Analisis Game Theory Metode Analisis Data
                                                                                pengembangan  wilayah  yang  dikaji  akan  berada  di  antara  dua  titik  tersebut  dan  dapat dianalisis  indeks  keberlanjutannya  dengan  melihat  nilai  persentase  keberlanjutan
pengembangan wilayah pada garis horizontal tersebut. Proses  ordinasi  Rap-Sebuku  ini  menggunakan  perangkat  lunak  modifikasi
RAPFISH Repair Apraisal for fisheries yang dikembangkan oleh University of British Columbia,  Kanada  untuk  melakukan  evaluasi  berkelanjutan  di  bidang  perikanan
Kavanagh  2001  yang  dalam  perkembangannya  dipakai  juga  untuk  evaluasi keberlanjutan  bidang-bidang  lainnya  seperti  budidaya  ternak,  usaha  tani  padi  organik,
agribisnis sapi dan ketahanan pangan.
Pendekatan MDS dalam RAPFISH dipilih dengan salah satu alasan  yaitu dapat memberikan  analisis  yang  lebih  stabil  dibandingkan  dengan  metode  multivariate
analysis lain  seperti  faktor  analisis.  Dalam  MDS  dua  titik  atau  objek  yang  sama
dipetakan dalam satu titik yang berdekatan. Sebaliknya, objek atau titik yang tidak sama digambarkan  dengan  titik-titik  yang  berjauhan.  Teknik  ordinasi  atau  penentuan  jarak
dalam  MDS  didasarkan  pada  Euclidian  Distance  yang  dalam  ruang  berdimensi  n  dan dapat ditulis sebagai  berikut :
… … … … 1
Dimana : d
: distance  jarak antar titik Euclidian x
1
-x
2 :
selisih nilai atribut x y
1
-y
2 :
selisih nilai atribut y z
1
-z
2 :
selisih nilai atribut z Konfigurasi  dari  objek  atau  titik  di  dalam  MDS  kemudian  diaproksimasi  dengan
meregresikan jarak Euclidian d
ij
dari titik i ke titik j dengan titik asal σ
ij
sebagaimana persamaan berikut :
d
ij
= α +  σ
ij
+ ε … … …. …. …   β dimana :
d
ij :
jarak euclidian dari titik i ke titik j α
: konstanta : Koefisien regresi
σ
ij :
nilai Euclidian titik i ke titik j ε
: Standar Error Teknik yang digunakan dalam meregresi persamaan diatas adalah Algoritma ALSCAL
Alder et al, 2000 . Metode ALSCAL mengoptimalkan jarak kuadrat square distance = d
ijk
terhadap data kuadrat  titik asal = σ
ijk
, yang dalam tiga dimensi  i, j, k  ditulis dalam formula yang disebut S-Stress sebagai berikut :
s = … … …  γ
Dimana : s
: nilai stress m
: banyaknya atribut d
ijk :
jarak euclidian dalam dimensi i , j, k
σ
ijk
: nilai titik asal pada dimensi ke i, j, k Dimana jarak kuadrat merupakan jarak Euclidian yang dibobot atau ditulis
… … …  4
Dimana : : jarak kuadrat euclidian dari titik i ke titik j dari masing- masing dimensi  k
: jumlah titik yang masuk dalam wilayah pada dimensi k dari level a : nilai titik x pada level ke a dari atribut ke i
: nilai titik x pada level ke a dari atribut ke ₁
a : level 1, β …..,r
k : dimensi 1,β, ….., 5 dimensi ekologi, ekonomi dan sosial kelembagaan
Goodness  of  fit dalam  MDS  dicerminkan  dari  besaran  nilai  S-Stress  yang  dihitung
berdasarkan  nilai  S  diatas  nilai  R
2
.  Nilai  Stress  yang  rendah  menunjukkan  good  fit, sementara  nilai  stress  yang  tinggi  menunjukkan  sebaliknya.  Didalam  pendekatan
RAPFISH, model  yang  baik ditunjukkan dengan nilai stress  yang lebih kecil dari 0,25 atau S  0,25 Fauzi dan Anna 2005. Nilai R
2
yang baik adalah R
2
yang mendekati 1. Penentuan indeks dan kategori status keberlanjutan pengembangan wilayah
Hasil ordinasi Rap-Sebuku adalah indeks keberlanjutan pengembangan wilayah yang  mempunyai  selang  0-100.  Indeks  keberlanjutan  pengembangan  wilayah  yang
diperoleh tersebut untuk mengetahui status keberlanjutan pengembangan wilayah. Nilai  skor  dari  masing-masing  atribut  dianalisis  secara  multidimensional  untuk
menentukan  satu  atau  beberapa  titik  yang  mencerminkan  posisi  keberlanjutan pengembangan  wilayah  berbasis  pemanfaatan  sumberdaya  di  Selat  Sebuku  Kabupaten
Kotabaru.Adapun  nilai  skor  yang  merupakan  indeks  keberlanjutan  setiap  dimensi disajikan pada Tabel 11.
