 + (2 – 1)1} mol NaCl = 0,15

Massa NaCl = mol NaCl × Mr NaCl = 0,15 × 58,5

= 8,775 gram

Jadi, massa NaCl yang harus dilarutkan sebesar 8,775 g.

15. Jawaban: b

Elektrolit biner → n = 2

ΔTb= 100,75 – 100 = 0,75°C

ΔTb= {1 + (n – 1)α} ·

r m M ·

1.000 p · Kb

0,75 = {1 + (2 – 1)0,5} ×

r 6 M ×

1.000 100 × 0,5

0,75 = 1,5 ×

r 30 M

0,75 =

r 45 M

Mr= 0,7545 = 60

Jadi, massa molekul realtif zat nonelektrolit tersebut sebesar 60 gram/mol.

16. Jawaban: c NaCl → Na+ + Cl

n = 2

α = 80% = 0,8 m = 12 gram

Mr NaCl = 23 + 35,5 = 58,5 V = 600 mL = 0,6 L T = 27°C = 300 K

π= {1 + (n – 1)α} ×

r m M ×

1

V × R × T

= {1 + (2 – 1)0,8} × 58,512 × 0,61 × 0,082 × 300 = 15,14 atm

Jadi, tekanan osmotik larutan NaCl sebesar 15,14 atm.

17. Jawaban: d

17,4 gram K2SO4 dilarutkan ke dalam 250 gram air (Kb air = 0,52°C/molal)

Untuk larutan elektrolit berlaku rumus:

ΔTb = m · Kb · i i = {1 + (n – 1)α) m = konsentrasi molal

α = derajat disosiasi i = faktor Van’t Hoff


(7)

K2SO4 termasuk elektrolit kuat (terionisasi sempurna, α = 1), jadi:

K2SO4→ 2K+ + SO 4

+2, jadi n = 3

i = {1 + (3 – 1)1} i = 3

ΔTb= m · Kb · i = (1.000

250 × 17,4

174) × 0,52 × 3

= 0,624°C

Jadi, larutan mempunyai kenaikan titik didih sebesar 0,624°C dibandingkan air.

18. Jawaban: e

Untuk larutan NaCl (elektrolit) akan terurai menurut reaksi:

NaCl Na+ + Cl (n = 2)

Penurunan titik beku: n = 2, valensi 1, m = 0,4 m

ΔTf= m · Kf {1 + (n – 1) α} 1,488 = 0,4 · 1,86 {1 + (2 – 1) α} 1,488= 0,744 (1 + α)

α= 1

Jadi, derajat ionisasi NaCl dalam larutan sebesar 1. 19. Jawaban: e

Tekanan osmotik sama jika jumlah zat terlarut sama.

NaCl → Na+ + Cl

Jumlah ion 0,1 mol NaCl 500 mL : 2 [ion] = 2 × 0,1 × 0,51 = 0,4 mol/L

Konsentrasi larutan yang lain sebagai berikut. a. [ion KCl] = 2 × 0,2 × 0,11 = 4

b. [molekul glukosa] = 0,1 × 0,51 = 0,2 c. [molekul sukrosa] = 0,3 × 0,51 = 0,6 d. [ion KCl] = 2 × 0,1 × 1

1 = 0,2

e. [molekul urea] = 0,4 × 1

1 = 0,4

Jadi, larutan yang isotonik dengan NaCl tersebut adalah larutan urea 0,4 mol dalam 1.000 mL air. 20. Jawaban: e

Larutan tersebut diukur pada keadaan yang sama saat 6 gram zat X dilarutkan dalam 12 liter gas etana pada tekanan 38 cmHg.

Larutan dalam etana

π = 38 cmHg = 380 mmHg = 0,5 atm

π = M · R · T

0,5 = 306 × 121 × 0,082 × T T = 365,85 K

Larutan dalam benzena

π =19 cmHg = 190 mmHg = 0,25 atm

π = M · R · T 0,25 =

r 4 M X ×

1.000

5.000 × 0,082 × 365,85

Mr zat X = 95,9 ≈ 96

Jadi, Mr zat X adalah 96 gram/mol. B. Uraian

1. nair = np = 990

18 = 55

P = Xp · P°

= p

p t n n +n · P°

17,37 =

t 55 55+n × 18

955,35 + 17,37 nt= 990 17,37 nt= 34,65

nt= 2 nt= nzat X

2 =

r 120

M

Mr= 60

Jadi, massa molekul relatif zat X sebesar 60 g/mol. 2. ΔTb = (100,65 – 100)°C = 0,65°C

Misal kadar gula dalam larutan = a% dalam 100 gram larutan:

a. massa gula = a

100 × 100 gram = a gram

b. massa air = (100 – a) gram

ΔTb =

r m M ×

1.000 p × Kb

0,65 = 342a × (1001.000a) × 0,52 0,4275 = (100aa)

42,75 – 0,4275a = a 1,4275a = 42,75

a = 29,95 = 30

Jadi, kadar gula dalam larutan 30%. 3. ΔTb = 101,3 – 100 = 1,3°C

ΔTb =

r m M ×

1.000 p × Kb

1,3 =

r 90 M ×

1.000

200 × 0,52

Mr = 180

Rumus molekul = (CH2O)n Mr= (12 + (2 × 1) + 16) × n 180 = 30 × n

n = 6


(8)

4. K2SO4→ 2K+(aq) + SO

42–(aq) n = 3

K2SO4 terionisasi sempurna, berarti α = 1.

ΔTb= (m · Kb) i

= (m · Kb) {1 + (n – 1) α}

= 0,1 m × 0,52°Cm–1 × {1 + (3 – 1)1}

= 0,156°C

Titik didih larutan = (100 + 0,156)°C = 100,156°C

5. NaCl → Na+ + Cl; n = 2 π= {1 + (n – 1)α} ×

r m M ×

1

V × R × T

17,28 = {1 + (2 – 1)0,8} × 58,5m × 0,51 × 0,082 × 300 17,28 = (1,8) × 58,5m × 2 × 24,6

m = 1,8 2 24,617,28 58,5× ×× = 11,4 gram

Jadi, massa NaCl yang dilarutkan sebanyak 11,4 gram.

A. Pilihan Ganda 1. Jawaban: c

Untuk 100 gram larutan NaCl, massa NaCl = 10

100 × 100 gram = 10 gram.

m =

r m M ×

1.000 p

= 10

58,5 × 1.000

90

= 1,89 = 1,90 m

Jadi, molalitas larutan NaCl sebesar 1,90 m. 2. Jawaban: b

Untuk 100 gram larutan etanol, massa etanol (C2H5OH) = 10020 × 100 g

= 20 g.

Massa pelarut = (100 – 20) g = 80 g m=

r m M ×

1.000 p

= 2046 × 1.00080 = 5,43

Jadi, molalitas larutan etanol 20% massa adalah 5,43 molal.

3. Jawaban: c

Sifat koligatif larutan merupakan sifat fisik larutan yang bergantung dari banyaknya zat terlarut yang ada dalam larutan (molalitasnya), tetapi tidak bergantung pada jenis zat yang dilarutkan. 4. Jawaban: d

Adanya zat terlarut nonvolatil dalam suatu pelarut cair mengakibatkan penurunan tekanan uap jenuh.

Semakin besar konsentrasi zat terlarut nonvolatil yang ditambahkan, semakin besar penurunan tekanan uap jenuh yang teramati atau semakin kecil tekanan uap jenuh. Jadi, urutan larutan yang mempunyai tekanan uap dari yang paling kecil hingga paling besar yaitu R, Q, T, P, dan S. 5. Jawaban: a

Besar penurunan titik beku sebanding dengan konsentrasi molal (m). Semakin kecil penurunan titik beku larutan, maka titik beku larutan tersebut semakin tinggi sehingga titik beku tertinggi dimiliki larutan dengan konsentrasi molal (m) terkecil, yaitu pada glukosa 0,05 m.

6. Jawaban: a

ρair = 1 g/mL

Jika volume air = 1 L, massa air = 1.000 gram

ΔTb=

r

massa sukrosa M sukrosa ×

1.000 p × Kb

0,15 = 228342 × 1.0001.000 × Kb Kb= 0,22°C/m

Jadi, besarnya Kb sukrosa 0,22°C/m. 7. Jawaban: b

ΔTb= Tb – Tb° = 100,65 – 100 = 0,65

ΔTb =

r m M ×

1.000 p × Kb

0,65 = m

180 × 1.000

2.000 × 0,52

m = 450 gram

Jadi, massa glukosa yang dilarutkan sebanyak 450 gram.


(9)

8. Jawaban: b

iKCl = {1 + (2 – 1)1} = 2 iCaCl

2 = {1 + (3 – 1)1} = 3

ρair = 1 g/ml → massa air = 500 gram

ΔTb = {

r massa KCl

M KCl ×

1.000

p × Kb × iKCl}

+ { 2

r 2

massa CaCl M CaCl ×

1.000

p × Kb × iCaCl2}

= {(mol KCl × iKCl) + (mol CaCl2 × iCaCl

2)}

× 1.000p × Kb

ΔTb = ⎧⎛⎨⎜37,2574,5 2⎞⎟

⎩ × +

55,5 111 3

⎛ ⎞

⎜ ⎟

⎝ × ⎠⎭ ×

1.000 500 × 0,5

= 2,5°C

Jadi, titik didih larutan = 100°C + 2,5°C = 102,5°C. 9. Jawaban: e

ΔTf = 0 – (–3,1) = 3,1°C

ΔTf =

r m M ·

1.000 p · Kf

3,1 =

r 40 M ·

1.000 300 · 1,86

Mr = 80

Jadi, Mr zat X sebesar 80 gram/mol. 10. Jawaban: b

Isotonik → π1 = π2 C1 · R1 · T1 = C2 · R2 · T2 Jika T1 = T2 maka C1 = C2.

