Bias stimulus terhadap sikap masyarakat dan sikap pengelola

90 Keterangan No Pernyataan stimulus kedawung tentang fungsi ekologis Skor rata2 Sikap 9 Pohon kedawung banyak tumbuh di lereng bukit yang terjal 4,3 + 10 Kedawung adalah pohon besar dan tinggi mengayom tumbuhan lainnya 3,4 - 11 Pohon kedawung yang sedang berbunga banyak didatangi lebah madu. 3,5 - 12 Pohon kedawung menggugurkan daun sebanyak 1 atau 2 kali per tahun. 3,2 - 13 Buah kedawung yang muda dimakan satwa budeng 4,4 + Rata- rata 3,7 - + = sangat suka atau sukasetuju 3,9 ; - = tidak suka atau kurang sukasetuju 3,8 Gambar 24. Sikap pengelola terhadap nilai manfaat ekologis

3. Bias stimulus terhadap sikap masyarakat dan sikap pengelola

Berdasarkan hasil penelitian ternyata bahwa sikap masyarakat dan sikap pengelola terjadi bias dengan stimulus kedawung terhadap sikap konservasi. Informasi alamiah tentang kelangkaan, kondisi populasi dan regenerasi kedawung di hutan alam tidak dipahami oleh masyarakat maupun oleh pengelola pernyataan 14, 15 dan 17. Informasi tentang kelangkaan yang penting ini tidak menjadi stimulus bagi sikap konservasi masyarakat maupun pengelola. Namun demikian pada Gambar 25 ditunjukkan bahwa masyarakat dibandingkan dengan pengelola lebih menangkap dan memahami informasi yang diberikan kedawung untuk aksi konservasi, yaitu seperti pernyataan 10, 11, 12 dan 16. Ini menunjukkan bahwa masyarakat pendarung mempunyai pengalaman yang lebih banyak tentang kedawung dibandingkan dengan pengelola. Hal ini sangat logis karena masyarakat lebih banyak dan lebih intensif berinteraksi dengan kedawung, paling tidak pada saat mereka mengambil buah kedawung setiap tahunnya. Sikap pengelola Stimulus kedawung Fungsi ekologis yang tidak terkait dengan sikap pengelola : 10, 11 dan 12. Stimulus kedawung yg terkait dengan sikap pengelola : 9 dan 13 91 Keterangan No Pernyataan stimulus kedawung Masyarakat Pengelola Nilai manfaat ekonomi Stimulus manfaat + + 1 Hati berbunga-bunga melihat pohon kedawung berbuah lebat yang telah menghitam + + 2 Saat pohon kedawung berbuah, masyarakat masuk hutan untuk memanen buahnya. + - 3 Pohon kedawung sudah sejak lama menjadi sumber penghasilan masyarakat. + - 4 Biji kedawung banyak dibutuhkan untuk bahan baku industri jamu + + Nilai manfaat obat Stimulus manfaat - - 5 Biji kedawung dipakai sendiri untuk obat sakit perut kembung. - - 6 Biji kedawung selalu ada disimpan di rumah untuk obat. - - 7 Biji kedawung berkhasiat untuk obat sakit perut kembung. + + 8 Pohon kedawung adalah tumbuhan obat yang banyak khasiatnya. - - Nilai fungsi ekologis Stimulus alamiah + - 9 Kedawung banyak tumbuh di lereng bukit yang terjal + + 10 Kedawung adalah pohon raksasa pengayom tumbuhan lainnya di hutan + - 11 Kedawung yang sedang berbunga banyak didatangi lebah madu. + - 12 Kedawung menggugurkan daunnya sebanyak 1 atau 2 kali setahun. + - 13 Buah kedawung yang muda dimakan satwa budeng - + Kondisi populasi dan regenerasi Stimulus alamiah - - 14 Anakan kedawung sangat jarang menjadi besar di sekitar pohon induknya. - - 15 Pohon kedawung muda sangat jarang ditemukan di kawasan hutan alam. - - 16 Anakan kedawung hanya hidup di tempat terbuka terkena sinar matahari. + - 17 Kedawung dewasa jauh lebih banyak dibanding pohon mudanya di hutan - - + = sangat suka atau sukasetuju - = tidak suka atau kurang sukatidak setuju Gambar 25. Stimulus yang terkait dan bias dengan sikap masyarakat dan pengelola 4. Ketidak-sejalanan stimulus dengan aksi konservasi masyarakat Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi ketidak-sejalanan stimulus kedawung dengan aksi masyarakat untuk konservasi. Berdasarkan 8 pernyataan aksi konservasi kedawung yang paling mungkin dan mudah dilakukan oleh masyarakat yang diartikulasikan berdasarkan