Nilai Ekonomi Total Selat Sebuku

6.3.3 Swasta dengan Nelayan

Pay-off pahala yang digunakan dalarn permainan ini adalah tambahan pendapatan yang akan didapat jika Selat Sebuku dikelola secara kooperatif. Adapun matriks pay off seperti terlihat pada tabel di bawah ini. Tabel 42 Matriks pay off antara Nelayan dengan Swasta Pemain Nelayan Kooperatif Non kooperatif Swasta Kooperatif 945.582.505.287: 83.413.897.290 0 : 78.781.920.322 Non kooperatif 936.834.427.318: 0 0 : 0 Jika swasta memilih bersabar dan mentaati bekerjasama dalam pengelolaan kawasan secara sustainable dan nelayan juga melakukan halyang sama, maka akan mendapatkan pendapatan masing-masing Rp.945.582.505.287 tiap tahunnya untuk swasta dan nelayan akan mendapatkan tambahan pendapatan Rp.83.413.897.290 tiap tahunnya. Pada kondisi swasta memilih menerima mentaati, nelayan memiliki peluang untuk memperoleh keuntungan lebih besar jika menolak melanggar tetap beresiko terkena sanksi yang akan menurunkan pendapatannya. Jika sanksi tidak diberikan pada nelayan, maka swasta lebih baik memilih strategi melanggar eksploitasi terlebih dahulu agar keuntungamya tidak diambil oleh nelayan. Ujungnya adalah terjadi kerugian bersama, dimana keuntungan akibat sustainable menjadi hilang. Kondisi ini mengisyaratkan bahwa konsepsi kooperatif tidak bisa dikelola dalarn kondisiopen access. Pengelolaan secara kooperatif memerlukan prasyarat adanya kondisi yang sesuai, yaitu limited acces. Perlunya aturan main yang jelas dan tegas lengkap dengan sanksi bagi para pelanggar dari kesepakatan yang ada. Permainan ini memberi peluang terjadinya keseimbangan di dua titik, yaitu sama-sama menerima atau sama-sama menolak. Jika permainan dapat menerima dimulai dengan strategi menerima untuk semua pemain, maka tidak ada peluang untuk memperbaiki pendapatan dengan merubah strategi. Pilihan menolak justru akan menurunkan pay-off karena adanya sanksi. Namun sebaliknya jika permainan dimulai dari strategi sama-sama menolak, maka secara rasional tidak mungkin salah satu pemain akan merubah strateginya dengan menerima, karena hanya akan memberi manfaat pada lawannya. Cooper dalam Ostrom et a1 2002 menjelaskan bahwa adanya komunikasi didalam memanfaatkan sumberdaya yang bersifat common resources akan mampu mendorong terjadinya efisiensi yang lebih baik. Penegasan sanksi yang tegas bagi pelanggar dalam pelaksanaan pemanfaatan sumberdaya di Selat Sebukuakan menjadi sarana repetitive permainan untuk dapat menggeser swasta dan nelayan ke arah mentaati kesepakatan pengelolaan kawasan. Menumbuhkan rasa memiliki area penegasan properry right pada swasta dan nelayan diyakini akan mampu mendorong keinginan untuk ikut mengawasi sehingga peluang pelanggaran akan dapat diminimalkan . Mengacu pada analisis game theory antara pemerintah dengan nelayan dan pemerintah dengan swasta dimana adanya potensi penerapan sanksi minimal bagi swasta dan nelayan yang melanggar kesepakatan, maka keseimbangan permainan antara swasta dengan nelayan dapat berubah. Dengan demikian, maka peluang kecenderungan kedua pemain memilih melaksanakan strategi kooperatif lebih besar dibandingkan non kooperatif yang cenderung memberikan kerugian bagi kedua pemain tersebut. Mengacu hasil analisis yang diperoleh dari game theory, strategi-strategi yang dilakukan antar stakeholder menganut paham keberlanjutan. Berdasarkan hal tersebut, perlu dilakukan analisis keberlanjutan guna menelaah dan mengidentifikasi atribut- atribut keberlanjutan dari berbagai dimensi keberlanjutan sehingga diperoleh indeks dan status keberlanjutan.