1 1 n V =

2 2 n V

n2= 2 1 V V × n1

= 500

250 × 3

180 mol = 1 30 mol

Mr X = 1 30

4,6 g mol = 138

Jadi, massa molekul relatif (Mr) zat X adalah 138. 11. Jawaban: b

ΔTf = 0 – (–0,28) = 0,28°

ΔTf =

r m M ×

1.000 p × Kf

0,28 = m

200 × 1.000

100 × 1,86

m = 3 gram

Jadi, massa zat nonelektrolit tersebut sebanyak 3 gram.

12. Jawaban: e

Penambahan etilen glikol ke dalam radiator mobil untuk menurunkan titik beku air dalam radiator.

Proses desalinasi air laut merupakan proses mengubah air laut menjadi air tawar dengan cara memisahkan garamnya. Proses desalinasi dapat dilakukan dengan teknik osmosis balik dengan tekanan tinggi. Proses ini menggunakan membran berskala molekul untuk memisahkan air dari pengotornya.

13. Jawaban: b M = 0,1 M

CdSO4→ Cd2+ + SO 42–

n = 1 + 1 = 2

α = 0,75

T = 27°C = (27 + 273) = 300 K R = 0,082

π = . . .?

π= M · R · T{1 + (n – 1)α}

= 0,1 · 0,082 · 300 · {1 + (2 – 1)0,75} = 4,3 atm

Jadi, tekanan osmotik larutan CdSO4 sebesar 4,3 atm.

14. Jawaban: b

1) K – L: perubahan titik beku larutan 2) K – R: proses mencair larutan 3) T – M: proses menguap pelarut 4) M – N: perubahan titik uap larutan 5) T – R: perubahan titik tripel larutan 15. Jawaban: e

αH2SO4 = 1 p = 250 g Kb = 0,52°C m = 24,5 g Mr = 98

ΔTb = . . .?

H2SO4→ 2H2+ + SO 42–

n = 2 + 1 = 3

ΔTb= m × Kb × {1 + (n – 1)α} = 24,5

98 × 1.000

250 × 0,52 × {1 + (3 – 1) 1}

= 1,56°C

Jadi, kenaikan titik didih larutan sebesar 1,56°C. 16. Jawaban: b

ΔTb = Tb larutan – Tb pelarut = 102,08°C – 100°C = 2,08°C

ΔTb=

r m M ×

1.000 p × Kb

2,08 = 540

180 × 1.000

p × 0,52


(10)

Pelarut ditambah 250 gram p = (750 + 250) gram

= 1.000 gram

ΔTb= 540

180 × 1.000

p × 0,52

= 1,56°C

Tb larutan = Tb larutan + ΔTb = 100 + 1,56°C = 101,56°C

Jadi, setelah ditambah pelarut (air), titik didih larutan mengalami penurunan menjadi 101,56°C. 17. Jawaban: b

ΔTb = (102,6 – 100)°C = 2,6°C Mr Ca(OH)2 = 74

ΔTb=

r m M ×

1.000

p × Kb × {1 + (n – 1)α}

2,6 = 3774 × 1.000250 × 0,52 × {1 + (3 – 1)α} 2,6 = 1,04 × {1 + 2α}

2,6 = 1,04 + 2,08α

α= 2,081,56 = 0,75 %α = 0,75 × 100% = 75%

Jadi, derajat ionisasi basa (Ca(OH)2) sebesar 75%. 18. Jawaban: a

Untuk larutan gula dalam air:

ΔTb= 105,2 – 100 = 5,2°C mgula= 1 · 1.000

100 = 10 m ΔTb= mgula · Kb

5,2 = 10 · Kb

Kb= 0,52 (pelarut air)

Untuk larutan alkohol dalam air, pelarutnya adalah air, Kb = 0,52.

Kenaikan titik didih = ΔTb = 5,2.

Misalkan alkohol yang dilarutkan dalam 100 gram air = x mol, maka:

ΔTb= malkohol · Kb 5,2 = x · 1.000

100 · 0,52

x = 1 mol

Jadi, alkohol yang dilarutkan dalam air sebanyak 1 mol.

19. Jawaban: a

mol urea = 3060 = 0,5 mol mol air = 1881 = 4,5 mol

Xurea = mol ureamol urea+mol air = 0,50,5+4,5 = 0,10

Jadi, fraksi mol urea dalam larutan sebesar 0,1. 20. Jawaban: d

P° = 31,8 mmHg X = 0,056 mol

Tekanan uap jenuh larutan = tekanan uap pelarut

ΔP = X · P°

ΔP = 0,056 × 31,8 = 1,7808 Tekanan uap larutan = 31,8 – 1,78

= 30,02 mmHg

Jadi, tekanan uap larutan sebesar 30,02 mmHg. 21. Jawaban: b

ΔTf =

r m M ·

1.000 p · Kf ΔTf = 18

180 · 1.000

500 · 1,8 ΔTf = 0,36°C

ΔTf = titik beku pelarut – titik beku larutan 0,36 = 0° – titik beku larutan

titik beku larutan = –0,36°C

Jadi, larutan akan membeku pada suhu –0,36°C. 22. Jawaban: d

Tekanan osmotik (π) dihitung dengan rumus:

π = M ·1

V· R · T

Jika volume semua larutan sama, misal dianggap 1 liter dan suhu perhitungan adalah tetap, tekanan osmotik berbanding lurus dengan jumlah mol zat terlarut. Semakin besar mol zat terlarut, tekanan osmotik semakin besar. Jadi, tekanan osmotik dari yang paling rendah hingga paling besar yaitu larutan S, P, T, Q, dan R. Larutan S mempunyai tekanan osmotik paling rendah karena mempunyai zat terlarut paling sedikit.

23. Jawaban: d

Jika ke dalam suatu pelarut dilarutkan suatu zat terlarut, titik didih larutan yang terbentuk akan lebih tinggi daripada titik didih pelarut murni. Hal ini disebut kenaikan titik didih (ΔTb). Untuk zat terlarut elektrolit besar, kenaikan titik didih dapat dihitung sebagai berikut.

ΔTb = m × Kb × i =

r m M ×

1.000

p × Kb × i

di mana: i = {1 + (n – 1)α} n = jumlah ion


(11)

Untuk Fe2(SO4)3:

n = 5, Mr = 400, dan α diketahui = 0,8

ΔTb= 1.000

500 × 40

400 × 0,52 × {1 + (5 – 1)0,8}

= 0,437°C

Jadi, kenaikan titik didih larutan sebesar 0,437°C. 24. Jawaban: b

ΔTf = Tf° – Tf

Larutan urea termasuk nonelektrolit ΔTf = Kf · m. Larutan KOH, BaCl2, dan NaNO2 termasuk elektrolit, Tf = kf · m · i untuk larutan encer, harga M dianggap sama dengan m.

1) KOH 1 M → Tf = Tf° – Kf (1)(2) = Tf° – 2 Kf 2) BaCl2 1 M → Tf = Tf° – Kf (1)(3) = Tf° – 3 Kf 3) Urea 2 M → Tf = Tf° – Kf (2) = Tf° – 2 Kf 4) NaNO2 2 M → Tf = Tf° – Kf (2)(2) = Tf° – 4 Kf Jadi, larutan yang mempunyai titik beku sama yaitu larutan KOH (1) dan larutan urea (3).

25. Jawaban: b

Massa = ρ × volume = 2,53 g/L × 0,2 L = 0,506 gram

π = 720 mmHg = 0,947 atm T = 55°C + 273 = 328 K

π= M · R · T

π=

r massa M alkana ×

1.000

volume larutan × R × T

0,947 =

r 0,506 M alkana ×

1.000

200 × 0,082 × 328

Mr alkana = 71,8 = 72 Rumus alkana: CnH2n + 2

CnH2n + 2= 72 n(Ar C) + {(2n + 2)(Ar H)} = 72 12n + {(2n + 2)(1)} = 72 12n + 2n + 2 = 72 14n = 70 n = 5

Jadi, rumus molekul gas alkana tersebut C5H12. 26. Jawaban: d

Tekanan osmotik dirumuskan dengan π = M · R · T, di mana M =

r gram

M · 1.000

mL atau M = mol

V , V dalam

liter. Jika R = 0,082 L · atm · mol–1 K–1 dan T =

tetap maka π = Volumemol . 1) π = 0,20,1 = 0,5 atm 2) π = 0,10,1 = 1 atm 3) π = 0,2 = 0,67 atm

4) π = 0,20,1 = 2 atm 5) π = 0,250,1 = 0,4 atm

Jadi, tekanan osmotik terbesar terdapat pada larutan 4), yaitu sebesar 2 atm.

27. Jawaban: d

Tekanan uap larutan diperoleh dari rumus P = P° – ΔP. Semakin besar jumlah partikel zat terlarut dalam jumlah mol pelarut yang sama, tekanan uap larutannya semakin kecil. Di antara pilihan jawaban tersebut larutan yang memiliki jumlah partikel zat terlarut terbanyak adalah gambar 1) sehingga tekanan uap larutan terkecil terdapat pada larutan nomor 1). Urutan tekanan uap larutan dari yang kecil ke yang besar yaitu 1) < 3) < 2) < 5) < 4). Jadi, tekanan uap larutan terbesar terdapat pada larutan nomor 4).

28. Jawaban: a

ΔTb = m · Kb

Jadi, kenaikan titik didih larutan (ΔTb) = Kb apabila m (molalitas larutan) = 1 molal.

29. Jawaban: a i = 1 + (n – 1) α 3 = 1 + (n – 1) 1 n – 1 = 2

n = 3

ΔTb = (101,5 – 100)°C = 1,5°C

ΔTb =

r m M ·

1.000 p · Kb · i

1,5 =

r 18,8

M · 1.000

200 · 0,52 · 3

Mr= 97,76 ≈ 98

Jadi, senyawa tersebut mempunyai n = 3 dan Mr = 98.

