UU No. 20 Tahun 2003 : Sistem Pendidikan Nasional Hasil analisis

190 kompensasi karena hilangnya akses dengan hutan sekitarnya sebagai lapangan kerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya akibat penetapan kawasan hutan, sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Pasal 69 ayat 1 diatur kewajiban masyarakat dalam pengelolaan hutan, yaitu masyarakat berkewajiban untuk ikut serta memelihara dan menjaga kawasan hutan dari gangguan dan perusakan. Ketentuan Pasal 69 ayat 2 mengatur bahwa dalam melaksanakan rehabilitasi hutan, masyarakat dapat meminta pendampingan, pelayanan, dan dukungan kepada lembaga swadaya masyarakat, pihak lain, atau pemerintah. sekaligus terwujudnya kelestarian taman nasional belum disusun secara holistik berdasarkan hasil-hasil penelitian yang akurat, termasuk sosial budaya masyarakat. PP tentang peran serta masyarakat, terutama yang berkaitan dengan pengelolaan taman nasional perlu segera dibuat Kapasitas SDM pengelola sangat kurang

6. UU No. 20 Tahun 2003 : Sistem Pendidikan Nasional Hasil analisis

Pasal 1. Pendidikan bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Pasal 4 1 Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa. Pasal 26 mengatur tentang Pendidikan nonformal, pada ayat 3 Pendidikan nonformal meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik. Dalam bagian penjelasan undang-undang ini merumuskan, bahwa pendidikan kecakapan hidup life skills adalah pendidikan yang memberikan kecakapan personal, kecakapan sosial, kecakapan intelektual, dan kecakapan vokasional untuk bekerja atau usaha mandiri. Pasat 26 ayat 5 Kursus dan pelatihan diselenggarakan bagi masyarakat yang memerlukan bekal pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup, dan sikap untuk mengembangkan diri, mengembangkan profesi, bekerja, usaha mandiri, danatau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Dalam penjelasan disebutkan, bahwa: kursus dan pelatihan sebagai bentuk pendidikan berkelanjutan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik dengan penekanan pada penguasaan keterampilan, standar kompetensi, pengembangan sikap kewirausahaan serta pengembangan kepribadian profesional. Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, danatau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat. Pendidikan nonformal berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian profesional. Kemudian dalam Pasal 36 mengatur kurikulum sebagai berikut : pada ayat 2 Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversifikasi Stimulus alamiah cukup Stimulus manfaat cukup Stimulus religius cukup Undang-undang ini telah mengatur tentang pendidikan nonformal bagi masyarakat, bahkan kurikulumnya diatur sesuai dengan kompetensi dan karakteristik sumberdaya alam dan budaya masyarakat setempat. Ini semua tidak lain adalah dalam rangka pembangunan kapasitas manusia Indonesia yang mandiri, beradab dan berkeadilan. Namun sampai saat ini implementasi undang-undang ini, khususnya di bagian pendidikan non-formal masih belum banyak yang diimplementasikan di dunia nyata, khususnya di lokasi-lokasi taman nasional dimana masyarakatnya khas dan sudah lama berinteraksi dan bergantung hidupnya dengan sumberdaya hutan. Setiap ekosistem hutan dan masyarakat asli sekitarnya, merupakan aset yang berharga dari suatu proses koevolusi, paling tidak untuk bahan pengembangan pembelajaran dan pengembangan pengetahuan tradisional masyarakat menuju pengembangan IPTEK moderen yang berbasis sumberdaya alam dan sumberdaya manusia Indonesia setempat yang mandiri. Salah satu pendidikan nonformal yang dapat dikembangkan antara lain adalah untuk pendidikan kapasitas masyarakat tentang konservasi tumbuhan obat, pendidikan peramuan tumbuhan obat menjadi herbal, budidaya tumbuhan obat dan aspek-aspek lain yang mendukung pengembangan pelestarian pemanfaatan tumbuhan obat bagi kesejahteraan dan perekonomian masyarakat di setiap lokasi kawasan hutan taman nasional di Indonesia. Lahan zona rehabilitasi TNMB seluas 4000 Ha sangat baik untuk 191 sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik. Penjelasan: Pengembangan kurikulum secara berdiversifikasi dimaksudkan untuk memungkinkan penyesuaian program pendidikan pada satuan pendidikan dengan kondisi dan kekhasan potensi yang ada di daerah. dikembangkan sekolah lapang agroforestry-industry tumbuhan obat secara terpadu bersama-sama masyarakat dan perguruan tinggi. Kapasitas SDM pengelola sangat kurang 7. PP Nomor 34 Tahun 2002 : Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan Kawasan Hutan Hasil analisis Pasal 15 ayat 1 Pemanfaatan hutan bertujuan untuk memperoleh manfaat yang optimal bagi kesejahteraan seluruh masyarakat secara berkeadilan dengan tetap menjaga kelestarian hutan; 2 Pemanfaatan hutan secara lestari sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 wajib memenuhi kriteria dan indikator pengelolaan hutan secara lestari; 3 Kriteria dan indikator sebagaimana dimaksud dalam ayat 2 mencakup aspek ekonomi, sosial dan ekologi. Pasal 51 ayat 1 mengatur : ” Pemberdayaan masyarakat setempat di dalam dan atau sekitar hutan dimaksud untuk meningkatkan kemampuan kelembagaan masyarakat dalam pemanfaatan hutan”. Ayat 2 : ”untuk meningkatkan kemampuan kelembagaan masyarakat sebagaimana dimaksud dalam ayat 1, dilaksanakan dengan difasilitasi oleh pemerintah dan atau pemerintah daerah”. Dalam Penjelasan Pasal 51 ayat 1 dinyatakan bahwa : ”Masyarakat setempat adalah masyarakat yang berada di dalam dan atau sekitar hutan yang merupakan kesatuan komunitas sosial yang berdasarkan pada persamaan mata pencaharian yang bergantung pada hutan, kesejarahan, keterikatan tempat tinggal, serta pengaturan tata tertib kehidupan bersama dalam wadah kelembagaan. Memberdayakan masyarakat setempat adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan dan kemandirian dalam memanfaatkan hutan ................”. Ayat 2 : ”fasilitas oleh pemerintah dan atau pemerintah daerah dilaksanakan sesuai dengan kewenangannya antara lain melalui pengakuan status legalitas, penguatan kelembagaan, bimbingan produksi, bimbingan teknologi, pendidikan dan latihan, akses terhadap pasar, serta pemberian hak dalam pemanfaatan”. Stimulus alamiah cukup Stimulus manfaat cukup Stimulus religius lemah Pemanfaatan lestari sumberdaya alam hayati di kawasan taman nasional, terkendala UU No 5 1990. Peraturan Pemerintah ini dengan jelas dan tegas telah mengatur tentang pemberdayaan masyarakat sekitar hutan. Pengelolaan taman nasional seharusnya menjadikan program pemberdayaan masyarakat ini sebagai salah satu prioritas utama, seperti yang disebutkan ayat 2 di atas guna miningkatkan nilai tambah dan keuntungan yang maksimal bagi masyarakat. Namun kebijakan ini belum menjadi program yang penting dan belum prioritas. Kapasitas SDM pengelola kurang

