VI - 28
6.2.2 Arah Kebijakan Pengembangan Wilayah
Arah  kebijakan  untuk  perwujudan  strategi  pengembangan  wilayah  Jawa Tengah meliputi :
a. Peningkatan  pelayanan  perkotaan  dan  pusat  pertumbuhan  ekonomi  wilayah
yang merata dan berhierarki, melalui upaya : 1
Pemantapan  fungsi-fungsi  pusat  kegiatan,  baik  Pusat  Kegiatan  Nasional PKN, Pusat Kegiatan Wilayah PKW, maupun Pusat Kegiatan Lokal PKL;
2 Peningkatan kapasitas pelayanan prasarana sarana dasar wilayah;
3 Pengembangan interkoneksi antara pusat kegiatan dan hinterland;
4 Pemantapan
perkembangan kawasan
di sepanjang
Pantura dan
mempercepat pertumbuhan kawasan di sepanjang Pansela. b.
Pemerataan  pembangunan  infrastruktur  terutama  di  wilayah  tengah  dan selatan, melalui upaya :
1 Peningkatan  kapasitas  dan  aksesibilitas  terutama  di  wilayah  tengah  dan
selatan; 2
Pengembangan  sistem  transportasi  darat,  laut,  dan  udara  secara  terpadu guna meningkatkan aksesibilitas antar wilayah;
3 Pengembangan sistem energi secara optimal dan mewujudkan keterpaduan
sistem penyediaan listrik agar terdistribusi merata; 4
Pengembangan  sistem  prasarana  pengairan  untuk  menunjang  kegiatan sektor yang terkait pemanfaatan sumber daya air;
5 Pengembangan  sistem  pelayanan  prasarana  permukiman  yang  terpadu
guna mencapai kualitas lingkungan permukiman yang baik. c.
Pemeliharaan dan pemulihan fungsi kawasan lindung, melalui upaya: 1
Rehabilitasi  dan  konservasi  kawasan  yang  berfungsi  lindung  baik  hutan maupun non hutan berbasis Daerah Aliran Sungai DAS;
2 Peningkatan luas Ruang Terbuka Hijau di kawasan perkotaan yang merata;
3 Peningkatan rehabilitasi pada lahan-lahan kritis;
4 Rehabilitasi daerah resapan air guna mempertahankan ketersediaan air.
d. Pengentasan
kemiskinan  dan  pembangunan  kualitas  hidup  masyarakat terutama  di  kabupatenkota  dengan  tingkat  kemiskinan  dan  pengangguran
tinggi serta IPM rendah, melalui upaya : 1
Peningkatan akses  penduduk  miskin  terhadap  pangan,  pendidikan,
kesehatan, energi dan rumah layak huni; 2
Pengembangan ekonomi padat karya untuk mengurangi pengangguran. e.
Pengembangan  ekonomi  wilayah  berbasis  potensi  unggulan  daerah,  terutama pada daerah-daerah yang memiliki sumber daya alam tinggi tetapi nilai PDRB
per kapitanya rendah, melalui upaya: 1
Peningkatan produksi dan produktivitas pertanian dalam arti luas; 2
Pengendalian  konversi  lahan  sawah  dengan  mengimplementasikan  lahan pertanian pangan berkelanjutan;
3 Pengembangan  kawasan  berdasarkan  potensi  unggulan  baik  di  perdesaan
maupun perkotaan; 4
Pengembangan industri unggulan daerah skala kecil, menengah dan besar; 5
Mendorong  fasilitasi  akses  permodalan  untuk  pengembangan  usaha  tani dan UMKM di wilayah perdesaan.