H2SO4; n = 3 dan Mr = 98 HNO3; n = 2 dan Mr = 63 NaOH; n = 2 dan Mr = 40 CaCl2; n = 3 dan Mr = 111 Ba(OH)2; n = 3 dan Mr = 171 Jadi, senyawa tersebut H2SO4. 30. Jawaban: e

Meskipun kedua larutan mempunyai molalitas yang sama, tetapi penurunan titik beku dan kenaikan titik didih larutan garam lebih besar daripada larutan gula. Hal ini karena larutan garam merupakan larutan elektrolit kuat yang dapat terionisasi menjadi ion Na+ dan ion Cl.

NaCl(s) → Na+(aq) + Cl(aq)

Dengan demikian, dalam larutan garam terdapat 1 mol ion Na+ dan 1 mol ion Cl atau 2 mol garam.


(12)

Adapun dalam larutan gula (nonelektrolit) tidak dapat terionisasi.

C12H22O11(s) → C12H22O11(aq)

Dengan demikian, dalam larutan gula hanya terdapat 1 mol gula.

B. Uraian 1. ΔTb= Kb ×

r m M ×

1.000 p

= 0,52 × 36

180 × 1.000

250

= 0,42°C

Tb larutan glukosa = Tb air + ΔTb = (100 + 0,42)°C = 100,42°C

Jadi, larutan mendidih pada suhu 100,42°C. 2. Jumlah mol MgCl2 = 1

1g

95 g mol− = 0,011 mol

Molalitas larutan = 0,011mol0,5 kg = 0,022 mol kg–1

Molaritas larutan juga dapat dianggap = 0,022 mol/liter karena ρair = 1 kg/L.

i = 1 + (n – 1) α = 1 + (3 – 1) 0,9 = 2,8

a. ΔTb = Kb · m · i

= 0,52 · 0,022 · 2,8 = 0,032°C

Titik didih larutan = 100 + 0,032°C = 100,032°C b. ΔTf = Kf · m · i

= 1,86 · 0,022 · 2,8 = 0,115°C

Titik beku larutan = 0 – 0,115°C = –0,115°C

c. Molaritas larutan juga dapat dianggap = 0,022 mol/liter.

π = M · R · T · i

= 0,022 · 0,08205 · 298 · 2,8 = 1,51 atm

3. np (mol pelarut, H2O) =

2 1 1,00 10 g 18,0 g mol−

×

= 5,56 mol nt (mol terlarut formamid) = 1

r

5,00 g M formamid (g mol )−

=

r 5,00

M formamid mol ΔP = P° – P = Xt × P°

X = P P

P ° −

°

= 31,82 mmHg31,82 mmHg−31,20 mmHg = 1,9 × 10–2

Xt= t t p

n n +n

Untuk larutan encer, harga nt sangat kecil dibandingkan np. Oleh karena itu, harga nt + np dapat dianggap sama dengan np saja sehingga Xt = t

p n n .

1,9 × 10–2 = r

5,00 M formamidmol

5,56 mol

Mr formamid = 2 5,00

(5,56)(1,9 10 )× − = 5,00

0,11 = 45,45

Jadi, berat molekul formamid 45,45 g mol–1.

4. P° = 18 mmHg np = 0,75 mol nt = 0,25 mol

ΔP = Xt · P° = p

p t n n +n · P°

= 0,250,25+0,75 · 18 mmHg = 4,5 mmHg

Jadi, penurunan tekanan uap jenuh larutan pada suhu 20°C tersebut sebesar 4,5 mmHg.

5. pH = 13

pOH = 14 – 13 =1 [OH–] = 0,1 M

Hasil pengujian daya hantar listrik larutan menunjukkan adanya banyak gelembung gas pada kedua elektrode dan nyala lampu yang terang → larutan elektrolit kuat → larutan basa kuat. Rumus basa kuat

[OH–] = M · b, b = valensi basa

0,1 = M · b M = 0,1

b

Larutan elektrolit kuat : α = 1 sehingga i = n, n = jumlah partikel (ion).

untuk larutan basa kuat i = n = 1+b

Rumus kenaikan titik didih larutan elektrolit kuat:

ΔTb = Kb · m · i Tb Tb° = Kb · m · i

Titik didih pelarut (air) = 100°C, kemolaran larutan encer dianggap sama dengan kemolalannya sehingga:

100,078 100 = 0,52 × 0,1

b × (1 + b)

0,078 b = 0,052 + 0,052 b 0,026 b = 0,052

b = 2 M = 0,1

b = 0,1

2 = 0,05 M


(13)

n = M · V n = 0,05 × 0,4 n = 0,02 mol

Basa dari logam X dengan valensi basa = 2, mempunyai rumus molekul X(OH)2.

Massa X(OH)2= 3,42 gram massa X(OH)2= n × Mr X(OH)2

3,42 = 0,02 × Mr X(OH)2 Mr X(OH)2= 171

Ar X + 2(ArO + Ar H) =171 Ar X + 2( 16 + 1) = 171 Ar X = 171 – 34

Ar X = 137 (merupakan Ar Ba)

Jadi, rumus molekul basa dari logam X tersebut adalah Ba(OH)2.

6. massa sukrosa = 6,84 gram Mr sukrosa = 342

R = 0,082 L atm mol–1K–1

Vlarutan = 2 L

Tlarutan = 25 + 273 = 298 K

π = M × R × T =

r m M ×

1

V × R × T

= 6,84

342 × 1

2 × 0,082 × 298

= 0,24 atm

Jadi, tekanan osmotik larutan sukrosa sebesar 0,24 atm.

7. ΔTb= m · Kb =

r m M ·

1.000 p · Kb

(100,26 – 100) =

r 3 M ·

1.000 100 · 0,52

0,26 =

r 3 · 5,2

M

Mr= 3 · 5,20,26 = 60

Jadi, massa molekul relatif zat 60. 8. p = 300 ml × 1 g/ml = 300 gram

CH3COOH → n = 2

Mr CH3COOH = 12 + (3 × 1) + 12 + (2 × 16) + 1 = 60

ΔTf=

r g M ·

1.000

p · Kf {1 + (2 – 1) α}

0 – (–7,03) = 40

60 · 1.000

300 · 1,86 · {1 + (2 – 1) α}

7,03 = 4,133 (1+ α)

α= 4,1337,03 – 1 = 0,7 = 70%

Jadi, derajat ionisasi asam asetat sebesar 70%. 9. ΔTb = (100,416 – 100)°C = 0,416°C

Misal: massa glukosa = x gram massa urea = (27 – x) gram

ΔTb= {

r

massa glukosa M glukosa ×

1.000 p × Kb}

+ {

r massa urea

M urea × 1.000

p × Kb}

0,416 = {(180x ) + (2760−x)} × 1.000250 × 0,52 0,416 = x 81 3x

180

+ −

× 2,08 74,88 = –4,16x + 168,48 4,16x = 93,6

x = 22,5 gram

Massa glukosa = x = 22,5 gram

Massa urea = (27 – x) = 27 – 22,5 = 4,5 gram Massa glukosa : urea = 22,5 : 9,5 = 5 : 1

Jadi, perbandingan antara massa glukosa dan urea adalah 5 : 1.

10. Larutan hipotonik merupakan larutan yang memiliki tekanan osmotik lebih rendah.

Larutan H2SO4 0,3 M

π= 0,3 · R · T · i

= 0,3 · R · T · {1 + (3 – 1)1} = 0,9 · R · T

Larutan hipotonik berarti larutan yang memiliki tekanan osmotik kurang dari 0,9 RT.

a. Glukosa 0,9 M → nonelektrolit

π= 0,9R · T (isotonik) b. KNO3 0,6 M → n = 2

π= 0,6 · R · T · {1 + (2 – 1)1} = 1,2R · T (hipertonik) c. urea 0,3 M → nonelektrolit

π= 0,3R · T (hipotonik) d. Na2SO4 0,2 M → n = 3

π= 0,2 · R · T · {1 + (3 – 1)1} = 0,6R · T (hipotonik)

Jadi, larutan yang bersifat hipotonik terhadap larutan H2SO4 0,3 M yaitu urea 0,3 M dan Na2SO4 0,2 M.


(14)

Reaksi Redoks dan Elektrokimia Setelah mempelajari bab ini, peserta didik mampu:

1. menyetarakan persamaan reaksi redoks dengan cara bilangan oksidasi dan setengah reaksi (ion elektron); 2. menyimpulkan ciri reaksi redoks yang berlangsung spontan berdasarkan hasil pengamatan;

3. menjelaskan susunan, fungsi setiap bagian, serta penerapan sel Volta dalam kehidupan sehari-hari; 4. menghitung potensial sel berdasarkan data potensial standar;

5. menjelaskan faktor-faktor yang memengaruhi terjadinya korosi dan cara pencegahannya; 6. menerapkan konsep hukum Faraday dalam perhitungan sel elektrolisis;

7. menuliskan reaksi elektrolisis pada penyepuhan dan pemurnian suatu logam. Berdasarkan pengetahuan dan keterampilan yang dikuasai, peserta didik mampu:

1. menghargai dan mensyukuri reaksi redoks sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa dengan menerapkannya untuk mempermudah pemenuhan kebutuhan sehari-hari;

2. berperilaku disiplin, tanggung jawab, teliti, jujur, kerja sama, saling menghargai, dan santun.

Persamaan Reaksi Redoks Sel Elektrokimia Korosi

• Mendiskusikan perubahan warna akibat reaksi reduksi oksidasi.

• Mendiskusikan penyetaraan reaksi redoks dengan metode setengah reaksi dan bilangan oksidasi.

• Mengamati dan mendiskusikan video mengenai penyepuhan logam.

• Merancang percobaan mengenai reaksi spontan.

• Mengamati reaksi redoks spontan berdasarkan percobaan. • Menentukan E°sel berdasarkan

data.

