36 kepentingan yang terjadi dengan masyarakat lokal suku Indian yang hidup di
sekitar the Greater Yellowstone Ecosystem yang sudah menjadi tradisinya berburu satwa bison dan rusa Meffe and Carroll, 1994.
B. Letak dan Luas
Kawasan TNMB secara geografis terletak pada 113º38’38” - 113º58’30” BT dan 8º20’48” - 8º33’48” LS dengan wilayah administrasi pemerintahan terletak di
Kab. Jember dan Kab. Banyuwangi. Batas-batas wilayah kawasannya meliputi : a. Sebelah Utara berbatasan dengan kawasan PT. Perkebunan Nusantara XII
Kebun Malangsari dan kawasan hutan Perum PERHUTANI. b. Sebelah Timur berbatasan dengan Kali Sanen, kawasan PT. Perkebunan
Nusantara XII Kebun Sumberjambe, PT. Perkebunan Treblasala dan Desa Sarongan.
c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia. d. Sebelah Barat berbatasan dengan kawasan hutan Perum PERHUTANI, PT.
Perkebunan Nusantara XII Kebun Kalisanen, Kebun Kotta Blater, Desa Sanenrejo, Desa Andongrejo dan Desa Curahnongko.
Balai TNMB mengelola kawasan dengan sistem zonasi, sesuai Keputusan DITJEN PKA Nomor : 185KptsDJ-V1999 tanggal 13 Desember 1999 dengan
pembagian zonasi : a zona inti 27.915 ha; b zona rimba 22.622 ha; c zona pemanfaatan intensif 1.285 ha dan d zona rehabilitasi 4.023 ha. Gambar 6
berikut menunjukan lokasi Taman Nasional Meru Betiri.
Sumber : Balai Taman Nasional Meru Betiri, 2004a
Gambar 6. Peta lokasi Taman Nasional Meru Betiri
37
C. Topografi
Topografi TNMB umumnya berbukit-bukit dengan kisaran elevasi mulai dari tepi laut hingga ketinggian 1.223 meter dari permukaan laut dpl di puncak
Gunung Betiri. Gunung yang terdapat di Seksi Konservasi Wilayah II Ambulu adalah G. Rika 535 m dpl, G. Guci 329 m dpl, G. Alit 534 m dpl, G.
Gamping 538 m dpl, G. Sanen 437 m dpl, G. Butak 609 m dpl, G. Mandilis 844 m dpl dan G. Meru 344 m dpl. Sedangkan gunung yang terdapat di Seksi
Konservasi Wilayah I Sarongan adalah G. Betiri 1.223 m dpl yang merupakan gunung tertinggi, G. Gendong 840 m dpl, G. Sukamade 806 m dpl, G.
Sumberpacet 760 m dpl, G. Permisan 568 m dpl, G. Sumberdadung 520 m dpl dan G. Rajegwesi 160 m dpl.
Pada umumnya keadaan topografi di sepanjang pantai berbukit-bukit sampai bergunung-gunung dengan tebing yang curam. Sedangkan pantai datar
yang berpasir hanya sebagian kecil, dari Timur ke Barat adalah Pantai Rajegwesi, Pantai Sukamade, Pantai Permisan, Pantai Meru dan Pantai Bandealit.
1. Kelas ketinggian
Kawasan TNMB memiliki ketinggian yang bervariasi. Kegiatan pembuatan kelas ketinggian yang diolah dari peta kontur kawasan Taman Nasional Meru
Betiri menghasilkan informasi bahwa, Taman Nasional Meru Betiri memiliki 12 kelas tinggi dengan setiap kelas ketinggian berjarak 100 meter.
Kelas ketinggian yang memiliki luasan terbesar adalah kelas ketinggian 100- 200 mdpl yaitu dengan luas 9165 Ha dan kelas ketinggian yang memiliki luasan
terendah adalah kelas ketinggian 1100-1200 mdpl dengan luas 53 Ha. Persentase terbesar kelas ketinggian 100-200 mdpl dijumpai pada resort
Bandealit yaitu sebesar 31.2 . Kelas ketinggian 100-200 mdpl pada wilayah resort Bandealit menempati urutan kedua setelah kelas ketinggian 0-100 mdpl
dalam hal luasan terbesar. Kelas ketinggian 200-300 mdpl dan 300-400 mdpl yang ada pada wilayah resort Bandealit juga memiliki persentase luasan yang besar
terhadap luas total ketinggian kawasan, yaitu 26.4 untuk kelas ketinggian 200- 300 mdpl dan 23.8 untuk kelas ketinggian 300-400 mdpl.
38 Resort Malangsari memiliki persentase luasan yang besar pada rentang
ketinggian 400-1200 mdpl dibanding resort lainnya yaitu kelas ketinggian 400- 500 mdpl sebesar 20.8 , kelas ketinggian 500-600 mdpl sebesar 29 dan kelas
ketinggian 600-700 mdpl sebesar 40.1 . Sedangkan untuk kelas ketinggian 700- 1200 mdpl memiliki nilai persentase diatas 50. Nilai persentase tersebut
meliputi 59.3 untuk kelas ketinggian 700-800 mdpl, 70.8 untuk kelas ketinggian 800-900 mdpl, 85 untuk kelas ketinggian 900-1000 mdpl, 95.2
untuk kelas ketinggian 1000-1100 mdpl dan 93.3 untuk kelas ketinggian 1100- 1200 mdpl.
2. Kelas lereng
Kelas lereng adalah suatu informasi berbagai tingkat kemiringan lereng yang dinyatakan dalam satuan-satuan nilai tertentu. Nilai tersebut dapat berupa
persentase dan dapat berupa derajat. Kelas lereng yang dibuat dinyatakan dalam 5 kelas dan satuan nilai yang digunakan dalam mendefinisikan kelas lereng pada
kegiatan penelitian adalah persen. Kelas lereng yang memiliki luas terbesar adalah kelas lereng pada rentang
15-25 yaitu sebesar 21.906 Ha. Secara umum kelas lereng 15-25 merupakan kelas lereng yang memiliki luas yang paling besar dibandingkan dengan kelas
lereng lainnya pada setiap kelas lereng yang ada di wilayah wiayah kerja setiap resort.
Luasan terkecil dari kelas lereng untuk setiap resort umumnya sama yaitu pada kelas lereng 40-100.
D. Tipe Iklim dan Hidrologi
Kawasan TNMB bagian Utara dan Tengah termasuk tipe iklim B yaitu daerah tanpa musim kering dan hutan hujan tropika yang selalu hijau, sedangkan
di bagian lainnya termasuk tipe iklim C yaitu daerah dengan musim kering nyata dan merupakan peralihan hutan hujan tropika ke hutan musim berdasar tipe iklim
Schmidt dan Ferguson Balai Taman Nasional Meru Betiri, 2004b. Curah hujan di kawasan ini bervariasi antara 2.544 - 3.478 mm per tahun
dengan bulan basah antara bulan Nopember - Maret, dan kering antara April - Oktober. Di daerah perkebunan Bandealit sebelah barat rata-rata curah hujan
39 sekitar 2.500 mm, sedangkan bagian perkebunan Sukamade sebelah tengah rata-
rata curah hujan tahunan 4.000 mm Balai Taman Nasional Meru Betiri, 2004b. Sungai-sungai yang berada di kawasan TNMB antara lain Sungai
Sukamade, Sungai Permisan, Sungai Meru dan Sungai Sekar Pisang yang mengalir dan bermuara di pantai selatan Pulau Jawa.
E. Penutupan Vegetasi