8. PP Nomor 8 Tahun 1999 Pemanfaatan Jenis

Dokumen yang terkait

Beberapa Aspek Ekologi Kedawung (Parkia timoriana (DC.) Merr) di Taman Nasional Meru Betiri Jawa Timur

0 7 63

Status Rizobwm Dan Cendawan Mikoriza Arbuskula (Cma) Pada Kedawung (Parkia Timoriana (Dc.) Merr.) Di Taman Nasional Meru Betiri Jawa Timur

0 16 58

Sikap masyarakat dan konservasi suatu analisis kedawung sebagai stimulus tumbuhan obat bagi masyarakat, kasus di Taman Nasioal Meru Betiri

0 3 224

Pengetahuan Masyarakat Dan Konservasi Kedawung (Parkia timoriana (DC.) Merr.) Di Taman Nasional Meru Betiri

0 10 61

Bioecological of kedawung (Parkia timoriana (DC) Merr.) medicinal plant in natural forest Meru Betiri National Park

0 18 9

Sikap Masyarakat Dan Konservasi Suatu Analisis Kedawung (Parkia timoriana (DC) Merr.) Sebagai Stimulus Tumbuhan Obat Bagi Masyarakat, Kasus Di Taman Nasional Meru Betiri

1 53 458

Aplikasi Sistem Informasi Geografis Untuk Pemetaan Kesesuaian Habitat Kedawung (Parkia timoriana (D.C) merr) di Taman Nasional Meru Betiri Jawa Timur

0 14 87

Sikap masyarakat dan konservasi suatu analisis kedawung (Parkia timoriana (DC) Merr.) sebagai stimulus tumbuhan obat bagi masyarakat, kasus di Taman Nasioal Meru Betiri

0 9 385

Community’s Attitudes and Conservation: An Analysis of of Kedawung (Parkia timoriana (DC.) Merr.), Stimulus of Medicinal Plant for the Community, Case in Meru Betiri National Park

0 12 11

PEMANFAATAN TuMBuHAN OBAT OlEH MASYARAkAT DI SEkITAR TAMAN NASIONAl MERu BETIRI Utilization of medicinal plants by people around of Meru Betiri National Park

0 0 10