Selanjutnya Fauzi 2010, menyebutkan terkait dengan peran dan nilai sumberdaya alam dan lingkungan tersebut, jika dimanfaatkan atau ekstraksi dengan baik
dan sesuai kaidah pengelolaan maka sangatlah berdampak terhadap peningkatan kesejahteraan atau pendapatan masyarakat secara keseluruhan, pendapatan daerah dan
devisa Negara. Demikian pula Suparmoko 2008 menyatakan bahwa ada dua pola penting dalam melaksanakan pembangunan yang berwawasan lingkungan, yaitu pola
pembangunan yang didasarkan atas Rencana Umum Tata Ruang RUTR dan pola pembangunan yang didasarkan atas Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
AMDAL.
2.6 Karakteristik Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Undang-undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil selanjutnya disebut PWP-PK Pasal 1 Ayat 2, disebutkan bahwa:
‖Wilayah pesisir adalah daerah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan laut‖.
Selanjutnya, pada Pasal 2 Undang-undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang PWP-PK disebutkan bahwa:
‖Ruang lingkup pengaturan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil meliputi daerah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan di
darat dan laut, ke arah darat mencakup wilayah administrasi kecamatan dan ke arah laut sejauh 12 dua belas mil laut d
i ukur dari garis pantai.‖ Ruang lingkup Undang-undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang PWP-PK meliputi
daerah pertemuan antara pengaruh perairan dan daratan, ke arah daratan mencakup wilayah administrasi kecamatan dan ke arah perairan laut sejauh 12 dua belas mil
lautdiukur dari garis pantai ke arah laut lepas danatau ke arah perairan kepulauan.
UU No. 27 Tahun 2007 Pasal 1 tentang pengelolaan wilayah pesisir dan pulau- pulau kecil menyebutkan bahwa pulau kecil adalah pulau dengan luas lebih kecil atau
sama dengan 2.000 km
2
beserta kesatuan ekosistemnya. Sementara itu, DKP 2002 memberikan definisi pulau-pulau kecil atau gugus pulau-pulau kecil adalah sekumpulan
pulau-pulau yang secara geografis yang saling berkaitan, dimana ada keterkaitan erat dan memiliki ketergantungan atau interaksi antar ekosistem, kondisi ekonomi, sosial
dan budaya, baik secara individual maupun secara berkelompok.
Wilayah pesisir dihuni lebih dari 50 dari jumlah penduduk dunia.vKepadatan populasi manusia rata-rata 80 orangkm².Dari 179 negara sekitar 22 memiliki pesisir
dan pulau-pulau kecil. Ekosistem pesisir yang sangat produktif dan beragam : menghasilkan 90 sumber daya perikanan dan 25 dari produktivitas biologi. Estimasi
nilai ekonomi dari biota pesisir muara, rumput laut, mangrove, rawa pasang surut, terumbu karang dan lain-lain adalah sekitar 98 dari total nilai estimasi biota laut
Belfiore, 2003.
Untuk menjaga kelestarian ekosistem pesisir dan laut, di Belanda dua departemen
manajemen air,
dan Wisata
Alam dan
perikanan manajemen dari Kementerian Transportasi, Pekerjaan Umum dan Pengelolaan Air dan
Departemen Pertanian, Alam dan Manajemen Perikanan LNV sepakat untuk mengintegrasikan kebijakan. Hasil dari kajian ini mulai tahun 1996 memungkinkan
para pembuat kebijakan untuk merumuskan kebijakan yang bisa mengarah pada
penciptaan keseimbangan antara efek dari aktivitas manusia dan pelestarian kualitas alam dari ekosistem. Indikator ini didasarkan pada berbagai data monitoring dan terkait
dalam satu atau lain cara dengan kegiatan manusia. Dengan cara ini memungkinkan untuk mengevaluasi efek dari dampak manusia terhadap ekosistem. Perubahan jangka
panjang dalam kinerja ekologi dari ekosistem dapat dijelaskan dengan menggunakan indikator ekologi. Sehingga memungkinkan para pembuat kebijakan untuk
mengevaluasi dampak kebijakan dan rekomendasi manajemen pada kualitas ekosistem Kabuta dan Laane, 2003. Ada ratusan hingga ribuan tentangindikator status ekosistem
yang dapat digunakan dalam aplikasi pengelolaan wilayah pesisir Rice, 2003.