VI - 29
f. Mendorong  percepatan  pembangunan  wilayah  tertinggal  dan  kawasan
perbatasan, melalui upaya : 1
Peningkatan  akses  masyarakat  terhadap  lahan  dan  pemanfaatan  sumber daya alam terutama di perdesaan yang termasuk wilayah tertinggal dan di
kawasan perbatasan; 2
Peningkatan ketersediaan  infrastruktur  pelayanan  dasar  di  desa-desa
tertinggal; 3
Mendorong  pengembangan  investasi  pada  wilayah  tertinggal,  terutama  di wilayah selatan.
g. Penguatan kerjasama antar daerahwilayahregional dan antar pihak, melalui
upaya : 1
Memfasilitasi pengembangan kerjasama antar wilayahdaerah; 2
Pemantapan skema  kerjasama  antara  pemerintah  dan  swasta  dalam
meningkatkan sumber pembiayaan pembangunan.
VII - 1
BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH
7.1.  Kebijakan Umum
Dalam  menjabarkan  dan  mengimplementasikan  Visi  dan  Misi Pembangunan  Provinsi  Jawa  Tengah  Tahun  2013-2018  ke  dalam  pilihan
program  prioritas  di  masing-masing  strategi  yang  tepat  dan  inheren,  maka diperlukan  kebijakan  yang  memenuhi  minimal  4  empat  perspektif,  yaitu
perspektif  masyarakat  atau  layanan,  perspektif  proses  internal,  perspektif kelembagaan, dan perspektif keuangan, sebagai berikut :
a. Kebijakan  umum  pada  perspektif  masyarakat  atau  layanan,  antara  lain
diarahkan  pada  :  penyediaan  modal  usaha  rakyat  berupa  modal  kerja, pembimbingan  dan  pendampingan  untuk  usaha  mikro,  kecil  dan
menengah; pemberian jaminan ketersediaan dan distribusi sarana produksi yang  bersubsidi  bagi  petani  dan  nelayan;  peningkatan  kualitas  sumber
daya  pekerja  dan  kesejahteraan  buruh;  pemberian  jaminan  pelayanan dasar  kesehatan  dengan  mengutamakan  masyarakat  berpenghasilan
rendah,  lansia  dan  berkebutuhan  khusus;  dan  peningkatan  kapasitas infrastruktur;
b. Kebijakan  umum  pada  perspektif  proses  internal,  antara  lain  diarahkan
pada  :  sinkronisasi  dan  harmonisasi  hubungan  dan  regulasi  antara provinsi  dan  kabupatenkota;  perkuatan  sistem  pelayanan  publik  secara
cepat,  murah,  transparan  dan  terintegrasi;  pemantapan  kondusivitas wilayah; penerapan sistem pengadaan barang dan jasa secara terbuka dan
on-line;  pengembangan  kelembagaan  non  pemerintah  yang  independen guna  penyelenggaraan  mekanisme  sistem  pengaduan  masyarakat;  serta
pengembangan demokratisasi dan wawasan kebangsaan;
c. Kebijakan  umum  pada  perspektif  kelembagaan,  antara  lain  diarahkan
pada:  pelaksanaan  reformasi  birokrasi  berbasis  kompetensi;  peningkatan kualitas  sumber  daya  manusia;  pengembangan  pola  karier  yang  terbuka;
serta  penerapan  sistem  dan  pemanfaatan  teknologi  informasi  bagi peningkatan kinerja kelembagaan pemerintah provinsi;
d. Kebijakan  umum  pada  perspektif  keuangan,  antara  lain  diarahkan  pada  :
penerapan  sistem  on-line  dalam  penerimaan  dan  pengeluaran  anggaran pemerintah  guna  penerapan  transparansi  untuk  menghindari  penya-
lahgunaan  kewenangan  dan  Korupsi,  Kolusi,  dan  Nepotisme;  pelaksanaan politik anggaran secara efisien, efektif dan proporsional; serta peningkatan
kapasitas keuangan daerah.