• Merancang percobaan mengenai elektrolisis.

• Mengamati perubahan-perubahan yang terjadi pada elektrolisis melalui kegiatan praktikum.

• Mendiskusikan faktor-faktor yang memengaruhi korosi berdasarkan gambar.

• Mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi terjadinya korosi melalui kegiatan praktikum. • Menyajikan artikel mengenai korosi dan penyepuhan logam.

• Mensyukuri terjadinya reaksi redoks dan elektrokimia di alam sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa dan memanfaatkannya dengan bijaksana.

• Berperilaku disiplin, tanggung jawab, teliti, jujur, kerja sama, saling menghargai, dan santun saat mengerjakan tugas, berdiskusi, dan melakukan pengamatan.

• Mampu menjelaskan penyetaraan persamaan reaksi redoks dengan cara bilangan oksidasi dan setengah reaksi (ion elektron). • Mampu menjelaskan ciri reaksi redoks yang berlangsung spontan.

• Mampu menjelaskan susunan, fungsi setiap bagian, serta penerapan sel Volta dalam kehidupan sehari-hari. • Mampu menghitung potensial sel berdasarkan data potensial sel standar.

• Mampu menerapkan hukum Faraday dalam perhitungan sel elektrolisis. • Mampu menuliskan reaksi elektrolisis pada penyepuhan dan pemurnian logam. • Mampu menjelaskan faktor-faktor yang memengaruhi korosi dan cara pencegahannya. • Mampu menyajikan artikel mengenai korosi dan penyepuhan logam.

• Mampu menyajikan hasil rancangan percobaan dan laporan praktikum mengenai reaksi redoks spontan. • Mampu menyajikan hasil rancangan percobaan dan laporan praktikum mengenai elektrolisis.


(15)

A. Pilihan Ganda 1. Jawaban: b

1) SO42– S2–

Reaksi di atas merupakan reaksi reduksi karena melepaskan oksigen.

2) 2Cr2O72–→ 2CrO 42–

+6 –2 +6 –2

Reaksi tersebut bukan reaksi oksidasi karena biloks Cr tidak mengalami perubahan (tetap). 3) Mg → Mg2+ + 2e

Reaksi di atas merupakan reaksi oksidasi karena reaksi tersebut melepaskan elektron. 4) S2O32– S

4O62–

+2 –2 +2,5–2

Reaksi tersebut merupakan reaksi oksidasi karena terjadi kenaikan bilangan oksidasi pada atom S.

2. Jawaban: b

Cl2 + 2NaOH → NaCl + NaClO + H2O

0 –1 +1

reduksi oksidasi

Zat yang mengalami reaksi disproporsionasi (autoredoks) adalah klor (Cl). Bilangan oksidasi klor (Cl) semula 0 berubah menjadi –1 dan +1. 3. Jawaban: e

Unsur klor dalam senyawa tidak dapat mengalami reaksi disproporsionasi apabila memiliki bilangan oksidasi –1 atau +7.

Pada ion ClO–

biloks ClO–= (1 × biloks Cl) + (1 × biloks O)

–1 = (1 × biloks Cl) + (1 × (–2)) –1 = biloks Cl + (–2)

biloks Cl = +1 Pada ion ClO4

biloks ClO4= (1 × biloks Cl) + (4 × biloks O)

–1 = (1 × biloks Cl) + (4 × (–2)) –1 = biloks Cl + (–8)

biloks Cl = +7

Biloks Cl pada ion Cl– adalah –1.

Unsur Cl yang tidak dapat mengalami reaksi disproporsionasi (autoredoks) adalah pada ion ClO4

dan Cl–.

4. Jawaban: d

1) H2 + Cl2→ 2HCl

0 0 +1–1

oksidasi reduksi

Reaksi di atas merupakan reaksi redoks. 2) CuO + C → Cu + CO

+2 –2 0 0 +2–2 reduksi

oksidasi

Reaksi di atas merupakan reaksi redoks. 3) CuO + 2HCl → CuCl2 + H2O

+2–2 +1–1 +2 –1 +1 –2

Reaksi di atas bukan reaksi redoks karena tidak ada unsur yang mengalami perubahan bilangan oksidasi.

4) SnCl2 + I2 + 2HCl → SnCl4 + 2HI

+2 0 +4 –1

oksidasi reduksi

Reaksi di atas merupakan reaksi redoks. 5) MnO2 + 4HCl → MnCl2 + 2H2O + Cl2

+4 –1 +2 0

reduksi

oksidasi

Reaksi di atas merupakan reaksi redoks. 5. Jawaban: e

1) Senyawa NO

biloks NO = (1 × biloks N) + (1 × biloks O) 0 = (1 × biloks N) + (1 × (–2)) 0 = biloks N + (–2)

biloks N = +2 2) Senyawa KNO3

biloks KNO3= (1 × biloks K) + (1 × biloks N) + (3 × biloks O)

0 = (1 × (+1)) + (1 × biloks N) + (3 × (–2))

0 = 1 + biloks N + (–6) biloks N = +5

3) Senyawa NH4Cl

biloks NH4Cl = (1 × biloks N) + (4 × biloks H) + (1 × biloks Cl)

0 = (1 × biloks N) + (4 × (+1)) + (1 × (–1))


(16)

4) Senyawa N2O3

biloks N2O3= (2 × biloks N) + (3 × biloks O) 0 = (2 × biloks N) + (3 × (–2)) 0 = (2 × biloks N) + (–6) 2 × biloks N = +6

biloks N = 6

2 +

= +3 5) Senyawa N2H4

biloks N2H4= (2 × biloks N) + (4 × biloks H) 0 = (2 × biloks N) + (4 × (+1)) 0 = (2 × biloks N) + 4

2 × biloks N = –4 biloks N = 4

2 −

= –2 6. Jawaban: e

1) Ion MnO4

biloks MnO4= (1 × biloks Mn) + (4 × biloks O)

–1 = (1 × biloks Mn) + 4 × (–2)) –1 = biloks Mn + (–8)

biloks Mn = +7 2) Ion SbO33–

biloks SbO33–= (1 × biloks Sb) + (3 × biloks O)

–3 = (1 × biloks Sb) + (3 × (–2)) –3 = biloks Sb + (–6)

biloks Sb = +3 3) Ion Fe(CN)63–

biloks Fe(CN)63–= (1 × biloks Fe) + (6 × biloks

CN)

–3 = (1 × biloks Fe) + (6 × (–1)) –3 = biloks Fe + (–6)

biloks Fe = +3 4) Ion Cr2O72–

biloks Cr2O72–= (2 × biloks Cr) + (7 × biloks O)

–2 = (2 × biloks Cr) + (7 × (–2)) –2 = (2 × biloks Cr) + (–14) 2 × biloks Cr = +12

biloks Cr = 12

2 +

= +6 5) Ion SbO43–

biloks SbO43–= (1 × biloks Sb) + (4 × biloks O)

–3 = (1 × biloks Sb) + (4 × (–2)) –3 = biloks Sb + (–8)

biloks Sb = +5 7. Jawaban: d

1) NaOH + HCl → NaCl + H2O +1–2+1 +1–1 +1–1 +1–2

Reaksi di atas bukan reaksi redoks karena pada reaksi tersebut tidak terdapat unsur yang mengalami perubahan bilangan oksidasi. 2) AgNO3 + NaCl → AgCl + NaNO3

+1 +5–2 +1 –1 +1 –1 +1 +5–2

Reaksi di atas bukan reaksi redoks karena pada reaksi tersebut tidak terdapat unsur yang mengalami perubahan bilangan oksidasi.

3) Na2CO3 + H2SO4→ Na2SO4 + H2 + CO2 +1 +4–2 +1+6–2 +1+6–2 0 +4–2

reduksi

Reaksi di atas bukan reaksi redoks karena pada reaksi tersebut hanya terdapat penurunan bilangan oksidasi (reaksi reduksi).

4) Fe2O3 + 2Al → Al2O3 + 2Fe +3 –2 0 +3 –2 0

oksidasi reduksi

Reaksi di atas merupakan reaksi redoks. 5) Pb(NO3)2 + 2KI → PbI2 + 2KNO3

+2 +5–2 +1–1 +2–1 +1+5–2

Reaksi di atas bukan reaksi redoks karena pada reaksi tersebut tidak terdapat unsur yang mengalami perubahan bilangan oksidasi. 8. Jawaban: c

2NaCl(aq) + H2O(A)→ Cl2(g) + H2(g) + NaOH(aq)

–1 × (2) +1 × (2) 0 × (2) 0 × (2)

= –2 = +2 = 0 = 0

+2

–2 Sehingga menjadi:

2NaCl(aq) + 2H2O(A)→ Cl2(g) + H2(g) + 2NaOH(aq)

Menyamakan unsur lain.

2NaCl(aq) + 2H2O(A)→ Cl2(g) + H2(g) + 2NaOH(aq)

Jadi, koefisien a = 2, b = 1, dan c = 1. 9. Jawaban: c

Cr2O72–+ H+ + 2Cl–→ 2Cr3++ H

2O + Cl2

+6 × (2) –1 × (2) +3 × (2) 0 × (2)

= +12 = –2 = +6 = 0

–6 (× 1)

+2 (× 3) sehingga menjadi:

Cr2O72–+ H+ + 6Cl–→ 2Cr3++ H

2O + 3Cl2

Menyamakan unsur yang lain. Cr2O72–+ 14H+ + 6Cl–→ 2Cr3++ 7H

2O + 3Cl2

Jadi, koefisien a = 1, b = 14, c = 6, dan d = 2, e = 7, dan f = 3.

10. Jawaban: a Cr2O72–(aq) + AsO

33–(aq) → 2Cr3+(aq) + AsO43–(aq)

+6 × (2) +3 +3 × (2) +5

= +12 = +6

–6 (× 1)

+2 (× 3) sehingga menjadi

Cr2O72–(aq) + 3AsO


(17)

Disetarakan dengan menambah H+ dan H 2O.

