193 Lampiran 13 Lanjutan
10. Peraturan Menteri Kehutanan, No. : P.19Menhut-II2004
Kolaborasi Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan
Pelestarian Alam
Hasil analisis
Pada Pasal 4 mengatur pelaksanaan kolaborasi pengelolaan, Ayat 1 :
”Kolaborasi dalam rangka pengelolaan kawasan suaka alam dan kawasan
pelestarian alam adalah proses kerjasama yang dilakukan oleh para
pihak yang bersepakat atas dasar prinsip-prinsip saling menghormati,
saling menghargai, saling percaya dan saling memberikan kemanfaatan”.
Ayat 3 menyebutkan, bahwa para pihak sebagaimana dalam ayat 1,
antara lain : Pemerintah Pusat termasuk Kepala UPT KSDATN,
Pemerintah Daerah, Kelompok Masyarakat Setempat, Perorangan baik
dari dalam maupun luar negeri, LSM setempat, nasional dan internasional
yang bekerja di bidang konservasi sumberdaya alam hayati, BUMN,
BUMD, BUMS atau Perguruan TinggiLembaga IlmiahLembaga
Pendidikan. Stimulus alamiah cukup
Stimulus manfaat lemah dan malahan bisa negatif Stimulus religius nihil
Kalau dilihat para pihak yang disebutkan di atas kolaborasi dapat dilakukan oleh pihak dari luar masyarakat sekitar,
terutama yang berasal dari pihak non pemerintah. Sekiranya pihak tersebut bertujuan untuk mendapatkan manfaat atau
keuntungan materil, maka dapat dipastikan akan merugikan masyarakat sekitar karena posisi tawar masyarakat sekitar lebih
rendah. Masyarakat sekitar akan tersingkir dan hanya akan menjadi korban yang dirugikan, apabila tujuan utama kerjasama
dengan pihak luar bukan untuk kegiatan pendampingan masyarakat guna meningkatkan kapasitas dan kesejahteraan
masyarakat sekitar itu sendiri. Contohnya adalah berdasarkan hasil wawancara penulis bulan September 2006 dengan Kepala
Taman Nasional Komodo, ada indikasi bahwa masyarakat sekitar Taman Nasional Komodo tersisih dan menjadi
bertambah tidak berdaya, karena adanya kolaborasi taman nasional dengan pihak LSM internasional, yang bertujuan
utama untuk mengelola sendiri secara langsung kegiatan ekowisata dari mancanegara untuk mendapatkan keuntungan
materil, tanpa melibatkan dan tanpa melakukan pembinaan dan peningkatan kapasitas masyarakat sekitar.
Peraturan Menteri Kehutanan No 19 tahun 2004 ini bertentangan dengan Peraturan Menteri Kehutanan No 1 tahun
2004, bahwa pada Pasal 10 Ayat 3 mengatur, bahwa : “Peran para pihak dalam pengembangan social forestry
dimaksudkan untuk mensinergikan peran berbagai pihak terkait sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing dalam rangka
pemberdayaan masyarakat setempat”. Peraturan Menhut ini sebaiknya segera direvisi, terutama materi
kolaborasi pengelolaan dengan pihak luar seharusnya bertujuan utama untuk membantu terwujudnya konservasi taman nasional
dan sekaligus dalam rangka pemberdayaan masyarakat setempat untuk meningkatkan kapasitas, kemandirian dan
kesejahteraan masyarakat sekitar dengan berbasis pemanfaatan sumberdaya alam hayati taman nasional secara berkelanjutan
dan terencana.
194 Lampiran 13 Lanjutan
11. PP No. 68, 1998 : Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam Hasil analisis