133 Menurut Dasmann, Milton dan Freeman 1977, bahwa sejak zaman dulu
manusia telah memenuhi keperluan hidupnya dengan memodifikasi komunitas alam dan ekosistem, kadang-kadang dengan cara sederhana untuk meningkatkan
suatu hasil tertentu yang diinginkannya. Kemudian dengan timbulnya pertanian, peradaban dan teknik moderen modifikasi itu dilakukannya dengan cara-cara yang
makin radikal, yang telah menimbulkan dampak negatif yang merusak ekosistem dan lingkungan alam, yang akhir sangat mempengaruhi kualitas dan kesejahteraan
hidup masyarakat manusia itu sendiri. Modifikasi dapat menjadi produktif dan stabil, apabila stimulus alamiah sebagai pembatas-pembatas lingkungan ekosistem
alam dipahami, disikapi dan diamalkan secara benar oleh manusia. Dalam konteks sistem nilai ke 3 kelompok stimulus konservasi alamiah,
manfaat dan religius yang telah berhasil dirumuskan pada penelitian ini tidak lain adalah kristalisasi dari nilai-nilai : “kebenaran”, “kepentingan” dan
“kebaikan”. Hal ini sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Ndraha 2005 tentang sistem nilai dalam bukunya “Teori Budaya Organisasi”. Kristalisasi atau
resultant atau kombinasi dari nilai-nilai inilah yang dapat menjadi penggerak, penyeimbang dan pengendali terwujudnya sikap dan perilaku untuk aksi
konservasi yang berkelanjutan secara kongkrit. Hal ini dijelaskan secara rinci sebagai berikut :
1. Membangun sikap “tri-stimulus amar konservasi”
Konsep “tri-stimulus amar konservasi” merupakan hasil penelitian ini
dapat digunakan sebagai alat untuk mengimplementasikan pegelolaan kawasan konservasi atau taman nasional, khususnya untuk membangun sikap masyarakat
yang pro-konservasi. Konservasi gagal dan sukarnya tujuan konservasi terwujud memuaskan
dalam kenyataan hari ini, tidak lain penyebabnya adalah terjadi bias pemahaman dan pengalaman dalam masyarakat antara konteks nilai-nilai alamiah bio-ekologi
dan kelangkaan, nilai-nilai manfaat ekonomi dan nilai-nilai religius agama, keikhlasan, moral dan sosio-budaya. Sikap konservasi masyarakat harus
dibangun dan merupakan wujud dari kristalisasi “tri-stimulus amar konservasi”. Sikap masyarakat yang seperti ini merupakan prasyarat terwujudnya aksi
konservasi secara nyata di lapangan. Hal ini sejalan dengan pernyataan Erasmus
134 1963 dan Rachman 2000, bicara economic sekaligus adalah bicara culture dan
bicara believe, tidak bisa dipisah-pisahkan. Gambar 39 berikut menunjukkan bagan alir tiga kelompok stimulus yang
harus mengkristal sebagai pendorong sikap konservasi masyarakat :
Gambar 39. Diagram alir “tri-stimulus amar konservasi”: stimulus, sikap dan perilaku aksi konservasi
Tri-stimulus amar konservasi bukanlah suatu konsep baru yang diciptakan atau diadakan dari hasil penelitian ini, tetapi merupakan perumusan determinasi
stimulus melalui hasil penelitian tentang apa yang sebenarnya sudah berlaku, terjadi dan berjalan di dalam kehidupan masyarakat kecil tradisional yang telah
pernah berhasil mewujudkan konservasi di dunia nyata. Hal ini pernah terjadi dalam masyarakat pendarung kedawung di TNMB pada generasi tua, yaitu
generasi Mbah Setomi dan generasi sebelumnya. Buktinya di lapangan adalah kelimpahan populasi kedawung yang terdiri dari individu-individu pohon yang
dewasa yang tersebar mendekati perkampungan masyarakat pendarung, seperti dapat di lihat pada Gambar 12.
Pada Gambar 40 berikut menggambarkan ketiga kelompok stimulus alamiah, manfaat dan religius yang harus mengkristal menjadi satu kesatuan
stimulus kuat evoking stimulus sebagai penggerak dan pendorong sikap untuk aksi konservasi.
Perilaku Aksi
Konservasi
Konservasi
Tri-Stimulus Amar Konservasi
• Stimulus Alamiah
Nilai-nilai kebenaran dari alam, kebutuhan keberlanjutan
sumberdaya alam hayati sesuai dengan karakter bioekologinya
• Stimulus Manfaat
Nilai-nilai kepentingan untuk manusia: manfaat ekonomi,
manfaat obat, manfaat biologisekologis dan lainnya
• Stimulus Religius
Nilai-nilai kebaikan, terutama ganjaran dari Sang Pencipta
Alam, nilai spritual, nilai agama yang universal, pahala,
kebahagiaan, kearifan budaya tradisional, kepuasan batin dan
lainnya
Sikap Konservasi
Cognitive persepi,
pengetahuan, pengalaman,
pandangan, keyakinan
Affective emosi, senang-
benci, dendam, sayang, cinta dll
Overt actions kecenderungan
bertindak
135 Gambar 40. Kristalisasi “tri-stimulus amar konservasi”
Prasyarat terwujudnya sikap masyarakat “tri-stimulus amar konservasi” di lapangan adalah : 1 ditujukan untuk masyarakat lokal yang spesifik dan unik,
yaitu masyarakat yang sudah bertungkus lumus berinteraksi dengan hutan dan sumberdaya hayati setempat dalam kehidupannya sehari-hari dan bahkan sudah
turun temurun dan mempunyai pengetahuan lokal tentang sumberdaya hayati tersebut; 2 hak akses, hak kepemilikan, hak memanen dan hak memanfaatkan
sumberdaya hayati bagi masyarakat yang dimaksud pada butir 1 harus jelas; 3 harus ada keberlanjutan pengetahuan lokal dari generasi tua kepada generasi muda
dan harus ada pembinaan dan penyambungan pengetahuan lokaltradisional ke pengetahuan moderen dalam masyarakat pada butir 1.
Komponen sikap affective pada masyarakat yang selama ini negatif perasaan dendam, benci, masa bodoh, tidak peduli, perasaan tidak memiliki dan
lainnya harus dirubah menjadi postif. Kebijakan pengelolaan taman nasional yang berlaku selama ini harus dirubah, terutama aspek legalitas akses masyarakat
lokal dalam hal ini misalnya kelompok pendarung kepada sumberdaya hayati TNMB. Terbukti dari pengalaman sejarah pendekatan yang lazim dipakai selama
ini guna membangun dan mengelola taman nasional serta hutan-hutan negara, cenderung mengakibatkan konflik-konflik sumberdaya yang tidak terelakkan,
terutama dengan masyarakat lokal.
Stimulus Alamiah
Stimulus Manfaat
Sikap Konservasi
Stimulus Religius
136
2. Menjadikan nilai religius sebagai stimulus kuat bagi sikap konservasi