Lingkungan Strategis RPJMD 2013-2018 RPJMD 2013 2018

IV-13 Kekuatan lainnya yang dimiliki adalah kondisi topografi yang terdiri dari daratan yang terbentang di sepanjang pantai utara dan selatan, serta pegunungan yang terbentang di daerah tengah. Karakter topografi inilah yang membentuk pola hidrologi dan iklim yang sangat baik, dan mendukung pengembangan pertanian sebagai sektor utama pembangunan Jawa Tengah, serta menjadi penyeimbang bagi ling- kungan di wilayah provinsi sekitar sebagai satu kesatuan bio region Pulau Jawa. 2 Sumber Daya Manusia Salah satu kekuatan besar yang dimiliki Jawa Tengah dalam mendukung pembangunan adalah jumlah penduduk yang cukup banyak urutan ke-4 terbanyak secara nasional, yang tersebar di seluruh wilayah Jawa Tengah. Bukan hanya jumlah penduduk yang besar, namun didukung dengan kualitas dan kapasitas penduduk yang baik, yang ditunjukkan dengan IPM yang semakin meningkat dari tahun ke tahun, dapat menjadi kekuatan strategis untuk mewujudkan tujuan dan sasaran pembangunan Jawa Tengah. Kekuatan lain yang dimiliki masyarakat Jawa Tengah adalah karakter masyarakat yang kuat dan berbudaya, mengedepankan tenggang rasa, tepo saliro, gotong royong, dan pekerja keras, serta tetap melestarikan kearifan lokal yang beragam warisan nenek moyang. Kekuatan ini dapat menjadi modal dasar pada pembentukan masyarakat Jawa Tengah yang berbudaya menuju pada cita-cita pembangunan Jawa Tengah yang berkepribadian dalam kebudayaan.

b. Kelemahan Weakness 1 Kependudukan

Jumlah penduduk Jawa Tengah yang cukup besar, tetapi tidak diiringi dengan penyebaran penduduk secara merata, dapat menjadi kelemahan yang dimiliki Jawa Tengah dalam proses pembangunan ke depan. Kondisi ini dapat dilihat dengan tingkat kepadatan penduduk yang tidak merata pada 35 kabupatenkota se-Jawa Tengah. Selain itu penyebaran penduduk yang lebih terfokus di daerah perkotaan, juga menjadi kendala dalam proses pembangunan Jawa Tengah. Situasi tersebut dapat menggambarkan tumbuhnya kantong-kantong ekonomi yang tidak seimbang antara perkotaan dan pedesaan. Masih tingginya jumlah penduduk miskin dan penganggur di Jawa Tengah menjadi tugas rumah yang cukup besar untuk segera diselesaikan dalam proses membangun Jawa Tengah ke depan. Hingga Tahun 2012, jumlah penduduk miskin Jawa Tengah mencapai 4,863 juta orang atau 14,98 dari total penduduk Jawa Tengah. Selain itu, angka pengangguran juga masih cukup tinggi yaitu sebesar 0,96 juta orang atau 5,63 dari total angkatan kerja. Kondisi ini berkaitan dengan kualitas hidup masyarakat Jawa Tengah secara ekonomi maupun sosial yang berada di bawah standar hidup layak, serta keterbatasan akses masyarakat pada sumber-sumber penghidupan yang lebih baik. Hal ini merupakan kelemahan Jawa Tengah yang harus segera dilakukan penyelesaian strategis agar IV-14 percepatan pembangunan menuju masyarakat sejahtera dapat terwujud. 2 Kesenjangan Wilayah Kesenjangan wilayah digambarkan dengan Indeks Williamson yang menunjukkan angka mendekati 1, yang artinya kesenjangan wilayah di Jawa Tengah masih cukup tinggi dan menjadi kelemahan dalam proses pembangunan Jawa Tengah ke depan. Kesenjangan wilayah di sini, ditunjukkan dengan ketidakmerataan penyebaran penduduk, sumber-sumber ekonomi, infrastruktur, serta sarana sosial yang mendukung kehidupan masyarakat seperti sarana pendidikan dan kesehatan. Hal ini juga terjadi disebabkan oleh luasnya wilayah Jawa Tengah, tetapi tidak didukung dengan kebijakan pembangunan wilayah yang adil, hingga ke pelosok daerah. Keterbatasan anggaran juga menjadi kendala dalam upaya pengembangan wilayah sebagai upaya pengurangan kesenjangan wilayah, terutama kesenjangan wilayah antara Pantura dan Pansela, serta wilayah timur dan barat. Untuk itu, perlu penyikapan yang baik dan konsisten guna memberikan solusi terbaik, dalam rangka meningkatkan pemerataan pembangunan Jawa Tengah untuk masyarakat secara adil dan merata. 3 Birokrasi Disharmonis kebijakan pemerintah antara Pemerintah Pusat dan Daerah, menjadi kendala besar dalam proses membangun Jawa Tengah. Di era otonomi daerah, masih terdapat kebijakan pemerintah pusat dan daerah yang tidak sinergis. Hal ini antara lain disebabkan belum kewenangan penanganan untuk beberapa urusan pembangunan pada masing-masing tingkatan pemerintahan. Selain itu kualitas sumber daya aparatur pemerintah yang belum memadai menjadi salah satu penyebab produk kebijakan pemerintah yang kurang efektif. Disisi lain penetapan kebijakan anggaran yang kurang proporsional dan belum sepenuhnya mencerminkan keberpihakan kepada masyarakat, menjadi kendala dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat sebagai tujuan hakiki dari pelaksanaan pembangunan.

2. Eksternal a. Peluang Opportunity

1 Ekonomi Global Terbukanya pasar bebas di era globalisasi baik regional maupun internasional, seperti ASEAN Economic Community AEC dan ASEAN China Free Trade Area ACFTA, menjadi potensi dan peluang untuk meningkatkan perekonomian nasional dan daerah. Peluang akses pasar untuk produk-produk Indonesia termasuk Jawa Tengah terbuka cukup besar, terutama ke Cina, yang berpenduduk lebih besar dari Eropa. Sementara dengan diberlakukannya AEC 2015, maka peluang kerja- sama perdagangan serta pintu pasar dengan negara-negara ASEAN juga semakin terbuka bebas.