Cr2O72–(aq) + 3AsO

33–(aq) + 8H+(aq) → 2Cr3+(aq) +

3AsO43–(aq) + 4H 2O(A)

Jadi, perbandingan banyaknya mol antara ion Cr2O72– dengan AsO

43– setelah disetarakan adalah

1 : 3. B. Uraian

1. a. CuO + H2 → Cu + H2O

+2 0 0 +2

Bilangan oksidasi Cu berubah dari +2 menjadi 0. Bilangan oksidasi H2 berubah dari 0 menjadi +2. b. Zat yang bertindak sebagai reduktor adalah zat mengalami oksidasi atau kenaikan bilangan oksidasi. Pada reaksi tersebut zat yang bertindak sebagai reduktor adalah H2. Zat yang bertindak sebagai oksidator adalah zat yang mengalami reduksi atau penurunan bilangan oksidasi. Pada reaksi tersebut, zat yang berfungsi sebagai oksidator adalah CuO. Hasil reduksi adalah Cu dan hasil oksidasi adalah H2O.

2. Reaksi:

MnO4(aq) + H+(aq) + H

2C2O4(aq)→ Mn2+(aq) +

H2O(A) + CO2(g)

Oksidasi: H2C2O4(aq)→ 2CO2(g) + 2H+(aq) + 2e

(× 5) Reduksi : MnO4(aq) + 8H+(aq) + 5e–→ Mn2+(aq)

+ 4H2O(A) (× 2)

sehingga menjadi:

Oksidasi: 5H2C2O4(aq)→ 10CO2(g) + 10H+(aq) +

10e–

Reduksi : 2MnO4(aq) + 16H+(aq) + 10e– →

2Mn2+(aq) + 8H 2O(A)

–––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––

Redoks : 2MnO4(aq) + 6H+(aq) + 5H

2C2O4(aq)

2Mn2+(aq) + 8H

2O(A) + 10CO2(g)

Jadi, nilai a, c, e, dan f secara berturut-turut adalah 2, 5, 8, dan 10.

3. Reaksi: Fe2+(aq) + Cr

2O72–(aq)→ Fe3+(aq) + 2Cr3+(aq)

Oksidasi: Fe2+(aq) Fe3+(aq) + e(× 6)

Reduksi : Cr2O72–(aq) + 14H+(aq) + 6e–→ 2Cr3+(aq)

+ 7H2O(A) (× 1)

sehingga menjadi:

Oksidasi: 6Fe2+(aq) 6Fe3+(aq) + 6e

Reduksi : Cr2O72–(aq) + 14H+(aq) + 6e– →

2Cr3+(aq) + 7H 2O(A)

–––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––

Redoks : 6Fe2+(aq) + Cr

2O72–(aq) + 14H+(aq)

6Fe3+(aq) + 2Cr3+(aq) + 7H 2O(A)

Berdasarkan reaksi di atas dapat diketahui bahwa perbandingan antara koefisien Fe2+ dan Cr

2O72–

adalah 6 : 1 sehingga setiap 1 mol Cr2O72– dapat

mengoksidasi 6 mol Fe2+.

4. P(s) + NO3(aq) PO

43–(aq) + NO(g)

(suasana asam)

Oksidasi: P(s) + 4H2O(A)→ PO43–(aq) + 8H+(aq) + 5e

(× 3) Reduksi : NO3(aq) + 4H+(aq) + 3e–→ NO(g) + 2H

2O(A)

(× 5) sehingga menjadi:

Oksidasi: 3P(s) + 12H2O(A)→ 3PO43–(aq) + 24H+(aq)

+ 15e–

Reduksi : 5NO3(aq) + 20H+(aq) + 15e–→ 5NO(g) +

10H2O(A)

–––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––

Redoks : 3P(s) + 2H2O(A) + 5NO3(aq) 3PO 43–(aq)

+ 4H+(aq) + 5NO(g)

5. a. Metode setengah reaksi

Oksidasi : Fe2+(aq) Fe3+(aq) + e(× 5)

Reduksi : MnO4(aq) + 8H+(aq) + 5e– →

Mn2+(aq) + 4H

2O(A) (× 1)

Sehingga menjadi:

Oksidasi : 5Fe2+(aq) 5Fe3+(aq) + 5e

Reduksi : MnO4(aq) + 8H+(aq) + 5e– →

Mn2+(aq) + 4H 2O(A)

––––––––––––––––––––––––––––––––––––– Redoks : 5Fe2+(aq) + MnO

4–(aq) + 8H+(aq)

5Fe3+(aq) + Mn2+(aq) + 4H 2O(A)

b. Metode bilangan oksidasi

MnO4(aq) + Fe2+(aq) Mn2+(aq) + Fe3+(aq)

+7 +2 +2 +3

–5 (× 1)

+1 (× 5) Sehingga menjadi:

MnO4(aq) + 5Fe2+(aq) Mn2+(aq) + 5Fe3+(aq)

Disetarakan dengan menambah H+ dan H 2O.

MnO4(aq) + 5Fe2+(aq) + 8H+(aq) Mn2+(aq)

+ 5Fe3+(aq) + 4H 2O(A)


(18)

A. Pilihan Ganda 1. Jawaban: b

Pada sel Galvani (sel Volta) terjadi perubahan energi kimia menjadi energi listrik. Sebaliknya, perubahan energi listrik menjadi energi kimia terjadi pada sel elektrolisis.

2. Jawaban: e

1) Mn | Mn2+ || Ag+ | Ag

Oksidasi : Mn → Mn2+ + 2eE° = +1,20 volt (× 1)

Reduksi : Ag+ + e–→ Ag E° = +0,80 volt (× 2)

––––––––––––––––––––––––––––––––––––– Redoks : Mn + 2Ag+→ Mn2+ + 2Ag

sel = +2,00 volt Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh harga E° bernilai positif (+) sehingga reaksi berlangsung spontan.

2) Zn | Zn2+ || Ag+ | Ag

Oksidasi : Zn → Zn2+ + 2eE° = +0,76 volt (× 1)

Reduksi : Ag+ + e Ag E° = +0,80 volt (× 2)

––––––––––––––––––––––––––––––––––––– Redoks : Zn + 2Ag+ Zn2+ + 2Ag

sel = +1,56 volt Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh harga E° bernilai positif (+) sehingga reaksi berlangsung spontan.

3) Mn | Mn2+ || Zn2+ | Zn

Oksidasi : Mn → Mn2+ + 2eE° = +1,20 volt

Reduksi : Zn2+ + 2e–→ Zn E° = –0,76 volt

––––––––––––––––––––––––––––––––––––– Redoks : Mn + Zn2+→ Mn2+ + Zn

sel = +0,44 volt Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh harga E° bernilai positif (+) sehingga reaksi berlangsung spontan.

4) Zn | Zn2+ || In3+ | In

Oksidasi : 3Zn → 3Zn2+ + 6eE° = +0,76 volt

Reduksi : 2In3+ + 6e–→ 2In E° = –0,34 volt

––––––––––––––––––––––––––––––––––––– Redoks : 3Zn + 2In3+→ 3Zn2+ + 2In

sel = +0,42 volt Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh harga E° bernilai positif (+) sehingga reaksi berlangsung spontan.

5) In | In3+ || Mn2+ | Mn

Oksidasi : 2In → 2In3+ + 6eE° = +0,34 volt

Reduksi : 3Mn2+ + 6e–→ 3Mn E° = –1,20 volt

––––––––––––––––––––––––––––––––––––– Redoks : 2In + 3Mn2+→ 2In3+ + 3Mn

sel = –0,86 volt

Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh harga E° bernilai negatif (–) sehingga reaksi berlangsung tidak spontan.

3. Jawaban: b

Mencari potensial standar P | P2+ || S2+ | S

P | P2+ || Q2+ | Q

sel = +2,46 volt (tetap)

R | R2+ || Q2+ | Q

sel = +1,56 volt (dibalik)

R | R2+ || S2+ | S

sel = +1,10 volt (tetap)

sehingga menjadi: P | P2+ || Q2+ | Q

sel = +2,46 V

Q | Q2+ || R2+ | R

sel = –1,56 V

R | R2+ || S2+ | S

sel = +1,10 V

––––––––––––––––––––––––––––– P | P2+ || S2+ | S

sel = +2,00 V

4. Jawaban: b Reaksi:

Katode (reduksi) : Ag++ e Ag E° = +0,80 V

(× 2) Anode (oksidasi): Zn → Zn2+ + 2eE° = +0,76 V

(× 1)

––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––– + Reaksi sel (redoks) : 2Ag+ + Zn 2Ag + Zn2+

E°sel = +1,56 V

Diagram sel: Zn | Zn2+ || Ag+ | Ag

5. Jawaban: c

Diketahui notasi sel Al | Al3+ || Pb2+ | Pb.

Berdasarkan notasi sel tersebut dapat kita ketahui bahwa aluminium (Al) mengalami oksidasi, sedangkan timbal (Pb) mengalami reduksi. E°sel = E°katode – E°anode = E°Pb – E°Al 1,53 = E°Al – (–1,66)

Al = 1,53 – 1,66 = –0,13 V 6. Jawaban: c

a. AgNO3(aq)

Reaksi elektrolisis larutan AgNO3 AgNO3(aq)→ Ag+(aq) + NO

3–(aq)

Katode : Ag+(aq) + e Ag(s)

Anode : 2H2O(A)→ 4H+(aq) + O

2(g) + 4e–

Elektrolisis di atas menghasilkan endapan perak (Ag) di katode dan gas oksigen di anode. b. Na2SO4(aq)

Reaksi elektrolisis larutan Na2SO4 Na2SO4(aq)→ 2Na+(aq) + SO

42–(aq)

Katode : 2H2O(A) + 2e– H

2(g) + 2OH–(aq)

Anode : 2H2O(A)→ 4H+(aq) + O

2(g) + 4e–

Elektrolisis di atas menghasilkan gas hidrogen di katode dan gas oksigen di anode.