pernyataan stimulus kondisi populasi dan regenerasi kedawung, ternyata ada perbedaan seperti yang dapat Stimulus Kedawung terkait erat dg sikap masyarakat dan pengelola: nilai ekonomi 1, 4, nilai obat 7, nilai fungsi ekologis 9 Stimulus Kedawung yg berkaitan erat dg sikap masyarakat 2, 3, 10, 11, 12 dan 16 Stimulus Kedawung yg berkaitan erat dg sikap pengelola: nilai fungsi ekologis 13 Stimulus Kedawung yang bias dengan sikap masyarakat dan sikap pengelola: manfaat obat 5,6,8, kondisi populasi dan regenerasi 14,15,17 92 dilihat pada Gambar 26. Hanya satu pernyataan disukai masyarakat, yaitu melakukan penjarangan kedawung yang ditanam di lahan rehabilitasi. Masyarakat tidak melakukan aksi konservasi secara sadar di dalam kawasan hutan. Pernyataan 22 yaitu “Ada biji kedawung yang tercecer diperjalanan pulang di hutan sehabis memanen” ternyata ada kurang lebih 50 dari masyarakat secara tidak sengaja berperan sebagai penyebar biji di hutan alam, yaitu adanya buah atau biji yang tercecer pada waktu memikul hasil panenannya pulang ke rumah. Keterangan No Pernyataan Aksi Konservasi Kedawung Skor rata2 Sikap 18 Menyemaikan atau menyebarkan biji kedawung di areal hutan alam. 1,6 - 19 Buah kedawung yg tergantung di pinggir tajuk terluar tidak semuanya dipungut 2,3 - 20 Biji kedawung yang dipanen sendiri selalu ada yang dijadikan bibit. 2,3 - 21 Kedawung saat ini perlu pengayaan atau penanaman di hutan alam. 2,4 - 22 Ada biji kedawung tercecer diperjalanan pulang di hutan sehabis memanen 2,9 - 23 Biji direndam air panas 5 menit dan air biasa 1 malam, lalu disemaikan. 2,2 - 24 Biji kedawung untuk mudah tumbuh dipotong sedikit ujung kulit bijinya. 2,7 - 25 Jarak tanam Kedawung di lahan rehabilitasi baiknya diperlebar minimal 30 m. 4,7 + Rata-rata 2,6 - + = sangat suka atau sukasetuju 3,9; - = tidak suka atau kurang sukasetuju 3,8 Gambar 26. Aksi masyarakat untuk konservasi kedawung Pernyataan dan pengakuan Mbah Setomi tentang penyebaran kedawung adalah sebagai berikut : Waktu saya memikul buah kedawung pulang, sering beberapa buah kedawung jatuh di hutan dan saya biarkan dengan harapan agar bisa tumbuh. Buahnya saya bawa ke rumah, kemudian baru bijinya dikeluarkan. Walaupun orang mengambil semuanya tanpa tersisa, namun ada saja yang tertinggal karena ada yang tak bisa diambil dengan genter, terutama buah yang paling di ujung. Ini akan menjadi sumber benih yang penting di hutan. Bukti ini dapat dilihat pada Gambar 12 tentang peta penyebaran pohon kedawung dengan menggunakan GIS. Pada gambar tersebut terlihat pola penyebaran spasial kedawung semakin mendekati ke arah perkampungan Aksi konservasi kedawung yg terkait aksi masyarakat : 25 Aksi Masyarakat Aksi Konservasi kedawung yang belum direspon dengan aksi masyarakat 18,19,20,21,22,23, dan 24 93 masyarakat pendarung kedawung dan bersifat mengelompok, yaitu di desa Curahnongko dan Andongrejo. Terlihat jelas ada Pengaruh intervensi manusia terlihat jelas dalam pola penyebaran kedawung. Proses ini terjadi pada masyarakat pendarung dari generasi tua atau satu generasi sebelum generasi sekarang ini. Hal ini dapat dibuktikan dengan tidak adanya dijumpai pohon kedawung yang remaja. Sebaliknya pola penyebaran spasial kedawung di kawasan hutan alam bagian Timur yang berjauhan dengan perkampungan masyarakat, penyebarannya jarang dan satu-satu dengan jarak sangat berjauhan lebih dari 500 meter. Kajian kesesuaian habitat kedawung berdasarkan faktor ketinggian dari permukaan laut, topografi dan kedekatan dengan sungai menghasilkan peta habitat potensial kedawung di kawasan TNMB seperti pada Gambar 12. Pola penyebaran spasial kedawung ini menginformasikan bahwa faktor pelaku penyebar biji kedawung di hutan alam adalah manusia pendarung kedawung, selain kemungkinannya juga dilakukan