Teknik pengumpulan data Metoda

26 Nasional Meru Betiri, periode tahun 1999 – 2004 dan peroide 2004 – 2009, khususnya yang berkaitan dengan konservasi kedawung.

3. Teknik pengumpulan data

a. Mengumpulkan dan mengkaji semua dokumen hasil penelitian, laporan- laporan dan buku teks mengenai kedawung dan analisis data hasil penelitian bioekologi kedawung di TNMB yang penulis lakukan sejak tahun 1994 bersama-sama dengan mahasiswa program sarjana yang langsung penulis bimbing, yaitu Ahmadi 1994; Konsiliwati 1994; Baihaki 1995; Mirwan 1995; Sihotang 1996; Nugroho 1998; Rinekso 2000; Winara 2001; Ardiani 2001; Iskandar 2003; dan Subastian 2007. b. Wawancara mendalam indeepth interview terhadap 5 tokoh masyarakat pemungut kedawung dan 5 tokoh pengelola taman nasional yang dianggap banyak berpengalaman mengenai kedawung. Dalam penelitian ada satu tokoh masyarakat pendarung yaitu mbah Setomi dari kampung Timur Sawah desa Andongrejo yang banyak memberikan masukan yang dikutib dalam disertasi ini. c. Wawancara dengan pengambil buah kedawung secara sensus di dua desa, yaitu desa Andongrejo dan desa Curahnongko berjumlah 80 orang dan pengelola taman nasional yang bertugas di lapangan dipilih 40 orang. Wawancara menggunakan kuesioner yang disusun berdasarkan hasil butir 1 dan butir 2, tentang pernyataan stimulus kedawung, aksi dan kerelaan berkorban untuk konservasi. Wawancara dengan masyarakat menggunakan bahasa Jawa yang dibantu penterjemah Sukirman dari staf LSM KAIL yang sudah bekerja dalam program selama 12 tahun bersama masyarakat. Masyarakat pendarung dari desa Andongrejo dan desa Curahnongko diketahui dengan cara penelusuran berdasarkan acuan hasil penelitian Mujenah 1993. d. Untuk mengkaji kebijakan pengelolaan dilakukan analisis kandungan tentang : 1 Peraturan perundangan yang berkaitan, 2 Rencana 27 strategis pengelolaan TNMB, dan 3 Rencana karya lima tahun TNMB periode 1999 – 2004 dan Periode 2004 – 2009. 4. Pengukuran sikap Menurut Walgito 2003 mengukur sikap bukanlah suatu pekerjaan yang mudah, salah satu kesulitannya adalah karena objek yang diukur tidak tampak, tidak dapat langsung dilihat, tidak langsung dapat dipegang dan yang diamati adalah manifestasi dari kehidupan psikis seseorang. Pengukuran sikap agar tidak terjadi variasi atau bias, maka alat yang digunakan untuk mengukur harus distandarisasi. Standarisasi alat ukur dalam penelitian ini dilakukan melalui pengujian berulang-ulang pernyataan stimulus dan aksi konservasi yang telah disusun kepada tokoh-tokoh masyarakat pendarung dan pengelola. Hasil pengujian ini dilanjutkan dengan seleksi, penyempurnaan dan penghalusan pernyataan stimulus dan aksi konservasi. Pernyataan-pernyataan yang terpilih diambil dari seluruh pernyataan yang telah disaring melalui proses uji coba berulang kali terhadap respondensubjek uji coba. Kemudian dipilih pernyataan-pernyataan yang cukup baik, baik yang bersifat favorable atau positif maupun bersifat unfavorable atau negatif. Selanjutnya Walgito 2003 menyatakan, bahwa variasi hasil pengukuran sikap tidak hanya ditimbulkan karena alat ukur yang digunakan, tetapi juga dapat bersumber dari faktor-faktor lain, yaitu 1 keadaan objek yang diukur, 2 situasi pengukuran, 3 alat ukur yang digunakan, 4 penyelenggaraan pengukuran, dan 5 pembacaan atau penilaian hasil pengukuran. Faktor-faktor ini juga menjadi perhatian yang penting dalam penelitian ini. Menurut Walgito 2003, pengukuran sikap secara garis besar ada dua macam cara, yaitu secara langsung dan secara tidak langsung. Pengukuran secara langsung terdiri dari dua macam, yaitu langsung berstruktur dan langsung tidak berstruktur. Secara langsung tidak berstruktur misalnya mengukur sikap dengan wawancara bebas free interview, dengan pengamatan langsung atau dengan survei misal public opinion survey. Sedangkan cara langsung yang berstruktur, yaitu pengukuran sikap dengan menggunakan alat berupa pernyataan-pernyataan yang disusun sedemikian rupa dan langsung diujikan kepada subjek yang diteliti. 28 Penelitian ini melakukan pengukuran sikap secara langsung. Penelitian tahap pendahuluan pengukuran sikap dilakukan secara langsung tidak berstruktur, kemudian dilanjutkan pengukuran sikap secara langsung dengan berstruktur. Menurut Wang 1932, Thurstone and Chave 1929, Likert 1932, Bird 1940, dan Edwards dan Kilpatrick 1948 dalam Edwards 1957 menyarankan kriteria untuk menyusun pernyataan stimulus yang digunakan untuk mengetahui konstruksi sikap, sebagai berikut : 1. Menghindari pernyataan yang berbentuk waktu masa lalu. 2. Menghindari pernyataan yang interpretasinya memerlukan kecakapan 3. Menghindari pernyataan yang bisa menimbulkan pengertian lebih dari satu 4. Menghindari pernyataan yang tidak relevan dengan pertimbangan objek psikologis 5. Menghindari pernyataan yang mungkin dibenarkan oleh setiap orang atau sebaliknya 6. Memilih pernyataan yang diyakini mencakup seluruh lingkup minat affective 7. Menggunakan bahasa pernyataan yang sederhana, jelas dan langsung. 8. Menggunakan pernyataan yang singkat, tidak lebih dari 20 kata 9. Setiap pernyataan mengandung hanya satu topik yang lengkap 10. Menhindari pernyataan yang bermakna universal, seperti kata semua, selalu, tidak atau tanpa yang dapat menimbulkan dua pengertian 11. Kata-kata hanya, masih dan lain-lain yang serupa seharusnya digunakan dengan hati-hati dengan penulisan pernyataan yang tidak berlebihan. 12. Sedapat mungkin pernyataan dibuat dalam bentuk kalimat sederhana dan tidak kalimat kompleks 13. Menghindari kata-kata yang tidak dimengerti oleh responden 14. Menghindari penggunaan pernyataan negatif ganda Pengukuran sikap menggunakan pernyataan-pernyataan dengan menggunakan 5 alternatif jawaban atau tanggapan atas pernyataan-pernyataan. Subjek yang diteliti diminta memilih salah satu dari lima alternatif jawaban yang disediakan. Lima alternatif jawaban diberi skor sebagai berikut Walgito, 2003 : - sangat suka strongly like, diberi skor 5 atau 1 sesuai pernyataan positif atau negatif 29 - suka like, diberi skor 4 atau 2, sesuai bentuk pernyataan positif atau negatif - tidak tahu atau tidak mempunyai pendapat undecided, diberi skor 3 - kurang suka dislike, diberi skor 2 atau 4, sesuai bentuk positif atau negatif - tidak suka strongly dislike, diberi skor 1 atau 5, sesuai bentuk positif atau negatif. Subjek yang diwawancara langsung diminta memilih salah satu kemungkinan jawaban terhadap pernyataan yang diajukan kepadanya, dengan memberi tanda silang x jawaban mana yang disukai atau disetujui. Jadi dalam tiap-tiap pernyataan akan memberikan gambaran bagaimana seseorang dalam menanggapi pernyataan tersebut. Nilai skor tertinggi diberikan kepada sikap positif, sedangkan nilai skor yang terendah diberikan kepada sikap negatif. Validitas suatu alat ukur dapat diketahui melalui hasil pengolahan statistika, yaitu dilihat dari standar deviasi, modus dan median yang diolah dengan menggunakan program excel. Apabila nilai skor yang diperoleh oleh seseorang makin tinggi, merupakan indikasi bahwa orang tersebut sikapnya makin positif terhadap objek sikap, demikian sebaliknya.