Dalam  melaksanakan  perspektif  kebijakan  umum  tersebut,  Gubernur memiliki peran di dalam integrated perfectoral system atau sebagai penyelaras
dalam  pola  hierarki  hubungan  antara  pusat  dan  daerah,  dimana  Gubernur memiliki  kedudukan  dan  fungsi  ganda  yaitu  sebagai  Kepala  Daerah  Otonom
dan sebagai Wakil Pemerintah Pusat di Daerah. Oleh karena itu, maka dalam implementasi  kebijakan  umum  pembangunan  Jawa  Tengah  Tahun  2013-
2018,  Provinsi  Jawa  Tengah  berperan  sebagai  intermediary  agency
VII - 2
penghubung  bagi  berbagai  kepentingan  mulai  dari  desa,  kecamatan, kabupaten,  hingga  nasional,  serta  ke  semua  lapisan  masyarakat,  secara
proporsional, melalui: 1 kegotongroyongan; 2 memperkuat proses partisipasi aktif
pemangku kepentingan
pembangunan melalui
rembugan; 3
emansipatoris dan
tidak melahirkan
ketergantungan rakyat;
4 penyempurnaan kebijakan daerah dan desa untuk membangun pijakan sosial
guna  memperkuat  modal  sosial  dan  kearifan  lokal;  5  memperkuat kelembagaan  sosial;  serta  6  melestarikan  dan  mengembangkan  seni  dan
budaya Jawa.
7.2.  Program Pembangunan
Mendasarkan  strategi,  arah  kebijakan  dan  kebijakan  umum  untuk mencapai  tujuan  dan  sasaran  yang  ditetapkan  guna  mewujudkan  Visi  dan
Misi  Pembangunan  Jangka  Menengah  Provinsi  Jawa  Tengah  Tahun  2013- 2018,  maka  dirumuskan  11  sebelas  Program  Unggulan  sebagai  jabaran
operasional,  sehingga  dapat  diimplementasikan  dan  diukur  tingkat keberhasilannya, yaitu :
1.
Pendidikan Politik Masyarakat; 2.
Reformasi Birokrasi Berbasis Kompetensi; 3.
Menguatkan Sistem Pelayanan Publik; 4.
Mewujudkan Desa Mandiri; 5.
Peningkatan Kesejahteraan Pekerja; 6.
Rakyat Sehat; 7.
Optimalisasi Penyelenggaraan Pendidikan di Jawa Tengah; 8.
Meningkatkan Keadilan Gender dan Perlindungan Anak; 9.
Pembangunan Infrastruktur; 10.
Pembangunan Lingkungan Jawa Tengah Ijo Royo-Royo; 11.
Meningkatkan Peran dan Fungsi Seni Budaya Jawa.
Program  pembangunan  merupakan  program  prioritas  sebagai  fokus dan  penjabaran  kebijakan  umum  yang  langsung  berhubungan  dengan
pencapaian sasaran Visi dan Misi Pembangunan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013-2018, yang dijabarkan pada setiap misi sebagai berikut:
1.  Membangun  Jawa  Tengah  berbasis  Trisakti  Bung  Karno,  Berdaulat  di Bidang  Politik,  Berdikari  di  Bidang  Ekonomi,  dan  Berkepribadian  di
Bidang Kebudayaan Kebijakan pembangunan Gubernur Jawa Tengah periode 2013-2018
memiliki  karakter  berbasis  pada  nilai  ideologi,  berdasarkan  Trisakti  Bung Karno, yaitu Bardaulat di Bidang Politik, Berdikari di Bidang Ekonomi, dan
Berkepribadian  di  Bidang  Kebudayaan.  Kekuatan  karakter  tersebut diterjemahkan  sebagai  landasan  gerak  dalam  membangun  Jawa  Tengah.
Landasan  Trisakti  diaktualisasikan  sebagai  respon  atas  perubahan  global yang  memiliki  dampak  pada  posisi  kedaulatan  negara  dan  daerah,
khususnya  kedaulatan  atas  pangan  dan  energi  sebagai  prasyarat kedaulatan  daerah,  yang  akan  memberikan  implikasi  pada  kondisi
berdikari  di  bidang  ekonomi,  serta  melahirkan  karakter  politik  yang  lebih berdaulat pada rakyat Jawa Tengah yang kaya dengan kearifan lokal.