oleh aliran air hujan. Adanya interaksi masyarakat pendarung kedawung dengan TNMB memberi dampak positif bagi konservasi kedawung. Jadi dugaan tentang masyarakat pendarung kedawung sebagai pelaku utama yang menyebabkan kelangkaan kedawung tidaklah benar dan tidak sesuai dengan fakta, bahkan mereka berperan positif terhadap penyebaran biji kedawung di hutan alam. Pernyataan aksi konservasi yang 7 butir lagi, justru yang sangat penting bagi kebutuhan konservasi kedawung tidak dilakukan oleh masyarakat, seperti dapat dilihat pada Gambar 26 di atas. Masyarakat sangat jarang melakukan penanaman kedawung di hutan alam dan dari 80 responden hanya 3 orang yang menyatakan pernah dengan sengaja menyebarkan biji kedawung di hutan alam. Menurut pengakuan Mbah Setomi hal ini terjadi sebagai berikut ini : Buah yang jatuh di bawah pohon kedawung dan tidak kena cahaya matahari langsung tidak bisa tumbuh dan dimakan ulat dan menjadi busuk. Kalau diserahkan ke alam saja, maka banyak yang tidak tumbuh. Mbah Setomi kalau pergi ke hutan dia sering membuang buah kedawung tua di lahan hutan yang terbuka disana, sini, dan dia melihat tahun berikutnya tumbuh menjadi anakan kedawung baru, ini berdasarkan pengalamannya. Mbah Setomi sudah lama melakukan ini jauh sebelum program rehabilitasi, ini dilakukan karena dia tidak punya lahan sendiri. Biji kedawung 94 perlu sinar matahari langsung untuk tumbuh secara alami di lantai hutan. Kalau jauh jatuhnya dari pohon induknya dan kena sinar matahari baru biji tersebut bisa tumbuh. Kalau di bawah kedawung ada jenis tumbuhan lain yang duluan tumbuh, sehingga biji dan anakan kedawung tak bisa hidup lagi. Mbah Setomi selain menanam kedawung, juga dia menanam kluwek, kemiri dan lain-lain. Kalau secara sadar masyarakat ikut melakukan konservasi kedawung dengan membantu menyebarkan biji kedawung sejak dahulu, seperti mbah Setomi, maka tentu panenan buah kedawungnya akan lebih banyak dan dapat meningkatkan pendapatan mereka yang sangat nyata sekarang ini. Karena pekerjaan yang relatif kecil dan sederhana ini tidak dilakukan sejak dahulu secara sadar, maka dampak negatifnya sangat dirasakan sekarang. Masyarakat sudah kehilangan modal waktu selama 50 tahun lebih untuk dapat memanen buah kedawung yang lebih banyak padahal pohon kedawung baru mulai berbuah pada umur sekitar 16-20 tahun Soejono, 1993. Inilah yang dimaksud oleh Watt 1973, bahwa waktu termasuk kedalam kategori modal, selain keanekaragaman dan ruang yang sangat penting dalam pengelolaan sumberdaya alam. Masyarakat tidak termotivasi untuk menanam kedawung di kawasan hutan alam, karena umumnya mereka belum menyadari dan belum memahami bahwa pohon kedawung sudah mulai langka. Masyarakat tidak menyadari, bahwa kedawung memerlukan bantuan tenaga mereka untuk menyebarkan biji bagi proses regenerasinya. Masyarakat belum memahami teknologi untuk mempermudah biji kedawung berkecambah seperti melalui perendaman dengan air panas, padahal teknologi sederhana ini sudah sejak tahun 1994 dikembangkan melalui hasil penelitian IPB. Hal ini berarti bahwa sosialisasi hasil penelitian kepada masyarakat tidak terjadi. Mbah Setomi juga mendukung kondisi ini dengan menyatakan bahwa sampai tahun 1992 tidak pernah ada pembinaan atau penyuluhan dari petugas PA staf taman nasional maupun Perhutani, sehingga masyarakat tidak pernah berhubungan dengan PA, kecuali dicegat apabila masyarakat membawa hasil dari hutan. Petugas PA sudah hafal jalan-jalan orang mencari madu, kedawung, kluwek, joho dan lain-lain, sehingga mereka tinggal menunggu di jalan saja dan menyita hasil hutan bawaan masyarakat. m b b j p d s t m t c d t b j l p m Masy melakukan buahnya dan buah kedaw jangka pend pengamatan dahan besar sejalan deng tidak semu melakukan p tajuk. Hal cara meman dahan