(19)

c. NaH(aq)

Reaksi elektrolisis larutan NaH NaH(aq)→ Na+(aq) + H(aq)

Katode : 2H2O(A) + 2e–→ H

2(g) + 2OH–(aq)

Anode : 2H+(aq) H

2(g) + 2e–

Elektrolisis di atas menghasilkan gas hidrogen di katode dan anode.

d. MgCl2(aq)

Reaksi elektrolisis larutan MgCl2 MgCl2(aq)→ Mg2+(aq) + NO

3–(aq)

Katode : 2H2O(A) + 2e–→ H

2(g) + 2OH–(aq)

Anode : 2Cl–(aq) Cl

2(g) + 2e–

Elektrolisis di atas menghasilkan gas hidrogen di katode dan gas klorin di anode.

e. KI(aq)

Reaksi elektrolisis larutan KI KI(aq)→ K+(aq) + I(aq)

Katode : 2H2O(A) + 2e–→ H

2(g) + 2OH–(aq)

Anode : 2I–(aq) I

2(s) + 2e–

Elektrolisis di atas menghasilkan gas hidrogen di katode dan endapan I2 di anode.

7. Jawaban: b

1) Elektrolisis larutan NaCl dengan elektrode C NaCl(aq)→ Na+(aq) + Cl(aq)

Katode : 2H2O(A) + 2e– 2OH(aq) + H 2(g)

Anode : 2Cl–(aq) Cl

2(g) + 2e–

Gas hidrogen terbentuk di katode.

2) Elektrolisis larutan CuSO4 dengan elektrode Cu CuSO4(aq)→ Cu2+(aq) + SO

42–(aq)

Katode : Cu2+(aq) + 2e–→ Cu(s)

Anode : Cu(s)→ Cu2+(aq) + 2e

Gas hidrogen tidak terbentuk.

3) Elektrolisis larutan BaCl2 dengan elektrode Pt BaCl2(aq)→ Ba2+(aq) + 2Cl(aq)

Katode : 2H2O(A) + 2e–→ 2OH(aq) + H 2(g)

Anode : 2Cl–(aq) Cl

2(g) + 2e–

Gas hidrogen terbentuk di katode.

4) Elektrolisis larutan AgNO3 dengan elektrode Ag AgNO3(aq)→ Ag+(aq) + NO

3–(aq)

Katode : Ag+(aq) + e–→ Ag(s)

Anode : Ag(s)→ Ag+(aq) + e

Gas hidrogen tidak terbentuk.

Jadi, gas hidrogen dapat terbentuk pada sel elektro-lisis 1) dan 3).

8. Jawaban: a

Al2O3(A)→ 2Al3+(A) + 3O2–(A)

Pada elektrolisis lelehan senyawa ion dengan elektrode inert (C), Al3+ direduksi di katode

sedangkan O2– dioksidasi di anode.

Katode : Al3+(A) + 3e–→ Al(s)

Anode : 2O2–(A) O

2(g) + 4e–

X merupakan anode (kutub positif) sehingga reaksi yang terjadi berupa 2O2–(A) O

2(g) + 4e–

9. Jawaban: e

Elektrolisis larutan NaCl dengan elektrode Pt. NaCl(aq)→ Na+(aq) + Cl(aq)

Katode : 2H2O(A) + 2e– H

2(g) + 2OH–(aq)

Anode : 2Cl–(aq) Cl

2(g) + 2e–

10. Jawaban: a

a. Larutan K2SO4 dengan elektrode Pt K2SO4(aq)→ 2K+(aq) + SO

42–(aq)

Katode : 2H2O(A) + 2e–→ H

2(g) + 2OH–(aq)

Anode : 2H2O(A)→ 4H+(aq) + O

2(g) + 4e–

Elektrolisis larutan K2SO4 dengan elektrode Pt menghasilkan gas hidrogen di katode dan gas oksigen di anode.

b. Larutan AgNO3 dengan elektrode Pt AgNO3(aq)→ Ag+(aq) + NO

3–(aq)

Katode : Ag+(aq) + e–→ Ag(s)

Anode : 2H2O(A)→ 4H+(aq) + O

2(g) + 4e–

Elektrolisis larutan AgNO3 dengan elektrode Pt menghasilkan endapan perak di katode dan gas oksigen di anode.

c. Larutan CuSO4 dengan elektrode Pt CuSO4(aq)→ Cu2+(aq) + SO

42–(aq)

Katode : Cu2+(aq) + 2e Cu(s)

Anode : 2H2O(A)→ 4H+(aq) + O

2(g) + 4e–

Elektrolisis larutan CuSO4 dengan elektrode Pt menghasilkan endapan Cu di katode dan gas oksigen di anode.

d. Larutan KBr dengan elektrode Pt KBr(aq)→ K+(aq) + Br(aq)

Katode : 2H2O(A) + 2e–→ H

2(g) + 2OH–(aq)

Anode : 2Br–(aq) Br

2(A) + 2e–

Elektrolisis larutan KBr dengan elektrode Pt menghasilkan gas hidrogen di katode dan larutan bromin di anode.

e. Larutan NaI dengan elektrode Pt NaI(aq)→ Na+(aq) + I(aq)

Katode : 2H2O(A) + 2e–→ H

2(g) + 2OH–(aq)

Anode : 2I–(aq) I

2(s) + 2e–

Elektrolisis larutan NaI dengan elektrode Pt menghasilkan gas hidrogen di katode dan endapan iodin di anode.

11. Jawaban: d

Arus listrik yang dialirkan sama maka: wAg : wCu : wAu = eAg : eCu : eAu

(nAg × Ar Ag) : (nCu × Ar Cu) : (nAu : Ar Au) = A Agr

Valensi Ag : r A Cu Valensi Cu :

r A Au Valensi Au


(1)

Mol Fe : mol S = (1 × Ar Fe) : (1 × Ar S) = (1 × 56) : (1 × 32) = 56 : 32

= 7 : 4

Jadi, pada beberapa percobaan dalam tabel tersebut akan menghasilkan sisa sebagai berikut.

6. Jawaban: b

Volume gas CO2 = 20 L Volume campuran gas = 8 L Misal:

volume CH4 = x L volume C3H8= (8 – x)L

Perbandingan mol = perbandingan koefisien = perbandingan volume.

Reaksi I

CH4(g) + 2O2(g) → CO2(g) + 2H2O(g)

x L 2x L x L 2x L

Reaksi II

C3H8(g) + 5O2(g) → 3CO2(g) + 4H2O(g) (8 – x) L 5(8 – x) L 3(8 – x) L 4(8 – x) L

Volume gas CO2 = 20 L x L + 3(8 – x) L = 20 L

x + 24 – 3x = 20 24 – 2x = 20 2x = 4

x = 2 Dengan demikian: Volume CH4 = 2 L

% CH4 = Volume CH4

Volume campuran × 100%

= 2 L

8 L × 100% = 25%

Volume C3H8 = (8 – x) = 8 – 2 = 6L % C3H8 = Volume C H3 8

Volume campuran × 100%

= 6 L8 L × 100% = 75%

Jadi, persentase gas metana dan propana berturut-turut adalah 25% dan 75%.

7. Jawaban: c

Padatan kalsium karbonat (CaCO3) direaksikan dengan larutan asam klorida (HCl) menghasilkan

CaCO3(s) + HCl(aq) → CaCl2(aq) + H2O(A) + CO2(g)

Jika dimisalkan, persamaan reaksi menjadi: aCaCO3(s) + bHCl(aq) → cCaCl2(aq) + dH2O(A) + eCO2(g)

Misal: a = 1 Ca: a = c

1 = c c = 1 C: a = e 1 = e e = 1 Cl: b = 2c

b = 2(1) b = 2 H: b = 2d

2 = 2d 2d = 2 d = 1 O: 3a = d + 2e

3(1) = 1 + 2(1) 3 = 1 + 2 3 = 3

Jadi, persamaan reaksi setaranya sebagai berikut. CaCO3(s) + 2HCl(aq) → CaCl2(aq) + H2O(A) + CO2(g)

8. Jawaban: e

Larutan elektrolit kuat menghasilkan nyala lampu terang, terdapat banyak atau sedikit gelembung gas, serta memiliki α = 1 seperti larutan 3) dan 4). Larutan 1) dan 5) termasuk larutan elektrolit lemah. Larutan 1) menghasilkan nyala lampu redup, meng-hasilkan sedikit gelembung gas, serta memiliki 0 < α < 1 (α = 0,05), sedangkan larutan 5) tidak menyalakan lampu, memiliki 0 < α < 1 (α = 0,02), serta menghasilkan sedikit gelembung gas. Larutan 2) termasuk larutan nonelektrolit karena tidak menyalakan lampu, tidak menghasil-kan gelembung gas, dan memiliki α = 0.

9. Jawaban: c

ρHCl = 1,08 g/mL % berat HCl = 17% Mr HCl = 36,5

V1 = 1 mL

V2 = 1000 mL Sebelum diencerkan: M1=

r

%HCl 10 M HCl

ρ × ×

= 1,08 17 10× ×

36,5 = 5,03 M = 5 M

Setelah diencerkan:

Massa Fe (gram)

5,6 11,0 14,0 18,2

Massa S (gram)

4,0 6,0 8,0 10,0

Massa FeS (gram)

0,8 gram S 0,5 gram Fe

-0,7 gram Fe

Massa FeS (gram)

8,8 16,5 22,0 27,5


(2)

107

Kimia Kelas XII

M2 = 5 1×

1.000 = 0,005 M

[HCl] = 0,005 M

HCl(aq) → H+(aq) + Cl(aq)

0,005M 0,005M 0,005M

pH = –log [H+]

= –log (0,005) = –log (5 × 10–3)

= 3 – log 5 10. Jawaban: a

Titrasi CH3COOH dengan NaOH merupakan titrasi asam lemah dengan basa kuat.

