UU No. 32 Tahun 2004 : Pemerintahan Daerah UU No. 41 Tahun 1999 : Kehutanan

189 Lampiran 13 Lanjutan

4. UU No. 32 Tahun 2004 : Pemerintahan Daerah

Hasil analisis Pada pasal 22 huruf b dan huruf d mengatur tentang pemberdayaan masyarakat. Pasal tersebut pada prinsipnya mewajibkan pada pemerintah untuk meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dan mewujudkan keadilan dan pemerataan. Dalam konsideran menimbang disebutkan bahwa untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan, pelayanan, pemberdayaan dan peran serta masyarakat serta peningkatan daya saing daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan dan kekhususan suatu daerah dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Selanjutnya dalam penjelasan umum undang-undang ini angka 1 huruf b antara lain disebutkan : ”Daerah memiliki kewenangan membuat kebijakan daerah untuk memberi pelayanan, peningkatan peran serta, prakarsa dan pemberdayaan masyarakat yang bertujuan pada peningkatan kesejahteraan rakyat Stimulus alamiah lemah Stimulus manfaat cukup Stimulus religius lemah Berdasarkan ketentuan pasal tersebut terbuka peluang bagi pemerintah daerah untuk menyusun peraturan daerah khususnya yang mengatur masalah pengelolaan zona penyangga, zona rehabilitasi dan perlindungan kawasan taman nasional, serta peraturan daerah tentang pemberdayaan masyarakat. Perguruan tinggi dapat berperan membantu pemerintah daerah untuk menyusun bersama-sama dengan masyarakat tentang peraturan daerah ini. Kapasitas SDM pengelola kurang

5. UU No. 41 Tahun 1999 : Kehutanan

Hasil analisis Pasal 23 : Pemanfaatan hutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 huruf b, bertujuan untuk memperoleh manfaat yang optimal bagi kesejahteraan seluruh masyarakat secara berkeadilan dengan tetap menjaga kelestariannya. Pasal 46 : Penyelenggaraan perlindungan hutan dan konservasi alam bertujuan menjaga hutan, kawasan hutan dan lingkungannya, agar fungsi lindung, fungsi konservasi, dan fungsi produksi, tercapai secara optimal dan lestari. Pasal 52: ayat 1 Dalam pengurusan hutan secara lestari, diperlukan SDM berkualitas yang bercirikan penguasaan IPTEK yang didasari dengan iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, melalui penyelenggaraan penelitian dan pengembangan, pendidikan dan latihan, serta penyuluhan kehutanan yang berkesinambungan; 2 Dalam penyelenggaraan penelitian dan pengembangan, pendidikan dan latihan serta penyuluhan kehutanan, wajib memperhatikan ilmu pengetahuan dan teknologi, kearifan tradisional serta kondisi sosial budaya masyarakat. Pasal 67 ayat 1 huruf c diatur bahwa pemerintah berkewajiban untuk pemberdayaan masyarakat sekitar hutan dalam rangka meningkatkan kesejahteraannya. Selanjutnya dalam Pasal 68 diatur hak masyarakat terhadap hutan sebagai berikut ayat 1 Masyarakat berhak menikmati kualitas lingkungan hidup yang dihasilkan hutan; ayat 2 Masyarakat dapat : a memanfaatkan hutan dan hasil hutan sesuai dengan peraturan yang berlaku; b mengetahui rencana peruntukan hutan, pemanfaatan hasil hutan dan informasi kehutanan; c memberi informasi, saran, serta pertimbangan dalam pembangunan kehutanan dan ;d melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan pembangunan kehutanan baik langsung maupun tidak langsung. Ketentuan Pasal 68 ayat 3 mengatur bahwa masyarakat di dalam dan sekitar hutan berhak memperoleh Stimulus alamiah cukup Stimulus manfaat cukup Stimulus religius cukup Ketentuan pasal-pasal tersebut bertujuan untuk mengakomodasi masyarakat sekitar hutan untuk berkiprah dalam pembangunan kehutanan, sehingga masyarakat memperoleh hasil dari pembangunan kehutanan. Proses pemberdayaan masyarakat perlu secara terus menerus ditingkatkan dan terprogram dengan baik, sistematis dan terencana. Pada tataran Peraturan Pemerintah hingga saat ini belum disusun mengenai ”peran serta masyarakat dalam pengelolaan konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya” Hal inilah yang membuat pengelola ragu dan takut untuk melangkah, karena khawatir melanggar hukum atau aturan, sekalipun yang dikerjakan itu baik untuk masyarakat maupun untuk taman nasional. Program pemberdayaan masyarakat di kawasan hutan pelestarian alam, khususnya seperti di zona rehabilitasi taman nasional Meru Betiri, tidak terprogram dengan baik. Program rehabilitasi ini dikerjakan secara crash program dengan tujuan utama agar lahan kosong taman nasional dapat segera tertutupi dengan vegetasi dan tidak ada lahan taman nasional yang diserobot masyarakat. Program rehabilitasi ”tetelan” dapat mendukung keberlanjutan kesejahteraan masyarakat ke depan dan 190 kompensasi karena hilangnya akses dengan hutan sekitarnya sebagai lapangan kerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya akibat penetapan kawasan hutan, sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Pasal 69 ayat 1 diatur kewajiban masyarakat dalam pengelolaan hutan, yaitu masyarakat berkewajiban untuk ikut serta memelihara dan menjaga kawasan hutan dari gangguan dan perusakan. Ketentuan Pasal 69 ayat 2 mengatur bahwa dalam melaksanakan rehabilitasi hutan, masyarakat dapat meminta pendampingan, pelayanan, dan dukungan kepada lembaga swadaya masyarakat, pihak lain, atau pemerintah. sekaligus terwujudnya kelestarian taman nasional belum disusun secara holistik berdasarkan hasil-hasil penelitian yang akurat, termasuk sosial budaya masyarakat. PP tentang peran serta masyarakat, terutama yang berkaitan dengan pengelolaan taman nasional perlu segera dibuat Kapasitas SDM pengelola sangat kurang