dan ca Gambar 27 Peril tahun-tahun buah kedaw jangka panja lain akan be perlu ditemu merusak. Pe yarakat juga pemotongan n sulit untuk wung seperti dek dan tidak beberapa k yaitu rata-ra gan sinyal 19 anya dipun pemungutan ini tidak mu nen buah yan abang pohon 7. Percabang pada wakt laku masyara mendatang wung semaki ang, atau m erbuat setelah ukan atau d eran laborat a dalam me n cabang a k dijangkau ini bersifat k berpikir ja kali di hutan ata 2 atau 3 9 “Buah ked ngut”, bahw semua buah ungkin dilak ng terdapat d n kedawung gan utama po tu memanen akat ini akan karena luas in berkuran mereka berpik h mereka pu dicari tekno torium perg elakukan pen atau ranting dengan gala tidak konse angka panjan n, dimana m dahan untuk awung yang wa sebagian h kedawung, kukan denga di pinggir taju seperti terlih ohon kedawu n buah kedaw n menguran s permukaan ng. Disini te kir berbuat ulang dari hu logi pengam guruan tingg ngambilan b pohon ked ah. Perilaku ervasi karen ng. Hal ini masyarakat m k setiap poh g tergantung n besar ma , termasuk y an bantuan g uk adalah de hat pada Gam ung yang dip wung tanda ngi produksi n percabang erlihat masy seperti itu p utan. Untuk mbilan buah gi, khususny buah kedaw dawung yan u masyarakat na menganut diketahui b melakukan p hon kedawun di pinggir ta asyarakat sa yang terdapat galah dan sa engan cara m mbar 27 ber potong masy lingkaran pu buah kedaw gan tempat t yarakat belum percuma, ka mengatasi p kedawung ya dibidang 95 ung sering ng banyak t memanen t pola pikir berdasarkan emotongan ng. Hal ini ajuk terluar angat suka t di pinggir atu-satunya memangkas ikut ini. yarakat utih. wung untuk tumbuhnya m berpikir arena orang perilaku ini yang tidak g teknologi 96 pemanenan hasil hutan non kayu sangat penting dan diperlukan untuk memecahkan permasalahan ini. Berdasarkan analisis data kelas umur ternyata, bahwa masyarakat pendarung dari kelas umur 40 tahun lebih berperilaku konservasi. Hasil analisis ini menunjukkan perlu penyuluhan dan pendampingan tentang konservasi kedawung yang diprioritaskan kepada masyarakat pendarung kelompok umur muda dibawah 40 tahun. Faktor-faktor pembatas lingkungan ekosistem alam ini harus menjadi stimulus bagi manusia dalam berperilaku terhadap alam, karena stimulus yang diberikan oleh kedawung saat musim dia berbuah yaitu dimana buah yang tumbuh dari ujung ranting-ranting pada lingkar tajuk terluar diperuntukkan bagi proses regenerasi kedawung. Buah ini tidak bisa dipungut oleh satwa budeng karena akan membahayakan dirinya dengan resiko jatuh. Namun dipihak lain buah inilah yang diambil habis oleh manusia tanpa menyisakan dan tanpa menyemaikannya di hutan, sehingga spesies ini menjadi langka di hutan. Kurangnya stok biji yang tersebar jauh dari pohon induknya adalah penyebab sangat lambatnya proses regenerasi terjadi di hutan alam. Tidak tertutup kemungkinan bahwa aksi yang dilakukan oleh seseorang tidak sejalan dengan sikapnya. Oleh karena itu kemudian muncul keraguan terhadap konsistensi hubungan antara sikap dengan perilaku seseorang. Ada beberapa alasan yang menyebabkan perilaku masyarakat pendarung tidak sesuai dengan sikapnya. Pertama, ketidaksesuaian antara sikap orang tersebut dengan informasi mengenai kenyataan sesungguhnya atau kenyataan yang terjadi. Kedua, ketidaksesuaian antara sikap orang tersebut dengan sikap panutannya. Ketiga, adalah karena hak kepemilikan yang tidak jelas atau perasaan tidak memiliki. Contoh untuk alasan pertama misalnya seseorang yang mengambil sikap menentang pengambilan semua buah kedawung yang tua di hutan TNMB, tetapi dia sendiri melakukannya karena dia melihat orang banyak melakukan hal yang sama. Jika ia tidak memungut buah kedawung yang tua semuanya, dia tetap merasa sia-sia dan merasa rugi karena orang lain