Pengolahan dan analisis data

34 28. Pohon kedawung ditanam di lahan rehabilitasi tanpa imbalan menanam palawija Wit kedawung ditandur nang lahan tetelan tanpo upah nandur palawija. 29. Pohon kedawung ditanam di lahan pertanian milik pribadi masyarakat Wit kedawung ditandur nduk tegalane dhewe-dhewe. 30. Permudaan dan perbanyakan pohon kedawung di hutan alam tidak bisa diserahkan kepada alam saja Thukulan lan kelestariane kedawung ora biso diserahne wae neng alam 31. Biji kedawung yang dipanen selama ini, ada yang disisakanditinggalkan di hutan Woh kedawung dipanenni ono dingengehi nduk alas.

7. Pengolahan dan analisis data

Data diolah dengan progam excel dan dianalisis berdasarkan nilai rata-rata skor skala untuk mengetahui keterkaitan stimulus dan sikap, yang antara lain gunanya untuk membedakan antara sikap masyarakat dan pengelola. Olahan seperti ini diharapkan dapat menganalisis sikap dan perilaku masyarakat dan pengelola terhadap konservasi kedawung. Hasil olahan data disajikan dalam bentuk tabel dibantu dengan gambar. Potensi Stimulus yang dikeluarkan oleh pohon kedawung dapat menjadi stimulus bagi aksi konservasinya apabila nilai rata-rata skor masing-masing pernyataan mencapai sama atau melebihi nilai 3,8 yaitu rata-rata masyarakat dan pengelola yang menyatakan sikapnya sangat suka atau suka, sangat setuju atau setuju terhadap suatu pernyataan. Selain nilai skor rata-rata juga dihitung nilai simpangan baku standar deviasi, modus dan median untuk memastikan apakah nilai rata-rata sudah mendekati dan menggambarkan fakta yang sebenarnya atau tidak. Data hubungan karakteristik masyarakat dan sikapnya juga diolah dan diuji dengan menggunakan statistik nonparametrik, melalui Analisis Ragam Satu Arah Oneway Anova dan Pearson Correlation dengan SPSS Siegel, 1956; Sudjana, 2002; dan Rahayu, 2005. Peraturan perundangan yang terkait dengan pengelolaan taman nasional dan kegiatan pengelolaan taman nasional dianalisis kandungannya content analysis terhadap peranan stimulus dalam aksi konservasi. Sehingga dapat diketahui apakah peraturan perundangan dan kegiatan pengelolaan telah mengandung stimulus untuk aksi konservasi atau tidak.

III. PROFIL TAMAN NASIONAL MERU BETIRI

A. Sejarah Kawasan

Kawasan hutan Meru Betiri pada awalnya berstatus sebagai hutan lindung yang penetapannya berdasarkan Besluit van den Directur van Landbouw Neverheiden Handel Nomor : 7347 B pada tanggal 29 Juli 1931 serta Besluit Directur van Economiche Zaken Nomor : 5751 tanggal 28 April 1938. Pada tahun 1967 kawasan ini ditunjuk sebagai calon Suaka Alam dan pada periode berikutnya kawasan hutan lindung ini ditetapkan sebagai Suaka Margasatwa seluas 50.000 Ha. Penetapan ini berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 276KptsUm61972 tanggal 6 Juni 1972 dengan tujuan utama perlindungan terhadap spesies harimau jawa Panthera tigris sondaica. Sedangkan pada tahun 1982 berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 529KptsUm61982 tanggal 21 Juni 1982 kawasan Suaka Margasatwa Meru Betiri diperluas jadi 58.000 Ha. Perluasan ini mencakup perkebunan PT. Bandealit dan PT. Sukamade Baru seluas 2.155 Ha, serta kawasan hutan lindung sebelah Utara dan kawasan perairan laut sepanjang pantai selatan seluas 845 Ha. Pada perkembangan berikutnya yaitu dengan diterbitkannya Surat Pernyataan Menteri Pertanian Nomor : 736MentanX1982 tanggal 14 Oktober 1982 Suaka Margasatwa Meru Betiri dinyatakan sebagai calon Taman Nasional, pernyataan ini dikeluarkan bersamaan dengan diselenggarakannya Konggres Taman Nasional Sedunia III di Denpasar, Bali. Status Taman Nasional kawasan hutan Meru Betiri ditetapkan dengan keluarnya Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 277Kpts-VI1997 tanggal 23 Mei 1997 seluas 58.000 Ha yang terletak pada dua wilayah kabupaten yaitu Kabupaten Jember seluas 37.585 Ha dan Kabupaten Banyuwangi seluas 20.415 Ha. Konsep konservasi alam di Indonesia selama beberapa dekade ini banyak dipengaruhi oleh pemikiran dan ide-ide konservasi dari Amerika yang berangkat dari logika preservasi-mengawetkan alam untuk dinikmati kalangan aristokrat yang mengacu pada Yellowstones National Park. Kita tidak pernah mengkaji bagaimana proses sejarah terbentuk dan berkembangnya taman nasional tersebut yang disahkan kongres Amerika tahun 1872, termasuk bagaimana konflik

Dokumen yang terkait

Beberapa Aspek Ekologi Kedawung (Parkia timoriana (DC.) Merr) di Taman Nasional Meru Betiri Jawa Timur

0 7 63

Status Rizobwm Dan Cendawan Mikoriza Arbuskula (Cma) Pada Kedawung (Parkia Timoriana (Dc.) Merr.) Di Taman Nasional Meru Betiri Jawa Timur

0 16 58

Sikap masyarakat dan konservasi suatu analisis kedawung sebagai stimulus tumbuhan obat bagi masyarakat, kasus di Taman Nasioal Meru Betiri

0 3 224

Pengetahuan Masyarakat Dan Konservasi Kedawung (Parkia timoriana (DC.) Merr.) Di Taman Nasional Meru Betiri

0 10 61

Bioecological of kedawung (Parkia timoriana (DC) Merr.) medicinal plant in natural forest Meru Betiri National Park

0 18 9

Sikap Masyarakat Dan Konservasi Suatu Analisis Kedawung (Parkia timoriana (DC) Merr.) Sebagai Stimulus Tumbuhan Obat Bagi Masyarakat, Kasus Di Taman Nasional Meru Betiri

1 53 458

Aplikasi Sistem Informasi Geografis Untuk Pemetaan Kesesuaian Habitat Kedawung (Parkia timoriana (D.C) merr) di Taman Nasional Meru Betiri Jawa Timur

0 14 87

Sikap masyarakat dan konservasi suatu analisis kedawung (Parkia timoriana (DC) Merr.) sebagai stimulus tumbuhan obat bagi masyarakat, kasus di Taman Nasioal Meru Betiri

0 9 385

Community’s Attitudes and Conservation: An Analysis of of Kedawung (Parkia timoriana (DC.) Merr.), Stimulus of Medicinal Plant for the Community, Case in Meru Betiri National Park

0 12 11

PEMANFAATAN TuMBuHAN OBAT OlEH MASYARAkAT DI SEkITAR TAMAN NASIONAl MERu BETIRI Utilization of medicinal plants by people around of Meru Betiri National Park

0 0 10