24 menekankan hubungan antara sikap masyarakat pendarung dan konservasi
kedawung sebagaimana ditunjukkan pada tujuan penelitian dan mengacu kepada kerangka pemikiran dan hipotesis.
Informasi atau input data yang digunakan dalam penelitian disertasi ini adalah bersumber dari 1 hasil penelitian bioekologi kedawung selama lebih
kurang 10 tahun; 2 penelitian Mujenah 1993 tentang interaksi masyarakat dengan tumbuhan obat di TNMB digunakan untuk acuan penelusuran kelompok
masyarakat pendarung yang menjadi kajian; 3 pengalaman masyarakat pendarung dan pengelola; dan 4 dari berbagai literatur lain yang berkaitan
dengan penelitian ini. Pelaksanaan penelitian dilakukan secara bertahap dengan cara penyesuaian dan penyempurnaan metoda setelah diuji di lapangan secara
berulang.
1. Lokasi dan waktu penelitian
Penelitian mengambil lokasi contoh di TNMB sebagai habitat kedawung dan difokuskan pada masyarakat pendarung di desa Andongrejo dan
Curahnongko. Masyarakat desa ini dipilih, karena merupakan masyarakat desa yang terbanyak dan sudah lama secara turun temurun memanen tumbuhan obat
kedawung di hutan semenjak zaman penjajahan Belanda dan Jepang. Desa Andongrejo merupakan desa baru pemekaran dari desa Curahnongko, yang
berbatasan langsung dengan kawasan taman nasional, terutama masyarakat kampung Timur Sawah yang hampir semuanya pernah menjadi pemungut buah
kedawung. Masyarakat dari kampung inilah yang terbanyak terlibat dalam program budidaya kedawung sejak tahun 1994 di zona rehabilitasi, yang
merupakan program kerjasama antara pengelola TNMB, Fakultas Kehutanan IPB dan LATIN Lembaga Alam Tropika Indonesia.
Waktu pengambilan data bio-ekologi kedawung di lapangan dilakukan secara bertahap sejak tahun 1995, sedangkan pengambilan data dan pengujian
sikap masyarakat dilakukan selama 3 bulan, yaitu mulai Februari sampai April 2006. Pengolahan data, analisis dan penulisan disertasi dilakukan sampai bulan
Mei 2007.
25
2. Data yang dikumpulkan
a. Karakteristik kawasan lokasi penelitian, meliputi kondisi potensi fisik dan biologi taman nasional dan demografi. Data diambil dari dokumen yang
tersedia di kantor TNMB. b. Karakteristik nilai ekonomi dan bio-ekologi kedawung. Data dan
informasi diambil dari semua laporan hasil penelitian dan literatur yang berhubungan dengan kedawung, wawancara mendalam dengan tokoh
masyarakat pendarung dan pengelola yang sudah banyak berpengalaman dengan kedawung, pengamatan langsung di lapangan. Data dan informasi
ini digunakan untuk bahan menyusun kuesioner pernyataan stimulus kedawung untuk konservasi.
c. Pernyataan-pernyataan stimulus kedawung, pernyataan aksi konservasi dan pernyataan kerelaan berkorban. Pernyataan-pernyataan ini dirumuskan
dari sumber informasi yang disebutkan dalam butir 2 di atas dengan menggunakan bahasa sehari-hari masyarakat melalui analisis kandungan
content analysis hasil wawancara mendalam kepada 5 orang tokoh masyarakat pendarung kedawung dan 5 orang staf taman nasional terpilih
yang dianggap banyak berpengalaman dengan kedawung. d. Sikap masyarakat dan pengelola tentang konservasi kedawung yang diuji
melalui wawancara secara sensus kepada 80 responden masyarakat pendarung kedawung di dua desa Andongrejo dan Curahnongko dan
kepada 40 staf pengelola dengan menggunakan kuesioner pernyataan stimulus konservasi kedawung yang materinya disusun dan disempurnakan
secara bertahap. e. Sikap masyarakat dan pengelola yang diukur dengan skala skor Walgito,
2003, yaitu : sikap terhadap stimulus nilai manfaat ekonomi, sikap terhadap stimulus nilai manfaat obat, sikap terhadap stimulus nilai manfaat
ekologis, sikap terhadap stimulus kondisi populasi dan regenerasi kedawung, aksi nyata dan kerelaan berkorban untuk konservasi
kedawung. f.
Kebijakan pengelolaan, berupa peraturan perundangan dan program- program kegiatan pemerintah yang berkaitan dengan pengelolaan Taman
26 Nasional Meru Betiri, periode tahun 1999 – 2004 dan peroide 2004 –
2009, khususnya yang berkaitan dengan konservasi kedawung.
3. Teknik pengumpulan data