Gambar 33 Nilai sensitivitas atribut dimensi ekonomi yang dinyatakan dalam perubahan RMS skala keberlanjutan 0 -100
Hasil analisis leverage terhadap 9 atribut dimensi ekonomi diperoleh 4 atribut yang sensitif terhadap keberlanjutan dimensi ekonomi, yaitu 1 kontribusi terhadap
PAD dan PDRB, 2 pendapatan masyarakat, 3 akses terhadap sumberdaya, dan 4 pengembangan usaha lokal ditunjukkan pada gambar tersebut diatas.
Nilai stress dan koefisien determinan R
2
untuk dimensi ekonomi adalah 0,1915047 dan 0,9322574 artinya goodness of fit dalam MDS dan atribut atau faktor-
faktor yang dinilai pada dimensi ekonomi mampu menerangkan dan memberikan kontribusi 93 terhadap keberlanjutan sistem yang dikaji. Hasil evaluasi pengaruh galat
memperlihatkan bahwa tidak ada perbedaan yang nyata nilai indeks keberlanjutan hasil ordinasi Rap-Sebuku dengan hasil analisis Monte Carlo nilai stress 5 baik sebaran
maupun pengaruh galat pada taraf 95 .
Ketersediaan sarana prasarana dan akses sumberdaya dalam jumlah yang memadai dan terjangkau serta modal yang cukup adalah sangat penting dalam
meningkatkan produktifitas serta pendapatan masyarakat pesisir pada umumnya. Sebaliknya tingkat pendapatan yang rendah sangat berpengaruh terhadap kemampuan
modal dan penyediaan sarana produksi yang tepat sehingga berdampak pada penurunan produktivitas sehingga cenderung pendapatan daerah juga kecil. Selain itu usaha-usaha
lokal yang belum berkembang berdampak pula terhadap perolehan pendapatan yang rendah dan dapat mempengaruhi keputusan masyarakat pesisir untuk beralih ke profesi
lain yang mempunyai nilai ekonomi lebih tinggi, atau mencari sumber pendapatan di luar kawasan Selat Sebuku yang memberikan pendapatan lebih baik, pada akhirnya
dapat berakibat terganggunya sistem produksi sumberdaya selat untuk mencapai pemenuhan kebutuhan hidup secara berkelanjutan.
6.4.3 Nilai Indeks dan Status Keberlanjutan Dimensi Sosial Kelembagaan
Hasil analisis ordinasi Rap-Sebuku terhadap 15 atribut dimensi sosial kelembagaan menunjukkan bahwa nilai indeks keberlanjutan dimensi sosial
kelembagaan adalah 52,74 dengan kategori status cukup berkelanjutan, ditunjukkan pada Gambar 34. Berdasarkan hasil analisis tersebut nilai indeks keberlanjutan dimensi
sosial kelembagaan terdiri dari wilayah Selat Sebuku Utara Luar adalah 62,21, Selat Sebuku Utara Dalam sebesar 53,13, Selat Sebuku Tengah sebesar 47,55, Selat Sebuku
Selatan Dalam sebesar 52,75 dan Selat Sebuku Selatan Luar sebesar 48,02.
Gambar 34 Nilai indeks dan status keberlanjutan dimensi sosial kelembagaan Hasil analisis leverage menunjukkan bahwa dari 15 atribut dimensi social
kelembagaan yang dianalisis terdapat 7 atribut yang mempunyai nilai sensitivitas tinggi terhadap keberlanjutan dimensi sosial, yaitu 1 tingkat pendidikan, 2, peran swasta, 3
potensi konflik dan 4 peran pemerintah, 5 perencanaan pengelolaan sumberdaya, 6 rezim pengelolaan sumberdaya dan 7 ketersediaan dan kelengkapan aturan,
ditunjukkan pada Gambar 35.
Potensi konflik merupakan ancaman yang serius terhadap keberlanjutan kawasan selat karena dampaknya bersifat merusak. Pada sisi lain peran pemerintah, swasta dan
partisipasi masyarakat berpengaruh terhadap pengelolaan kawasan selat yang berkelanjutan, sehingga berdampak terhadap produktivitas sumberdaya yang dihasilkan
kawasan selat.
Gambar 35 Nilai sensitivitas atribut dimensi sosial kelembagaan yang dinyatakan dalam perubahan RMS skala keberlanjutan 0 -100
Nilai stress dan koefisien determinan R
2
untuk dimensi sosial kelembagaan adalah 0,1544965 dan 0,9241215 artinya goodness of fit dalam MDS dan atribut atau
faktor-faktor yang dinilai pada dimensi sosial kelembagaan mampu menerangkan dan memberikan kontribusi 92 terhadap keberlanjutan sistem yang dikaji. Hasil evaluasi
pengaruh galat memperlihatkan bahwa tidak ada perbedaan yang nyata nilai indeks keberlanjutan hasil ordinasi Rap-Sebuku dengan hasil analisis Monte Carlo nilai stress
5 baik sebaran maupun pengaruh galat pada taraf 95 .
Sedangkan pertumbuhan penduduk yang tinggi berimplikasi terhadapberbagai dimensi kehidupan, terutama kebutuhan pangan dan kebutuhan lahan untuk
permukiman. Oleh karena kawasan Selat Sebuku dengan luas 22.200 ha kalau tidak ditata dan dikelola dengan benar maka berpengaruh terhadap kelangsungan hidup atau
mata pencaharian bagi masyarakat pesisir yang bergantung terhadap keberadaan selat tersebut.
Perencanaan pengelolaan sumberdaya dengan rezim pengelolaan sumberdaya yang jelas dan tepat serta adanya ketersediaan dan kelengkapan aturan adalah
merupakan unsur-unsur penting didalam menata pemanfaatan sumberdaya di Selat Sebuku secara terarah, terpadu dan berkelanjutan. Oleh karena itu peningkatan kapasitas