Trade-Off pada Pemanfaatan Kawasan Selat di Wilayah Pesisir

matematik, secara sistematis dan ilmiah untuk memecahkan permasalahan yang komplek. Oleh karena itu, metode pendekatan sistem dapat digunakan sebagai dasar pemikiran untuk memecahkan permasalahan yang rumit, seperti kompleksitas permasalahan ekosistem alam. Menurut Eriyatno 1998 pendekatan sistem diartikan sebagai metode pengkajian permasalahan yang dimulai dari penentuan tujuan, kemudian dilakukan analisis kebutuhan sehingga dapat menghasilkan suatu model operasional dari sistem tersebut. Lebih lanjut menurut Eriyatno 2003 pendekatan sistem adalah cara penyelesaian persoalan yang dimulai dengan dilakukannya identifikasi terhadap adanya sejumlah kebutuhan-kebutuhan sehingga dapat menghasilkan suatu operasi dari sistem yang dianggap efektif. Pendekatan sistem umumnya ditandai dengan dua hal, yaitu : 1 mencari semua faktor penting yang ada dalam mendapatkan solusi yang baik untuk menyelesaikan masalah dan 2 membuat satu model kuantitatif untuk membantu keputusan secara rasional. Penelitian ini berkaitan dengan data kuantitatif dan aspek kualitatif yang akan mempengaruhi proses pengambilan kebijakan, sehingga metode pendekatan sistem merupakan basis sarana untuk mengembangkan kerangka dasar analisis. Setiap komponen yang terkait, akan dianalisis secara lengkap agar lebih mampu menampilkan gambaran yang mendekati kondisi riil di lapangan. Hal itu dilakukan agar permasalahan yang komplek tetap dapat diurai, tetapi kerangka awal penelitian dengan basis tujuan dengan pendekatan sistem akan tetap terjaga, karena terdapat tahapan-tahapan yang harus dilalui. Sistem adalah suatu agregasi atau kumpulan obyek-obyek yang terangkai dalam interaksi dan saling bergantungan yang teratur pembatas sistem yang jelas seperti Gambar 12. Gambar 12 Rangkaian Sistem Muhammadi et.al, 2001 Setelah memasukan aspek tujuan, Muhammadi et al. 2001 memberikan pengertian tentang sistem sebagai sekumpulan elemen-elemen yang berada dalam keadaan yang saling berhubungan untuk mencapai tujuan yang sama.

2.12.2 Model

Untuk menggambarkan tentang apa yang tersirat dalam suatu sistem perlu dibuat model. Menurut Muhammadi, et al.2001 model adalah suatu bentuk yang dibuat untuk menirukan suatu gejala atau proses. Model yang dapat menirukan kondisi sebenarnya, tanpa harus ada perbedaan dengan hasil pengukuran adalah model yang mendekati kebenaran dari unsur-unsur yang penting dari perilaku dalam dunia nyata. Model yang demikian disebut model yang sesuai dengan kondisi sebenarnya the real mode.Oleh karena itu, sebelum model diaplikasikan harus melalui tahap validasiyang dapat dilakukan melalui berbagai cara. Menurut Hartrisari dan Handoko 2004 validasi model merupakan bagian yang sangat penting dalam kegiatanpermodelan. Secara ilmiah validasi identik dengan pengujian hipotesis. Dalam hal ini, model itu sendiri merupakan hipotesisnya.Terdapat bermacam cara validasi, mulai yang bersifat deskriptif, misalnya melalui perbandingan secaragrafis atau pengujian secara kuantitatif, yang dilakukan melalui uji statistik. Menurut Eriyatno 2003 terdapat tiga kelompok model. Pertama, model ikonik model fisik yaitu model yang mempersentasikan bentuk fisik dari modelyang diwakilinya, tetapi pada skala yang berbeda. Model jenis ini dapat berdimensi dua seperti peta, foto, atau cetak biru, dan dapat pula dalam tiga demensi seperti prototip dari mesin-mesin. Kedua, model analog diagrammatic model, yaitu model yang berbentuk gambar, diagram atau matrik yang menyatakan hubungan antar unsur. Ketiga, model simbolik model matematik model ini merupakan perwakilan realitas yang dikaji, format model ini dapat berupa angka-angka, simbol dan rumus-rumus matematik atau rumus-rumus komputer. Jenis model simbolik yang umum dipakai adalah persamaan equation. Tiga kelompok model tersebut diatas, oleh Hartrisari dan Handoko 2004 dibagimenjadi 10 bentuk, meskipun bentuk model tersebut dapat merupakan bagian darimodel dinamis, mekanistik atau numerik. Ke-10 bentuk yang saling berlawanan tersebut adalah 1 model fisik dan model mental 2 model deskriptif dan model numerik 3 model empirik dan model mekanistik 4 model deterministik dan model stokastik 5 model statis dan model dinamis. Pada kasus-kasus yang akan diteliti, pemilihan model tergantung pada tujuan dari pengkajian sistem, yang terlihat dan formulasi permasalahan. Sebagai contoh, model yang mendasarkan pada teknik peluang dan memperhitungkan adanya ketidakpastian uncertainty, karena masalah yang dikaji umumnya mengandung keputusan yang tidak menentu atau terdapat beberapa pilihan, sepertisifat-sifat probabilistik . Model yang sesuai untuk kondisi tersebut adalah model stokastik tetapi dinamis. Sebaliknya, yang tidak memperhatikan peluang kejadian dikenal model deterministik. Secara tegas tujuan model menurut Hartrisari dan Handoko 2004 dibagimenjadi tiga: Pertama, untuk pemahaman proses, model tersebut harus mampumenjelaskan mekanisme yang terjadi, bukan hanya sekedar hubungan kausal antara input dengan output seperti pada model empirik, walaupun pengamatan empirik sangat penting untuk keperluan validasi; Kedua, untuk prediksi, model numerik mempunyai kemampuan prediksi yang sangat bagus untuk kasus-kasus lingkungan dengan kondisi tertentu, tetapi akan mempunyai kesalahan yang signifikan apabila diaplikasikan pada kondisi yang berbeda. Terdapat model yang mempunyai kemampuan prediksi yang baik seperti pada kasus diatas yaitu model mekanistik dan model empirik juga dapat untuk tujuan prediksi. Ketiga, model untuk keperluan manajemen. Tujuan nomor 3 tiga terakhir tersebut harus mempunyai tingkat yang lebih tinggi dari dua tujuan sebelumnya dan harus berkemampuan memprediksi, juga dituntut kecerdasan dalam perencanaan agar model mampu menjelaskan suatu proses yang sedang terjadi, hal tersebut karena sangat diperlukan dalam manajemen.