Latar Belakang METODE PENELITIAN

permasalahan tersebut, maka penelitian ini dilakukan untuk menjawab pertanyaan penelitian yaitu : 1. Bagaimana gambaran umum pengelolaan sumberdaya pesisir di Selat Sebuku ? 2. Seberapa besar nilai ekonomi sumberdaya yang dapat diperbaharui renewable resource , sumberdaya yang tidak dapat diperbaharui non-renewable resource dan jasa-jasa lingkungan environment services di Selat Sebuku. 3. Sampai sejauhmana trade off interaksi sumberdaya pesisir di Selat Sebuku antara pemerintah, masyarakat dan swasta ? 4. Sampai sejauhmana tingkat status keberlanjutan Selat Sebuku ? 5. Bagaimana model pengembangan wilayah secara berkelanjutan di kawasan Selat Sebuku ? Dengan demikian, dapat dipahami bahwa kajian Model Pengembangan Wilayah Berkelanjutan di Kawasan Selat Sebuku merupakan langkah yang dapat berkontribusi positif bagi perencanaan dan pengembangan wilayah kawasan Selat Sebuku secara optimal dan berkelanjutan.

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk menjawab perumusan masalah tersebut, yaitu : 1. Mengkaji pengelolaan sumberdaya pesisir di Selat Sebuku. 2. Menghitung nilai-nilai ekonomi sumberdaya yang dapat diperbaharui renewable resource , sumberdaya yang tidak dapat diperbaharui non-renewable resourcedan jasa-jasa lingkungan environment services di Selat Sebuku. 3. Menganalisis trade off interaksi sumberdaya pesisir di Selat Sebuku antara pemerintah, masyarakat dan swasta. 4. Menganalisis status keberlanjutan Selat Sebuku. 5. Membangun dan merumuskan model dinamis pengembangan wilayah optimal dan berkelanjutan di kawasan Selat Sebuku

1.4 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah merancang dan membangun model pengembangan wilayah berkelanjutan di kawasan Selat Sebuku Kabupaten Kotabaru, Provinsi Kalimantan Selatan. Penelitian ini untuk mengetahui nilai-nilai ekonomi dan menggambarkan hubungan keterkaitan sumberdaya yang dimiliki, sehingga kawasan Selat Sebuku dapat dimanfaatkan dalam rangka pengembangan wilayah yang optimal berkelanjutan. Pada penelitian ini, diharapkan pengembangan wilayah melalui pembangunan ekonomi berbasis kelautan dapat berjalan dengan berkelanjutan, sehingga hubungan interaksi yang sinergi pemanfaatan sumberdaya renewable dengan non-renewable dan environment services pada tingkat optimal akan lebih diutamakan. Oleh karena itu, kajian penelitian akan berfokus pada tingkat interaksi kombinasi optimal sumberdaya renewable dengan non-renewable dan environment services. Interaksi sumberdaya ini dipilih karena kawasan Selat Sebuku memiliki potensi sumberdaya yang besar. Analisis valuasi ekonomi sumberdaya dilakukan untuk mengetahui nilai ekonomi sumberdaya yang dimiliki kawasan Selat Sebuku. Analisis interaksi pemanfaatan sumberdaya tersebut pada tingkat proporsi tertentu melalui trade off dilakukan dengan analisis game theory untuk mengetahui kombinasi terbaik pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya secara berkelanjutan. Pada status keberlanjutan, analisis yang digunakan adalah Multi Dimentional Scalling MDS dan dalam penelitian ini disebut dengan ―Rap-Sebuku‖. Dalam rangka mengetahui pengembangan wilayah yang berbasis sumberdaya kelautan di kawasan Selat Sebuku melalui berbagai hubungan sub sistem yang selalu berubah terhadap waktu dilakukan dengan model dinamis menggunakan software powersim constructor 2.5, sehingga diperoleh prioritas dan rumusan serta arah kebijakan pengembangan wilayah berkelanjutan di Selat Sebuku. 1 .5 Batasan Penelitian Batasan penelitian yang menjadi fokus kajian ini adalah : 1. Lokasi penelitian terletak di Selat Sebuku dengan luasan 22.200 ha yang diapit oleh Pulau Sebuku dan Pulau Laut. 2. Batasan sumberdaya meliputi perikanan, tambang batubara dan wisata bahari serta untuk ekosistem meliputi : kawasan perairan, mangrove dan terumbu karang 3. Perizinan tambang batubara PT. BCS pemegang PKP2B dengan Nomor : 009PKPTBA-BCS1994 dan izin perluasan berdasarkan SK Menteri ESDM No. 459.K30DJB2012. 4. Selat Sebuku termasuk dalam WPP-RI 713 berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan nomor PER.01MEN2009. 5. Wisata Bahari mengacu kepada Perda Kabupaten Kotabaru Tahun 2009, nomor : 04 tentang Organisasi UPT Wisata Bahari Pantai Gedambaan, nomor 06 tentang Kepariwisataan dan 10 tentang perizinan dan retribusi. 6. Penerapan tata ruang mengacu pada Perda Kabupaten Kotabaru Nomor : 11 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kotabaru Tahun 2012-2032 7. Responden terdiri dari : nelayan, Pemda, legislatif, LSM dan swasta. 5. Penggunaan analisis meliputi : valuasi ekonomi sumberdaya alam, game theory, multi dimentional scalling MDS dan model dinamik. 1 .6 Kebaharuan novelty Penelitian 1. Optimasi pengembangan wilayah dengan interaksi sumberdaya pulih dengan sumberdaya tidak pulih. 2. Trade Off dalam aktifitas ekonomi pengembangan wilayah dalam rangka keberlan- jutan pengembangan wilayah pesisir. 3. Pengembangan wilayah melalui pemanfaatan sumberdaya tambang batubara di laut, perikanan dan pariwisata bahari secara optimal dan berkelanjutan merupakan penelitian yang belum pernah dilakukan selama ini.