1) pH larutan sebelum dititrasi ditentukan oleh konsentrasi H+ dalam CH

3COOH.

MCH

3COOH = 0,1 M Ka = 10–5

[H+] = × 3

a CH COOH

K M

= 10−5×0,1

= 10−6 = 10–3 M

pH = –log [H+]

= –log (10–3) = 3

pH sebelum dititrasi sebesar 3.

2) Sebelum mencapai titik ekuivalen, pH larutan cenderung tetap karena penambahan sedikit basa NaOH mengakibatkan terbentuknya penyangga asam.

3) Titik ekuivalen terjadi saat penambahan 25 mL NaOH. Larutan yang terjadi bersifat basa (pH > 7) karena mengandung garam CH3COONa yang bersifat basa.

4) Setelah melewati titik ekuivalen, pH larutan ditentukan oleh konsentrasi NaOH dan mengalami kenaikan.

Jadi, kurva titrasi CH3COOH 0,1 M dengan NaOH 0,1 M ditunjukkan oleh kurva a.

11. Jawaban: c

Larutan penyangga adalah campuran dari: 1) asam lemah dengan garamnya; 2) basa lemah dengan garamnya;

3) asam lemah dengan basa kuat dan jika direaksikan sisa asam lemah;

4) basa lemah dengan asam kuat dan jika direaksikan sisa basa lemah.

Adapun penjelasan untuk tiap-tiap campuran sebagai berikut.

1) Campuran NH4Cl dengan HI tidak dapat membentuk larutan penyangga karena merupakan campuran garam dan asam kuat. 2) Campuran KOH dengan HCl merupakan campuran basa kuat dengan asam kuat. Dengan demikian, campuran ini tidak dapat

membentuk larutan penyangga.

3) Campuran NH4OH dan NH4Cl merupakan campuran basa lemah dengan garamnya. Campuran ini dapat membentuk larutan penyangga (penyangga basa).

4) Campuran KOH dengan HCOOK merupakan campuran basa kuat dengan garamnya. Dengan demikian, campuran ini tidak dapat membentuk larutan penyangga.

5) Campuran NaOH dengan CH3COOH merupa-kan campuran basa kuat dengan asam lemah. Reaksi antara NaOH dengan CH3COOH dituliskan sebagai berikut.

CH3COOH(aq) + NaOH(aq) → CH3COONa(aq) + H2O(A)

VNaOH = 50 mL MNaOH = 0,1 M

nNaOH = MNaOH × VNaOH = 0,1 × 50 = 5 mmol VCH

3COOH= 50 mL MCH

3COOH= 0,1 M nCH

3COOH = MCH3COOH × VHCl = 0,1 × 50 = 5 mmol

CH3COOH(aq) + NaOH(aq) → CH3COONa(aq) + H2O(A)

m : 5 mmol 5 mmol -

-r : 5 mmol 5 mmol 5 mmol 5 mmol

––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––– +

s : - - 5 mmol 5 mmol

Oleh karena setelah direaksikan asam lemah habis bereaksi, maka campuran 50 mL NaOH 0,1 M dan 50 mL CH3COOH 0,1 M tidak dapat membentuk larutan penyangga.

12. Jawaban: e

Garam yang dapat membirukan kertas lakmus merah adalah garam yang bersifat basa. Garam yang bersifat basa terbentuk dari asam lemah dan basa kuat.

1) KI terbentuk dari basa kuat (KOH) dan asam kuat (HI) sehingga garam tersebut bersifat netral.

2) NH4Br terbentuk dari basa lemah (NH4OH) dan asam kuat (HBr) sehingga garam tersebut bersifat asam.

3) NaF terbentuk dari basa kuat (NaOH) dan asam lemah (HF) sehingga garam tersebut bersifat basa.

4) (NH4)2CO3 terbentuk dari basa lemah (NH4OH) dan asam lemah (H2CO3) sehingga garam tersebut dapat bersifat asam atau basa tergantung harga Ka dan Kb.

5) (HCOO)2Ca terbentuk dari basa kuat (Ca(OH)2) dan asam lemah (HCOOH) sehingga garam tersebut bersifat basa.


(3)

Jadi, garam yang dapat membirukan kertas lakmus merah ditunjukkan oleh nomor 3) dan 5).

13. Jawaban: b pH = 10

pOH = 14 – pH = 14 – 10 = 4 pOH = –log [OH–]

4 = –log [OH–]

[OH–] = 10–4 M

Mg(OH)2(s) R Mg2+(aq) + 2OH(aq) 1

2 × 10–4 M 10–4 M

Ksp = [Mg2+] [OH]2

= (1

2 × 10–4)(10–4)2

= 5 × 10–13

Jadi, harga hasil kali kelarutan Mg(OH)2 adalah 5 × 10–13.

14. Jawaban: d

Tekanan uap larutan dipengaruhi oleh jumlah mol zat terlarut nonvolatil. Semakin banyak mol zat terlarut nonvolatil, tekanan uap larutan semakin kecil. Berdasarkan diagram batang tersebut, larutan yang mempunyai tekanan uap larutan paling besar adalah larutan N. Sementara itu, larutan yang mempunyai tekanan uap larutan paling kecil adalah larutan O.

15. Jawaban: b

16. Jawaban: c

Senyawa yang digunakan sebagai bahan pem-buatan zat warna diazo adalah anilina, sedangkan senyawa yang digunakan sebagai parfum sabun adalah nitrobenzena. Fenol digunakan sebagai antiseptik. Asam salisilat digunakan sebagai zat antijamur dalam bentuk salep. Asam benzena sulfonat digunakan sebagai bahan pembuatan sakarin dan obat-obat sulfat.

17. Jawaban: e

Senyawa organik adalah senyawa mengandung unsur C, H, dan O. Adapun sifat-sifat senyawa organik sebagai berikut.

1) Kebanyakan berasal dari makhluk hidup dan beberapa dari hasil sintesis.

2) Reaksi berlangsung lambat.

3) Memiliki titik didih dan titik leleh rendah. 4) Pada umumnya tidak dapat menghantarkan

arus listrik.

5) Gas hasil pembakaran dapat mengeruhkan air kapur.

18. Jawaban: e

Pereaksi Fehling, Benedict, dan Tollens digunakan untuk menguji adanya gula pereduksi (karbohidrat kecuali sukrosa, amilum, dan selulosa). Sukrosa dan amilum tidak termasuk gula pereduksi sehingga tidak menghasilkan endapan merah bata saat diuji dengan pereaksi Fehling atau Benedict serta tidak menghasilkan cermin perak saat diuji dengan pereaksi Tollens. Sementara itu, maltosa bereaksi positif dengan pereaksi Benedict menghasilkan endapan merah bata. Uji Seliwanoff digunakan untuk membedakan glukosa dan fruktosa. Fruktosa bereaksi positif dengan pereaksi Seliwanoff menghasilkan warna merah, sedangkan glukosa tidak memberikan warna merah. Iodin digunakan untuk uji polisakarida (amilum, glikogen, dan dekstrin). Ketika diuji dengan iodin, amilum menghasilkan warna biru, glikogen menghasilkan warna merah kecokelatan, dan dekstrin meng-hasilkan warna merah anggur.

19. Di antara senyawa-senyawa berikut yang memiliki titik didih paling tinggi adalah . . . .

a. pentana b. 3-etilpentana c. 2-metilpentana d. 3-metilpentana

e. 2,2-dimetil-3-etilpentana Jawaban: e

Semakin panjang rantai karbon (atom C semakin banyak) maka titik didihnya semakin tinggi. Jumlah atom C dalam tiap-tiap senyawa hidrokarbon pada soal sebagai berikut.

1) pentana → memiliki 5 atom C 2) 3-etilpentana → memiliki 7 atom C 3) 2-metilpentana → memiliki 6 atom C 4) 3-metilpentana → memiliki 6 atom C

5) 2,2-dimetil-3-etilpentana → memiliki 9 atom C Jadi, senyawa yang memiliki titik didih paling tinggi adalah 2,2-dimetil-3-etilpentana.

Contoh Penerapan Sifat Koloid

a.

b. c. d. e. f.

Penggunaan tanah diatome pada proses pemutihan gula pasir.

Terjadinya warna biru di langit pada siang hari.

Pembentukan delta di daerah muara.

Sorot lampu proyektor di gedung bioskop.

Identifikasi jenazah melalui tes DNA.

Proses cuci darah bagi pen-derita gagal ginjal.

Adsorpsi

Efek Tyndall Koagulasi Efek Tyndall Elektroforesis Dialisis


(4)

109

Kimia Kelas XII

Rumus Struktur dan Nama Senyawa

Kegunaan

Desinfektan dalam karbol, peng-awet kayu, serta bahan baku obat-obatan dan zat warna. Fenol

1 2 3 4 5

6 7 20. Jawaban: b

O

H3C – CH – C – CH2 – CH – CH3 C2H5 CH3

Senyawa di atas termasuk alkanon dengan rantai induk heptanon (7 atom C). Penomoran dimulai dari sebelah kanan bawah sehingga cabang metil (–CH3) terletak pada atom C nomor 2 dan 5 serta O

gugus – C – pada nomor 4. Dengan demikian, nama senyawa tersebut adalah 2,5-dimetil-4-heptanon.

21. Jawaban: e

Reaksi pada soal merupakan reaksi esterifikasi yang terjadi antara asam butanoat dengan 2-propanol. Persamaan reaksinya dapat dituliskan sebagai berikut.