Tabel 11 Nilai Indeks dan Kategori Status Berkelanjutan
Nilai Indeks                                               Kategori
0  -  25                                                   Tidak berkelanjutan 25  -  50                                                   Kurang berkelanjutan
50  -  75                                                Cukup berkelanjutan 75  -  100                                              Berkelanjutan
Sumber : Sinaga 2008
Skala  indeks  keberlanjutan  pengembangan  kawasan  selat  mempunyai  interval 0 - 100. Jika  pengelolaan yang dikaji mempunyai nilai indeks lebih dari 75 maka
pengelolaan    kawasan  selat  tersebut  masuk  dalam  kategori  berkelanjutan  sustainable dan sebaliknya jika kurang dari 75 masuk kategori cukup berkelanjutan, kurang dari
50  kategori  kurang  berkelanjutan,  dan  kurang  dari  25  tidak  berkelanjutan  Sinaga, 2008.  Melalui  MDS,  posisi  titik  keberlanjutan  tersebut  dapat  divisualisasikan  dalam
dua dimensi sumbu horizontal dan vertikal. Untuk memproyeksikan titik-titik tersebut
pada  garis  mendatar  dilakukan  proses  rotasi,dengan  titik  ekstrem  ―buruk‖  diberi  nilai
sk or  0  dan  titik  ekstrim  ―baik‖  diberi  skor  nilai  100.  Posisi  keberlanjutan  sistem
yang  dikaji  akan  berada  di  antaradua  titik  ekstrem  tersebut.  Jika  sistem  yang  dikaji mempunyai  nilai  indeks  keberlanjutan  lebih  besar  atau  sama  dengan  50    ≥  50  ,
maka  system  dikatakan  berkelanjutan  sustainable  dan  tidak  berkelanjutan  jika  nilai indeks  kurang  dari  50      50  .  Ilustrasi  hasil  ordinasi  nilai  indeks  keberlanjutan
dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 19  Ilustrasi penentuan indeks keberlanjutan pengembangan wilayah kawasan  Selat Sebuku berkelanjutan di Kabupaten Kotabaru
Analisis ordinasi ini juga dapat digunakan hanya untuk satu dimensi saja dengan memasukkan semua atribut dari dimensi yang dimaksud, dalam penelitian ini digunakan
empat  dimensi,  hasil  analisis  akan  mencerminkan  seberapa  jauh  status  keberlanjutan dimensi  tersebut.  Menurut  Sinaga  2008,  jika  analisis  setiap  dimensi  telah  dilakukan
maka  analisis  perbandingan  keberlanjutan  antar  dimensi  dapat  divisualisasikan  dalam bentuk diagram layang-layang kite diagram dapat dilihat pada Gambar 20.
Gambar 20 Diagram Layang-layang Kite Diagram Nilai Indeks Keberlanjutan
Analisis Monte Carlo dan Analisis Leverage Analisis  Monte  Carlo  dilakukan  untuk  melihat  kestabilan  dari  Indeks
keberlanjutan  pengembangan  wilayah  yang  diperoleh.  Metode  yang  digunakan  dari analisis  Monte  Carlo  ini  adalah  metode  scatter  plot  yang  menunjukkan  ordinasi  dari
setiap  dimensi.  Jika  hasil  menunjukkan  plot  yang  mengumpul,  indeks  keberlanjutan pada pengembangan wilayah tersebut stabil. Sebaliknya jika hasil analisis menunjukkan
plot yang menyebar, indeks keberlanjutan pengembangan wilayah tersebut tidak stabil.
Setelah  dilakukan  ordinasi  dan  diperoleh  indeks  baik  buruknya  pengembangan wilayah,  selanjutnya  dilakukan  analisis  Leverage  dari  atribut-atribut  tersebut.  Analisis
Leverage dilakukan  untuk  melihat  atribut  apa  yang  sensitif  memberikan  kontribusi
terhadap pembentukan indeks keberlanjutan pengembangan wilayah. Analisis Leverage dilakukan  dengan  melihat  perubahan  ordinasi  apabila  atribut  tertentu  dihilangkan  dari
analisis.  Seluruh  atribut  secara  berturut-turut,  satu  per  satu  dihilangkan  dari  ordinasi Rap-Sebuku. Pengaruh setiap atribut dilihat dari root mean square RMS pada sumbu x
nya.  Jika  suatu  atribut  dihilangkan  dari  ordinasi  Rap-Sebuku  ternyata  tidak  merubah banyak  nilai  RMS,  maka  atribut  tersebut  dianggap  tidak  sensitif  didalam  membentuk
indeks  keberlanjutan  pengembangan  wilayah,  demikian  sebaliknya.Hasil  dari  analisis tersebut berupa nilai perubahan RMS pada setiap atribut.
Penyusunan  rekomendasi pengembangan wilayah berkelanjutan di Selat Sebuku Penyusunan rekomendasi pengembangan wilayah berkelanjutan didasarkan pada
hasil  analisis  Leverage.  Hasil  analisis  Leverage  untuk  melihat  atribut  atribut  apa  yang sensitif  memberikan  kontribusi  terhadap  pembentukan  indeks  keberlanjutan
pengembangan wilayah. Atribut-atribut yang sensitif dijadikan landasan untuk membuat kebijakan  karena  memberikan  pengaruh  terhadap  pembentukan  indeks  keberlanjutan
pengembangan  wilayah.  Sementara  itu,  atribut-atribut  yang  tidak  sensitif  tidak  perlu diperhatikan  dalam  membuat  kebijakan  karena  tidak  memiliki  pengaruh  terhadap
pembentukan indeks keberlanjutan pengembangan wilayah. Atribut-atribut yang sensitif dengan  skor  saat  ini  masih  buruk  maka  dibuat  kebijakan  untuk  memperbaiki  skornya
dan  atribut-atribut  yang  sensitif  dengan  skor  saat  ini  telah  baik  maka  dibuat  kebijakan untuk mempertahankan skornya.