memungutnya tanpa menyisakan buah yang tua untuk sumber biji bagi regenerasi kedawung di hutan TNMB. 97 Sehingga sikap seseorang yang positif menjadi sirna karena tidak adanya komitmen dari sikap bersama. Contoh alasan pertama dapat pula dipakai sebagai contoh untuk alasan yang kedua, karena orang yang menjadi panutannya setuju dengan tindakan mengambil semua buah kedawung yang tua di hutan tanpa menyisakan sebagian buah tua untuk regenerasi kedawung. Hal ini sesuai menurut Koentjaraningrat 1974, bahwa konsep panutan ke atas masih dominan di kalangan masyarakat Indonesia. Konsep seperti itu mendorong seseorang untuk menghindari perbedaan pendapat dengan panutannya. Alasan ketiga adalah yang paling dominan pada masyarakat pendarung, yaitu adalah masalah kebijakan pengelolaan taman nasional yang membatasi hak masyarakat akses ke sumberdaya hayati taman nasional dengan alasan perlindungan dan pelestarian potensi sumberdaya hayati. Pengalaman yang berharga tentang domestikasi dan budidaya kedawung adalah yang dilakukan oleh konsorsium FAHUTAN IPB – LATIN bersama masyarakat pendarung pada areal demplot 7 ha pada tahun 1994. Kedawung yang ditanam pada periode 4 tahun pertama ternyata pertumbuhan anakannya sangat cepat yaitu mencapai 7 m lebih seperti ditunjukkan grafik pada Gambar 28. Gambar 28. Pertumbuhan pohon kedawung yang kerdil, sejak ditanam tahun 1994 dengan jarak tanam yang rapat 6 m x 5 m Setelah tahun ke 4 dan selanjutnya pertumbuhan tinggi maupun diameternya sangat lambat atau kerdil. Hal ini karena jarak tanam kedawung terlalu rapat 6 m x 5 m, sehingga terjadi persaingan antar spesies yang sama, maupun dengan spesies pohon trembesi Enterolobium saman PRAIN yang sama-sama ditanam pada tahun 1994, seperti dapat dilihat pada Gambar 29 berikut ini : 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 um ur tahun ti ng gi c m Series1 G k K P k s p j d k y t p d d a p t m Gambar 29. Peng kedawung d Konsorsium Padahal di kedawung, y sekitar poho paling dekat jarang. Pada dapat menca karena temp yang cukup Dalam tentang budi penyebab, te dari kompon dipikiran ma akses masy pendarung k terungkap d milik Belan a Pohon keda tumbuh ker galaman pad di hutan ala m FAHUTAN hutan alam yaitu tidak a on induknya. t yang perna a kondisi no apai 15 met pat tumbuhny untuk kebut masyarakat idaya kedaw etapi paling t nen sikap “a asyarakat sej yarakat terha kedawung m dari pernyata da; di masa awung umur rdil berumur da demplot 7 am belum d N IPB - LAT m fenomena adanya anak Jarak antar ah dijumpai rmal pohon ter atau leb ya terbuka d tuhan hidupn sendiri belu wung di huta tidak hal ini affective” da ejak dahulu. adap sumbe merasa tida aan mereka a Perhutani: r 3 tahun a r 12 tahu dg 7 ha ini menu dapat dipah TIN dan pen a alamiah in kan kedawun r individu po adalah seki kedawung ih seperti te dan tidak tern nya. um berkemb an alam. Ha didorong da ari masyarak Kebijakan p erdaya haya ak memiliki bahwa “ala : “alas iku d b ; dan pohon tingginya ha unjukkan ba hami dengan ngelola pada ni sangat je ng yang bisa ohon kedawu itar 30 m d yang berum erlihat pada naungi, sehi bang proses al ini terjadi an suatu refl kat pendarun pengelolaan ati taman n i hutan Me as iku duwe duwek e’man b kedawung anya 8,5 met ahwa stimulu n baik, teru tahun 1994 elas ditunju a tumbuh da ung di hutan dan kejadian mur 10 tahun Gambar 30 ngga menda pembelajar i karena ban leksi sikap m ng yang tela TNMB tela nasional. M eru Betiri la ek e’londo” ndor” hutan 98 ter b us alamiah utama oleh 4 waktu itu. ukkan oleh an hidup di n alam yang n ini sangat n tingginya 0. Hal ini apat cahaya an mandiri nyak faktor masa bodoh ah tertanam ah menutup Masyarakat agi seperti hutan ini n ini milik m i 5 b p p r p k 2 k b m s mandor, da itu miliknya Gambar 30