6.4 Indeks dan Status Keberlanjutan Selat Sebuku

Penentuan indeks dan status keberlanjutan Selat Sebuku di Kabupaten Kotabaru merupakan langkah yang sangat penting untuk memperoleh gambaran menyeluruh mengenai kondisi saat ini existing condition. Pemahaman yang mendalam mengenai kondisi eksisting serta faktor-faktor yang berpengaruh akan memudahkan dalam perumusan kebijakan atau perencanaan program. Hasil penilaian atribut yang dilakukan oleh pakar dan responden lainnya menunjukkan bahwa terdapat 38 atribut atau faktor yang mempunyai hubungan keterkaitan timbal balik yang dapat mempengaruhi setiap dimensi Selat Sebuku di Kabupaten Kotabaru, yaitu 9 atribut mempengaruhi dimensi ekologi, 9 atribut berpengaruh terhadap dimensi ekonomi, 15 atribut berpengaruh terhadap dimensi sosial kelembagaan dan 5 atribut dimensi teknologi. Hasil analisis indeks dan status keberlanjutan setiap dimensi pengembangan wilayah Selat Sebuku yang dilakukan dengan menggunakan teknik ordinasi Rap-Sebuku dengan metode MDS diuraikan secara rinci di bawah ini.

6.4.1 Indeks dan Status Keberlanjutan Dimensi Ekologi

Hasil analisis ordinasi Rap-Sebuku terhadap 9 atribut yang berpengaruh terhadap dimensi ekologi menunjukkan bahwa nilai indeks keberlanjutan dimensi ekologi adalah 50,70. Nilai tersebut berada pada selang 50,00-75,00 skala keberlanjutan dengan status cukup berkelanjutan, ditunjukkan oleh Gambar 30. Berdasarkan hasil analisis tersebut nilai indeks keberlanjutan dimensi ekologi terdiri dari wilayah Selat Sebuku Utara Luar adalah 54,83, Selat Sebuku Utara Dalam sebesar 47,34, Selat Sebuku Tengah sebesar 52,12, Selat Sebuku Selatan Dalam sebesar 52,52 dan Selat Sebuku Selatan Luar sebesar 46,69. Gambar 30 Nilai indeks dan status keberlanjutan dimensi ekologi Analisis leverage terhadap 9 atribut dimensi ekologi diperoleh 3 atribut yang sensitif, yaitu 1 penataan kawasan, 2 daya dukung kawasan dan 3 tingkat kerusakan lingkungan ditunjukkan pada gambar di bawah ini. Penataan kawasan merupakan salah satu determinan utama pengembangan selat berkelanjutan, sehingga atribut ini perlu mendapatkan perhatian. Dalam 10 tahun terakhir pesisir selat mengalami peningkatan aktifitas ekonomi maupun antropogenik lainnya. Hal ini dimungkinkan apabila potensi kawasan selat masih tersedia. Gambar 31 Nilai sensitivitas atribut dimensi ekologi yang dinyatakan dalam perubahan Root Mean Square RMS skala keberlanjutan 0 -100. Nilai stress dan koefisien determinan R 2 untuk dimensi ekologi adalah 0,1502286 dan 0,9376389 artinya goodness of fit dalam MDS dan atribut atau factor- faktor yang dinilai pada dimensi ekologi mampu menerangkan dan memberikan kontribusi 93 terhadap keberlanjutan sistem yang dikaji. Hasil evaluasi pengaruh galat memperlihatkan bahwa tidak ada perbedaan yang nyata nilai indeks keberlanjutan hasil ordinasi Rap-Sebuku dengan hasil analisis Monte Carlo nilai stress 5 baik sebaran maupun pengaruh galat pada taraf 95 . Pada atribut-atribut sensitive tersebut, penataan kawasan, daya dukung kawasan dan tingkat kerusakan lingkungan berperan sangat dominan di wilayah Selat Sebuku, sehingga mempengaruhi keberlanjutan dimensi ekologi. Dampak langsung dari perubahan ketiga atribut tersebut adalah tingkat produktivitas optimal sumberdaya yang dihasilkan.

6.4.2 Indeks dan Status Keberlanjutan Dimensi Ekonomi

Hasil analisis ordinasi Rap-Sebuku terhadap 9 atribut dimensi ekonomi menunjukkan bahwa nilai indeks keberlanjutan dimensi ekonomi sebesar 50,59 dengan kategori cukup berkelanjutan, ditunjukkan pada Gambar 32. Berdasarkan hasil analisis tersebut nilai indeks keberlanjutan dimensi ekonomii terdiri dari wilayah Selat Sebuku Utara Luar adalah 57,66, Selat Sebuku Utara Dalam sebesar 53,09, Selat Sebuku Tengah sebesar 46,86, Selat Sebuku Selatan Dalam sebesar 49,99 dan Selat Sebuku Selatan Luar sebesar 45,33. Gambar 32 Nilai indeks dan status keberlanjutan dimensi ekonomi