55 Histogram di atas menunjukkan bahwa kondisi populasi kedawung saat ini
di hutan alam taman nasional tidak normal. Hal ini terlihat dari kelas umur yang muda, yaitu kelas umur 1, 2, 3, 4 dan 5 jumlah individunya jauh lebih rendah
dibandingkan dengan jumlah individu pohon kedawung dari kelas umur lebih tua.
2. Kondisi regenerasi
Selama 10 tahun terakhir penelitian vegetasi yang telah dilakukan di seluruh kawasan taman nasional dengan menggunakan metoda analisis vegetasi
dengan sistem jalur, garis berpetak maupun dalam plot pengamatan tunggal seluas 100 hektar di kawasan, dapat dipastikan sangat sulit atau sangat jarang terjadi
regenerasi kedawung yang ditunjukkan dengan tidak adanya atau sangat sukar menemukan tingkat anakan maupun pancang Ahmadi, 1994; Konsiliwati, 1994;
Baihaki, 1995; Mirwan, 1995; Sihotang, 1996; Nugroho, 1998; Bahrun, 2000; Rinekso, 2000; Adhiyanto, 2001; Winara, 2001; Iskandar, 2003; Subastian, 2007.
Berdasarkan Gambar 7 di atas dapat diketahui proses regenerasi Kedawung secara alami di kawasan Taman Nasional tidak berjalan dengan
berkesinambungan. Pola penyebaran kelas diameter tidak normal, bahkan untuk kelas diameter yang kecil sangat sedikit jumlahnya. Artinya pada waktu periode
10-20 tahun terakhir ini peluang terjadinya regenerasi kedawung sangat kecil. Berdasarkan data penelitian tahun 2000, pada beberapa plot permanen
pohon kedawung, ternyata biji kedawung yang berhasil berkecambah dan tumbuh menjadi anakan, ternyata pada tahun 2003 setelah diamati kembali semua anakan
tersebut tidak berhasil tumbuh menjadi tingkat pancang, seperti data yang disajikan pada Tabel 8 berikut :
Tabel 8. Kondisi anakan kedawung yang tumbuh dibawah pohon induknya
Nomor Plot Kedawung
Jumlah anakan tahun 2000 yang baru berkecambah
Jumlah anakan tahun 2003 yang sudah besar
3 10 nihil
12 9 nihil
14 11 nihil
26 15 nihil
42 14 nihil
49 11 nihil
52 7 nihil
55 8 nihil
57 1 nihil
56 Dari data di atas dapat diketahui bahwa tidak satupun anakan kedawung
yang berkecambah secara alami dapat hidup terus menjadi tingkat pancang atau tingkat tiang di sekitar pohon induknya. Fakta ini memberikan gambaran bahwa
karakter hidup pohon kedawung adalah bersifat intoleran, yaitu anakannya memerlukan cahaya penuh untuk bisa tumbuh pada ruang lantai hutan yang
terbuka, yang berjauhan dari pohon induknya. Juga dari pengamatan di lantai hutan ditemukan beberapa buah polong
yang jatuh, tetapi jatuhnya menyangkut di semak-semak dan tidak mengenai permukaan tanah. Beberapa buah polong yang mengenai permukaan tanah, tetapi
bijinya dirusak oleh serangga dan ulat. Berdasarkan penelitian di laboratorium, lama perkecambahan tercatat
berkisar antara 4 – 27 hari dengan persentase tumbuh biji sangat rendah, yaitu berkisar 6 – 30 Soejono, 1993; Ardiani, 2001. Faktor ini pula yang menjadi
kendala menyebabkan kedawung menjadi langka. Berikut disajikan data penelitian pada plot permanen pohon kedawung
yang berhubungan dengan kondisi pohon kedawung, kondisi tanah dan tumbuhan bawah tempat tumbuh, dugaan jumlah biji yang dihasilkan, serta pohon yang
dipanen atau pohon yang tidak dipanen masyarakat pada bulan Agustus 1999 Rinekso, 2000.
Tabel 9. Kondisi diameter batang, tinggi, diameter tajuk, dugaan jumlah biji, tanah, tumbuhan bawah dan dipanen atau tidak dipantek atau tidak
No. Pohon
Dia- meter
Tinggi
D. tajuk Jml