Indonesia sebagai negara kepulauan yang terdiri dari lebih dari 17.508 pulau memiliki masalah dalam hal pengelolaan pulau dan jasa laut.Sementara pertumbuhan
penduduk di wilayah pesisir diikuti oleh penurunan sumber daya alam yang disebabkan oleh penangkapan ikan berlebihan dan eksploitasi yang berlebihan merupakan salah satu
masalah terbesar baik bagi pemerintah pusat dan pemerintah daerah di Indonesia Farhan dan Lim, 2010.
Keunikan wilayah pesisir dan laut serta beragamnya sumberdaya yang ada, menunjukkan bahwa pentingnya pemanfaatan tersebut untuk dikelola secara terpadu
dan berkelanjutan. Menurut Rudianto 2004, ada beberapa alasan terkait keunikan wilayah pesisir dan laut, diantaranya : 1 Secara empiris, terdapat keterkaitan ekologis
hubungan fungsional baik antar ekosistem di dalam kawasan pesisir maupun antara kawasan pesisir dengan lahan atas dan laut lepas. Dengan demikian perubahan yang
terjadi pada suatu ekosistem pesisir, cepat atau lambat akan mempengaruhi ekosistem lainnya. Begitu pula halnya, jika pengelolaan kegiatan pembangunan di lahan atas suatu
DAS tidak dilakukan secara arif berwawasan lingkungan, maka dampak negatifnya akan merusak tatanan dan fungsi ekologis kawasan pesisir dan laut. 2 Dalam suatu
kawasan pesisir, terdapat lebih dari dua macam sumberdaya alam dan jasa-jasa lingkungan yang dikembangkan untuk kepentingan pembangunan. Terdapat keterkaitan
langsung yang sangat kompleks antara proses-proses dan fungsi lingkungan dengan pengguna sumberdaya alam. 3 Dalam suatu kawasan pesisir, pada umumnya terdapat
lebih dari satu kelompok masyarakat orang yang memiliki keahlian dan kesenangan preference bekerja yang berbeda misalnya petani, nelayan, petani tambak, petani
rumput laut, pendamping pariwisata, industri dan kerajinan rumah tangga dan sebagainya. Padahal sangat sukar atau hampir tidak mungkin untuk mengubah
kesenangan bekerja atau profesi dari sekelompok orang yang sudah secara tradisi menekuni suatu bidang pekerjaan. 4 Baik secara ekologis maupun ekonomis,
pemanfaatan suatu kawasan pesisir secara monokultur single use adalah sangat rentan terhadap perubahan internal maupun eksternal yang menjurus pada kegagalan usaha. 5
Kawasan pesisir pada umumnya merupakan sumberdaya milik bersama common property resources
yang dapat dimanfaatkan oleh semua orang open access. Padahal setiap pengguna sumberdaya pesisir biasanya berprinsip untuk memaksimalkan
keuntungan.Oleh karenanya, wajar jika pencemaran, over eskploitasi sumberdaya alam dan konflik pemanfaatan ruang seringkali terjadi termasuk konflik pemanfaatan di
wilayah pesisir.