1.7 Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan memiliki manfaat sebagai berikut : 1. Pemerintah daerah, dapat dijadikan bahan referensi dan acuan bagi penentu kebijakan dalam merumuskan kebijakan perencanaan dan pengembangan wilayah, pengelolaan dan pemanfaatan bidang kelautan yang tepat dan bermanfaat sebagai masukan bagi evaluasi RTRW Kabupaten Kotabaru serta agar pengelolaan dan pemanfaatannya dapat dilakukan secara optimal dan berkelanjutan. 2. Bahan masukan bagi masyarakat pesisir nelayan yang berminat dalam mengembangkan dan memanfaatkan renewable resource dengan mengetahui kondisi pesisir dan lingkungannya yang dilakukan secara optimal dan berkelanjutan. 3. Sumber informasi dan acuan bagi investorswasta dalam pemanfaatan non-renewable resource secara optimal dan berkelanjutan. 4. Memberikan kontribusi pada khasanah ilmu pengetahuan dan referensi bagi peneliti berikutnya untuk melakukan kajian kawasan Selat Sebuku pada masa yang akan datang terkait dengan model pengembangan wilayah kawasan selat berkelanjutan. 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penataan Ruang Dalam Pengembangan Wilayah

Menurut Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007, ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya. Sementara itu, pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budi daya, sedangkan penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang. Wujud pola pemanfaatan ruang meliputi lokasi, penggunaan lahan dan lain-lain. Dengan demikian penataan ruang pada hakekatnya adalah merupakan proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang. Secara spesifik, penataan ruang dapat diartikan sebagai suatu upaya untuk mewujudkan tata ruang yang terencana dengan memperhatikan keadaan lingkungan alam, lingkungan buatan, lingkungan sosial, interaksi antara lingkungan, tahapan, pengelolaan pembangunan serta pembinaan kemampuan kelembagaan dan sumberdaya manusia yang ada, dengan selalu mendasarkan kesatuan wilayah nasional dan ditujukan sebesar- besarnya untuk kemakmuran rakyat Budiharjo dalam Asyiawati, 2002. Asas prinsip penataan ruang adalah pemanfaatan ruang bagi semua kepentingan secara erpadu, serasi, selaras, keseimbangan, berkelanjutan, keberdayagunaan dan keberhasilgunaan, keterbukaan, kebersamaan dan kemitraan, pelindungan kepentingan umum, kepastian hukum dan keadilan, dan akuntabilitas. Berdasarkan Undang-undang Nomor 26 tahun 2007, penyelenggaraan penataan ruang bertujuan : a. terwujudnya keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan, b. terwujudnya keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam dan sumber daya buatan dengan memperhatikan sumber daya manusia, dan c. terwujudnya pelindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang. Penataan ruang dapat diklasifikasikan menurut Undang-undang nomor 26 tahun 2007 sebagai berikut : 1 Penataan ruang berdasarkan sistem terdiri atas sistem wilayah dan sistem internal perkotaan. 2 Penataan ruang berdasarkan fungsi utama kawasan terdiri atas kawasan lindung dan kawasan budidaya. 3 Penataan ruang berdasarkan wilayah administratif terdiri atas penataan ruang wilayah nasional, penataan ruang wilayah provinsi, dan penataan ruang wilayah kabupatenkota. 4 Penataan ruang berdasarkan kegiatan kawasan terdiri atas penataan ruang kawasan perkotaan dan penataan ruang kawasan perdesaan. 5 Penataan ruang berdasarkan nilai strategis kawasan terdiri atas penataan ruang kawasan strategis nasional, penataan ruang kawasan strategis provinsi, dan penataan ruang kawasan strategis kabupatenkota. Struktur tata ruang pada hakekatnya merupakan hasil dari suatu proses, menurut Sujarto dalam Asyiawati 2002 bahwa proses yang saling berkaitan dalam penataan ruang wilayah terdiri dari : 1. Proses penataan aktivitas pada satu kawasan sesuai dengan hubungan fungsional tertentu. 2. Proses pengadaan ketersediaan fisik yang menjawab kebutuhan akan ruang bagi aktivitas seperti untuk tempat bekerja, tempat tinggal, transportasi dan komunikasi yang perlu dilihat secara integratif. Menurut Asyiawati 2002, konsep perencanaan tata guna lahan mempertimbangkan aspek kebutuhan masyarakat, kemampuan teknis, tenaga kerja serta modal yang dapat menjadi kontribusi bagi masyarakat serta dapat dimplementasikan, diterima masyarakat serta dapat meningkatkan taraf hidup atau tingkat pendapatan masyarakat. Selanjutnya, peningkatan kualitas penyusunan perencanaan tata ruang mulai dari skala nasional sampai ke skala lokal kota dan desa harus berurutan secra komprehensif integral, yaitu dengan memadukan sekaligus perencanaan fisik spasial, perencanaan komunitas sosial dan perencanaan sumberdaya, seperti gambar di bawah ini. Gambar 4 Rencana Tata Ruang yang Komprehensif Integral Sumber : Budiharjo dalam Asyiawati 2002 PERENCANAAN KOMUNITAS SOSIAL  Ekonomi  Sosial Budaya PERENCANAAN SUMBERDAYA  Manusia  Alam energy mineral  Keuangan  Teknologi  Kelembagaan PERENCANAAN FISIK SPATIAL  Tata guna lahan  Transportasi komunikasi  Prasarana  Fasilitas Umum