5. Tahapan penelitian

Dokumen yang terkait

Beberapa Aspek Ekologi Kedawung (Parkia timoriana (DC.) Merr) di Taman Nasional Meru Betiri Jawa Timur

0 7 63

Status Rizobwm Dan Cendawan Mikoriza Arbuskula (Cma) Pada Kedawung (Parkia Timoriana (Dc.) Merr.) Di Taman Nasional Meru Betiri Jawa Timur

0 16 58

Sikap masyarakat dan konservasi suatu analisis kedawung sebagai stimulus tumbuhan obat bagi masyarakat, kasus di Taman Nasioal Meru Betiri

0 3 224

Pengetahuan Masyarakat Dan Konservasi Kedawung (Parkia timoriana (DC.) Merr.) Di Taman Nasional Meru Betiri

0 10 61

Bioecological of kedawung (Parkia timoriana (DC) Merr.) medicinal plant in natural forest Meru Betiri National Park

0 18 9

Sikap Masyarakat Dan Konservasi Suatu Analisis Kedawung (Parkia timoriana (DC) Merr.) Sebagai Stimulus Tumbuhan Obat Bagi Masyarakat, Kasus Di Taman Nasional Meru Betiri

1 53 458

Aplikasi Sistem Informasi Geografis Untuk Pemetaan Kesesuaian Habitat Kedawung (Parkia timoriana (D.C) merr) di Taman Nasional Meru Betiri Jawa Timur

0 14 87

Sikap masyarakat dan konservasi suatu analisis kedawung (Parkia timoriana (DC) Merr.) sebagai stimulus tumbuhan obat bagi masyarakat, kasus di Taman Nasioal Meru Betiri

0 9 385

Community’s Attitudes and Conservation: An Analysis of of Kedawung (Parkia timoriana (DC.) Merr.), Stimulus of Medicinal Plant for the Community, Case in Meru Betiri National Park

0 12 11

PEMANFAATAN TuMBuHAN OBAT OlEH MASYARAkAT DI SEkITAR TAMAN NASIONAl MERu BETIRI Utilization of medicinal plants by people around of Meru Betiri National Park

0 0 10