5. Ketidak

Dokumen yang terkait

Beberapa Aspek Ekologi Kedawung (Parkia timoriana (DC.) Merr) di Taman Nasional Meru Betiri Jawa Timur

0 7 63

Status Rizobwm Dan Cendawan Mikoriza Arbuskula (Cma) Pada Kedawung (Parkia Timoriana (Dc.) Merr.) Di Taman Nasional Meru Betiri Jawa Timur

0 16 58

Sikap masyarakat dan konservasi suatu analisis kedawung sebagai stimulus tumbuhan obat bagi masyarakat, kasus di Taman Nasioal Meru Betiri

0 3 224

Pengetahuan Masyarakat Dan Konservasi Kedawung (Parkia timoriana (DC.) Merr.) Di Taman Nasional Meru Betiri

0 10 61

Bioecological of kedawung (Parkia timoriana (DC) Merr.) medicinal plant in natural forest Meru Betiri National Park

0 18 9

Sikap Masyarakat Dan Konservasi Suatu Analisis Kedawung (Parkia timoriana (DC) Merr.) Sebagai Stimulus Tumbuhan Obat Bagi Masyarakat, Kasus Di Taman Nasional Meru Betiri

1 53 458

Aplikasi Sistem Informasi Geografis Untuk Pemetaan Kesesuaian Habitat Kedawung (Parkia timoriana (D.C) merr) di Taman Nasional Meru Betiri Jawa Timur

0 14 87

Sikap masyarakat dan konservasi suatu analisis kedawung (Parkia timoriana (DC) Merr.) sebagai stimulus tumbuhan obat bagi masyarakat, kasus di Taman Nasioal Meru Betiri

0 9 385

Community’s Attitudes and Conservation: An Analysis of of Kedawung (Parkia timoriana (DC.) Merr.), Stimulus of Medicinal Plant for the Community, Case in Meru Betiri National Park

0 12 11

PEMANFAATAN TuMBuHAN OBAT OlEH MASYARAkAT DI SEkITAR TAMAN NASIONAl MERu BETIRI Utilization of medicinal plants by people around of Meru Betiri National Park

0 0 10