Mengingat potensi sumberdaya pesisir dan laut di wilayah pesisir tersebut sangat besar, maka Dahuri 2003 menjelaskan peranan sumberdaya kelautan dapat dilihat dari
beberapa aspek yaitu 1 aspek ekonomi sumberdaya kelautan, 2 aspek ekologis sumberdaya kelautan, 3 aspek pertahanan dan keamanan, dan 4 aspek pendidikan
dan penelitian. Ekonomi sumberdaya kelautan yang dimaksud adalah kegiatan ekonomi
yang dilakukan di wilayah pesisir dan lautan danatau kegiatan ekonomi yang menggunakan sumberdaya pesisir dan lautan danatau kegiatan ekonomi yang
menunjang pelaksanaan kegiatan ekonomi di wilayah pesisir dan lautan. Wilayah pesisir dikenal memiliki potensi sumberdaya alam yang besar, seperti yang disebutkan Dahuri
2001 bahwa potensi pembangunan yang terdapat di wilayah pesisir dan lautan secara garis besar terdiri dari tiga kelompok : 1 sumberdaya dapat pulih renewable resource
, 2 sumberdaya tak dapat pulih non-renewable resource, dan 3 jasa-jasa lingkungan environmental services. Sumberdaya tersebut seperti : perikanan tangkap
dan budidaya, bioteknologi, pariwisata bahari, pertambangan dan energi, perhubungan laut, industri kapal, bangunan laut dan pantai, pulau-pulau kecil dan kegiatan
pendayagunaan benda-benda berharga the sunken treasures.
Selain segenap potensi diatas, ekosistem pesisir dan lautan juga memiliki peran dan fungsi yang sangat menentukan bukan saja bagi kesinambungan pembangunan
ekonomi, tetapi juga bagi kelangsungan hidup manusia.Peran dan fungsi ekosistem pesisir serta lautan sebagai pengatur iklim global termasuk El-Nino, siklus hidrologi
dan biogeokimia, penyerap limbah, sumber plasma nuftah dan sistem penunjang lainnya.Oleh karena itu pemanfaatan sumberdaya kelautan mestinya secara seimbang
dengan upaya konservasi sehingga dapat berlangsung secara optimal dan berkelanjutan Bakosurtanal, 2001.
Berbagai pemanfaatan kawasan pesisir tersebut, mengarah pada kecenderungan terjadinya pelanggaran atau konflik pemanfaatan kawasan pesisir.Pelanggaran atau
tumpang tindih pemanfaatan kawasan pesisir berdampak pada menurunnya kualitas lingkungan dan perekonomian wilayah pesisir. Wilayah pesisir tidak hanya dilihat dari
segi pemanfaatannya saja, tetapi juga terkait dengan semua proses yang terjadi di wilayah pesisir. Perencanaan pemanfaatan kawasan pesisir terkait dengan proses alokasi
sumberdaya agar dapat dioptimalkan pemanfaatannya, untuk itu dalam penataan kawasan pesisir perlu proses pengelolaan yang terpadu dan berkelanjutan.
Pulau-pulau kecil secara harfiah merupakan pulau berukuran kecil yang secara fungsional saling berinteraksi dari sisi ekologi, ekonomi, sosial dan budaya serta pulau-
pulau kecil memiliki beragam manfaat dan peran yang sangat penting bagi kehidupan manusia Dahuri, 2003.
Berdasarkan sifat dan karakteristik pulau kecil, menurut DKP 2002 gugus pulau memiliki ciri-ciri yaitu :
A. Secara Fisik 1. Secara geografis merupakan sekumpulan pulau yang saling berdekatan dengan
batas fisik yang jelas antar pulau. 2. Dalam satu gugus pulau, pulau kecil dapat terpisah jauh sehingga bersifat insuler.
3. Lebih banyak dipengaruhi oleh faktor hidro-klimat laut. 4. Pengertian satu gugus pulau tidak terbatas pada luas pulau, jumlah dan kepadatan
penduduk. 5. Biasanya pada pulau kecil dalam gugus pulau terdapat sejumlah biota endemis
dengan keanekaragaman biota yang tipikal dan bernilai ekonomis tinggi. 6. Pada wilayah tertentu, gugus pulau dapat merupakan sekumpulan pulau besar dan
kecil atau
sekumpulan pulau
kecil dengan
daratan terdekat
propinsikabupatenkecamatan dimana terdapat saling ketergantungan pada bidang ekonomi, sosial dan budaya.
7. Gugus pulau dapat terdiri dari sekumpulan pulau, atol atau gosong gosong adalah dataran terumbu karang yang hanya muncul di permukaan air pada saat air