O

H3C – CH2 – CH2 – C – OH + H3C – CH – CH3 OH O

→ H3C – CH2 – CH2 – C – O – CH – CH3 + H2O CH3

Senyawa hasil reaksi merupakan senyawa ester yang memiliki nama IUPAC isopropil butanoat. 22. Jawaban: a

23. Jawaban: b

Senyawa turunan benzena yang berfungsi sebagai bahan baku pembuatan plastik adalah stirena. Rumus struktur stirena ditunjukkan oleh struktur b. Adapun kegunaan senyawa turunan benzena lainnya sebagai berikut.

24. Jawaban: d

Senyawa karbon yang memiliki rumus umum CnH2nO adalah aldehid dan keton. Berdasarkan hasil percobaan dengan pereaksi Tollens yang menghasilkan endapan perak, maka kemungkinan senyawa tersebut adalah aldehid. Senyawa aldehid memiliki gugus fungsi –CHO. Sementara itu, senyawa keton bereaksi negatif dengan pereaksi Tollens dan memiliki gugus fungsi –CO–.

25. Jawaban: d

Kegunaan lemak sebagai berikut. 1) Sumber energi cadangan.

2) Komponen struktural penyusun membran. 3) Pelarut vitamin atau hormon.

4) Melindungi organ tubuh. 5) Menjaga suhu tubuh. 26. Jawaban: c

Struktur polimer pada soal merupakan struktur bakelit. Bakelit banyak digunakan sebagai peralatan listrik seperti sakelar listrik. Pipa air biasanya terbuat dari polivinil klorida (PVC), serat tekstil biasanya terbuat dari dakron, pelapis panci antilengket biasanya terbuat dari teflon, dan plastik kemasan makanan biasanya menggunakan polistirena. 27. Jawaban: c

Reaksi eksoterm adalah reaksi yang disertai dengan pelepasan kalor. Reaksi ini ditandai dengan adanya kenaikkan suhu, seperti yang ditunjukkan oleh gambar 2) dan 3). Adapun gambar 1) dan 4) menunjukkan reaksi endoterm yaitu reaksi yang membutuhkan kalor dan ditandai dengan pe-nurunan suhu.

28. Jawaban: b

Persamaan reaksi setara pembakaran sempurna gas C2H2 sebagai berikut.

C2H2(g) + 52O2(g) → 2CO2(g) + H2O(A)

Polimer Jenis Polimerisasi

1) 2) 3) 4) 5)

Kondensasi Adisi

Adisi Adisi Kondensasi

Protein Polietilena Karet alam PVC Amilum

Monomer

Asam amino

Etena

Isoprena Vinil klorida Glukosa

Rumus Struktur dan Nama Senyawa

Kegunaan

Bahan baku pembuatan asam benzoat dalam industri, bahan baku pembuatan peledak TNT, dan sebagai pelarut senyawa organik.

Bahan dasar pembuatan zat warna diazo, obat-obatan, bahan bakar roket, dan bahan peledak. Parfum sabun, bahan semir sepatu, insulator listrik, serta bahan pembuatan anilina. Toluena

Anilina


(5)

Entalpi pembakaran 1 mol gas C2H2: ΔHc° C2H2 =ΣΔHf°produk – ΣΔH°freaktan

= {(2 × ΔHf°CO2) + (ΔHf°H2O)} – {(ΔHf°C2H2) + (

5

2 × ΔHf°O2)}

= {((2 × (–393)) + (–285)} – {(227) + (52 × 0)} = (–786 – 285) – 227

= –1.298 kJ/mol

Entalpi pembakaran 0,13 gram gas C2H2 = mol C2H2 × ΔHc°C2H2

= 0,13

26 × (–1.298)

= 0,005 × (–1298) = –6,49 kJ

Jadi, entalpi pembakaran sempurna 0,13 gram gas C2H2 sebesar –6,49 kJ.

29. Jawaban: c

Laju reaksi pembentukan gas hidrogen pada suhu 27°C.

vH 2 =

2 H

V t Δ

Δ =

36 12 30 10

− = 1,2 mL/detik

Jadi, laju reaksi pembentukan gas hidrogen sebesar 1,2 mL/detik.

30. Jawaban: c

2H2S(g) + 3O2(g) R 2H2O(g) + 2SO2(g) jumlah koefisien jumlah koefisien

pereaksi = 5 hasil reaksi = 4

Jika volume diperbesar, kesetimbangan akan bergeser ke arah zat yang koefisiennya lebih besar. Pada reaksi kesetimbangan di atas, kesetimbang-an bergeser ke arah pereaksi atau ke kiri (jumlah koefisien pereaksi > jumlah koefisien hasil reaksi). Dengan demikian, jumlah partikel pereaksi (H2S dan O2) bertambah dan jumlah partikel hasil reaksi (H2O dan SO2) berkurang.

31. Jawaban: d

Laju reaksi 1) terhadap 2) dipengaruhi oleh konsentrasi dan luas permukaan karena suhunya sama, tetapi bentuk padatan seng dan konsentrasi larutan HCl berbeda. Laju reaksi 1) terhadap 3) dipengaruhi oleh suhu karena bentuk padatan logam seng dan konsentrasi larutan HCl sama, tetapi suhunya berbeda. Laju reaksi 2) terhadap 3) dipengaruhi oleh suhu, luas permukaan, dan konsentrasi larutan HCl karena suhu, bentuk padatan seng, dan konsentrasi larutan HCl berbeda. Laju reaksi 3) terhadap 5) dipengaruhi oleh luas permukaan karena konsentrasi larutan HCl dan suhunya sama, tetapi bentuk padatan seng

32. Jawaban: e

Volume = 0,5 L

Mol SO3 mula-mula = 5 mol Mol SO3 setimbang = 2 mol Mol SO3 reaksi

= mol SO3 mula-mula – mol SO3 setimbang = 5 – 2

= 3 mol

2SO3(g) R 2SO2(g) + O2(g)

mula-mula : 5 mol -

-reaksi : 3 mol 3 mol 1,5 mol

––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––

setimbang : 2 mol 3 mol 1,5 mol

Kc = 22 2 2 3

[SO ] [O ]

[SO ] =

2 3 1,5 0,5 0,5

2 0,5 ⎛ ⎞ ⎛ ⎞ ⎜ ⎟ ⎜ ⎟ ⎝ ⎠ ⎝ ⎠

⎛ ⎞ ⎜ ⎟ ⎝ ⎠

= (6) (3)22

(4) = 108

16 = 27

4

Jadi, tetapan kesetimbangan reaksi 274 . 33. Jawaban: b

MnO2 + 4HCl → MnCl2 + 2H2O + Cl2

+4 –2 +1–1 +2 –1 +1 –2 0

Oksidator adalah spesi yang mengalami reaksi reduksi, sedangkan reduktor adalah spesi yang mengalami reaksi oksidasi. Pada reaksi tersebut, MnO2 bertindak sebagai oksidator, HCl bertindak sebagai reduktor, MnCl2 sebagai hasil reduksi, dan Cl2 sebagai hasil oksidasi.

34. Jawaban: e

Zn + Cu2+ → Zn2+ + Cu E° = 1,10 volt (tetap)

Sn2+ + 2e– → Sn E° = –0,14 volt (tetap)

Cu2+ + 2e– → Cu E° = 0,34 volt (dibalik)

sehingga menjadi:

Zn + Cu2+ → Zn2+ + Cu E° = 1,10 volt

Sn2+ + 2e → Sn E° = –0,14 volt

Cu → Cu2+ + 2eE° = –0,34 volt

––––––––––––––––––––––––––––––––––– + Zn + Sn2+ → Zn2+ + Sn E

sel = 0,62 volt

Jadi, harga potensial standar reaksi: Zn + Sn2+ → Zn2+ + Sn sebesar 0,62 volt.

35. Jawaban: a

wAg = 1,08 gram valensi Ag = 1

valensi Cu = 2

Ag Cu w w =

Ag Cu e e w A Agr


(6)

111

Kimia Kelas XII Cu

1,08

w =

108 1 63,5

2

Cu

1,08

w =

108 31,75

wCu = 31,75

108 × 1,08 gram

wCu = 0,3175 gram

Jadi, massa tembaga yang diendapkan sebanyak 0,3175 gram.

36. Jawaban: e

Korosi pada pipa besi yang ditanam dalam tanah dapat dicegah dengan pengorbanan anode. Pipa besi dihubungkan dengan logam yang lebih aktif (memiliki E°red Fe lebih kecil) daripada besi. Ketika logam tersebut dikontakkan dengan pipa besi, logam tersebut akan berkarat tetapi pipa besi tidak berkarat. Berdasarkan data di atas, logam yang paling efektif untuk mencegah korosi pada pipa besi yang ditanam dalam tanah adalah logam T karena memiliki harga E°red Fe paling kecil (–2,37 volt). 37. Jawaban: a

Sifat-sifat unsur pada soal merupakan sifat golongan halogen (VII A). Unsur halogen meliputi F, Cl, Br, I, dan At. Kalium merupakan unsur golongan IA, oksigen merupakan unsur golongan VI A, nitrogen merupakan unsur golongan V A, dan magnesium merupakan unsur golongan II A.

38. Jawaban: a

39. Jawaban: e

Proses pengolahan unsur krom (Cr) dinamakan Goldschmidt. Solvay merupakan proses pem-buatan senyawa natrium karbonat (Na2CO3). Ostwald merupakan proses pembuatan asam nitrat (HNO3). Tanur tiup merupakan proses pengolahan besi. Bilik timbal merupakan proses pembuatan asam sulfat (H2SO4) menggunakan katalis gas NO dan NO2.

40. Jawaban: b

Kandungan Unsur Mineral

1) 2) 3) 4) 5)

Silikon Aluminium Fosfor Magnesium Belerang Ortoklase

Karnalit Kriolit Apatit Pirit

No.

Kegunaan Senyawa

a. b. c. d. e.

Menetralkan asam lambung Gips (patah tulang) Pencahar

Kembang api Pemutih Mg(OH)2

CaSO4

MgSO4 Ba(NO3)2