6. UU No. 20 Tahun 2003 : Sistem Pendidikan Nasional Hasil analisis

Dokumen yang terkait

Beberapa Aspek Ekologi Kedawung (Parkia timoriana (DC.) Merr) di Taman Nasional Meru Betiri Jawa Timur

0 7 63

Status Rizobwm Dan Cendawan Mikoriza Arbuskula (Cma) Pada Kedawung (Parkia Timoriana (Dc.) Merr.) Di Taman Nasional Meru Betiri Jawa Timur

0 16 58

Sikap masyarakat dan konservasi suatu analisis kedawung sebagai stimulus tumbuhan obat bagi masyarakat, kasus di Taman Nasioal Meru Betiri

0 3 224

Pengetahuan Masyarakat Dan Konservasi Kedawung (Parkia timoriana (DC.) Merr.) Di Taman Nasional Meru Betiri

0 10 61

Bioecological of kedawung (Parkia timoriana (DC) Merr.) medicinal plant in natural forest Meru Betiri National Park

0 18 9

Sikap Masyarakat Dan Konservasi Suatu Analisis Kedawung (Parkia timoriana (DC) Merr.) Sebagai Stimulus Tumbuhan Obat Bagi Masyarakat, Kasus Di Taman Nasional Meru Betiri

1 53 458

Aplikasi Sistem Informasi Geografis Untuk Pemetaan Kesesuaian Habitat Kedawung (Parkia timoriana (D.C) merr) di Taman Nasional Meru Betiri Jawa Timur

0 14 87

Sikap masyarakat dan konservasi suatu analisis kedawung (Parkia timoriana (DC) Merr.) sebagai stimulus tumbuhan obat bagi masyarakat, kasus di Taman Nasioal Meru Betiri

0 9 385

Community’s Attitudes and Conservation: An Analysis of of Kedawung (Parkia timoriana (DC.) Merr.), Stimulus of Medicinal Plant for the Community, Case in Meru Betiri National Park

0 12 11

PEMANFAATAN TuMBuHAN OBAT OlEH MASYARAkAT DI SEkITAR TAMAN NASIONAl MERu BETIRI Utilization of medicinal plants by people around of Meru Betiri National Park

0 0 10