Penataan Ruang Dalam Pengembangan Wilayah

Gambar 5 Three Dimentional Model Sugandhy dan Hakim, 2009 Operasional pembangunan berkelanjutan global semangatnya sama dengan definisi pengelolaan lingkungan hidup dari Undang Undang Nomor 23 Tahun 1997yang selaras dengan Undang Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang pengelolaan lingkungan hidup, juga mendefinisikan tiga konsep utama dalam pembangunan berkelanjutan yaitu: 1 kondisi sumberdaya alam, 2 kualitas lingkungan, dan 3 faktor demografi. Undang Undang ini memandang perlu melaksanakan pengelolaan lingkungan hidup untuk melestarikan dan mengembangkan kemampuan lingkungan hidup yang serasi, selaras, dan seimbang guna menunjang terlaksananya pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup. Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. Pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup yang meliputi kebijaksanaan penataan, pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pemulihan, pengawasan dan pengendalian lingkungan hidup. Pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup adalah upaya sadar dan terencana, yang memadukan lingkungan hidup, termasuk sumberdaya kedalam proses pembangunan untuk menjamin kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan. Konsep pelestarian yang modern adalah pemeliharaan dan pemanfaatan sumberdaya secara bijaksana. Konsep ini pada hakekatnya adalah gabungan dua prinsip pengelolaan sumberdaya alam yaitu kebutuhan untuk merencanakan pengelolaan sumberdaya yang didasarkan pada inventarisasi yang akurat dan kebutuhan untuk melakukan tindakan perlindungan untuk menjamin agar sumberdaya tidak habis. Kawasan yang dilindungi, apabila dirancang dan dikelola secara tepat, akan memberi keuntungan yang lestari bagi masyarakat. Pesatnya pembangunan dan meningkatnya jumlah penduduk disebagian besar kawasan tropika di dunia, yang disertai tingginya kecepatan pengurasan sumberdaya alam maka kebutuhan pelaksanaan konservasi dirasakan sangat mendesak.

2.3 Sumberdaya Pesisir

Kegiatan pembangunan dalam rangka pengembangan wilayah di wilayah pesisir membutuhkan dukungan sumberdaya pesisir sebagai modal pembangunan selain Social Economy Environment Tomorrow Generation Today’s Generation sumberdaya manusia SDM dan sumberdaya ilmu serta teknologi yang dikuasainya. Sumberdaya pesisir merupakan bagian dari lingkungan alam yang dapat digunakan manusia untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Kebutuhan untuk lebih memahami keterkaitan dan saling ketergantungan dinamika sumberdaya pada lingkungan dan sosial-ekonomi di pesisir yang lebih berperan dalam pengembangan dan penilaian kawasan pesisir hampir dilakukan di seluruh dunia Bowen dan Riley, 2003. Wilayah pesisir dikenal memiliki potensi sumberdaya alam yang besar, seperti yang disebutkan Rohmin et al. 2001 bahwa potensi pembangunan yang terdapat di wilayah pesisir dan lautan secara garis besar terdiri dari tiga kelompok, yaitu: 1 sumberdaya dapat pulih renewable resource , diantaranya adalah : hutan mangrove, terumbu karang, padang lamun, perikanan tangkap, perikanan budidaya, bahan-bahan bioaktif dan lain-lain 2 sumberdaya tak dapat pulih non-renewable resource, meliputi : pertambangan dan energi, dan 3 jasa-jasa lingkungan environmental services , meliputi : pariwisata bahari, perhubungan laut dan lain-lain. Selain segenap potensi diatas, ekosistem pesisir dan lautan juga memiliki peran dan fungsi yang sangat menentukan bukan saja bagi kesinambungan pembangunan ekonomi, tetapi juga bagi kelangsungan hidup manusia. Peran dan fungsi ekosistem pesisir serta lautan sebagai pengatur iklim global termasuk El-Nino, siklus hidrologi dan biogeokimia, penyerap limbah, sumber plasma nuftah dan sistem penunjang lainnya. Oleh karena itu pemanfaatan sumberdaya kelautan mestinya secara seimbang dibarengi dengan upaya konservasi sehingga dapat berlangsung secara optimal dan berkelanjutan Bakosurtanal, 2001.

2.4 Kapasitas Daya Dukung Carrying Capacity Lingkungan

Permasalahan yang berhubungan dengan pengelolaan pembangunan wilayah pesisir seperti pencemaran, kelebihan tangkap, erosi, sedimentasi, kepunahan jenis dan konflik penggunaan ruang merupakan akibat dari terlampauinya tekanan lingkungan yang ditimbulkan oleh penduduk serta segenap aktifitas pembangunan terhadap lingkungannya dimana memiliki kemampuan yang terbatas Dahuri et al., 1996. Turner dalam Bohari 2010, menyatakan bahwa daya dukung merupakan populasi organism akuatik yang dapat ditampung oleh suatu kawasanareal atau volume perairan yang ditentukan tanpa mengalami penurunan jumlah atau mutu. Kapasitas daya dukung merupakan ukuran yang didasarkan pada pemikiran bahwa lingkungan memiliki kapasitas maksimum untuk mendukung suatu pertumbuhan organisme Fauzi, 2010. Mengingat pentingnya kapasitas daya dukung tersebut, Fauzi 2010 menjelaskan bahwa salah satu aspek krusial dalam pemahaman terhadap sumberdaya alam adalah memahami juga kapan sumberdaya tersebut akan habis. Jadi, bukan hanya konsep ketersediaannya yang harus diperhatikan melainkan juga konsep pengukuran kelangkaannya. Hal ini penting karena dari sinilah kemudian muncul persoalan bagaimanan mengelola sumberdaya alam yang optimal. Secara umum, biasanya tingkat kelangkaan sumberdaya alam diukur secara fisik dengan menghitung sisa umur ekonomis. Hal ini dilakukan dengan menghitung cadangan ekonomis yang tersedia dibagi dengan tingkat ekstraksi. Pengukuran dengan cara ini tentu saja memiliki banyak kelemahan karena tidak mempertimbangkan sama sekali aspek ekonomi didalamnya. Aspek ekonomi ini antara lain menyangkut harga dan biaya ekstraksi. Jika sumberdaya menjadi langka, maka harga akan naik dan konsumsi berkurang. Dengan berkurangnya konsumsi, ekstraksi juga berkurang sehingga faktor pembagi dalam pengukuran fisik di atas menjadi kecil. Hal ini bisa menimbulkan kesimpulan yang keliru karena seolah-olah sisa ekonomis sumberdaya kemudian menjadi panjang dan sumberdaya alam tidak lagi menjadi langka. Scones dalam Bohari 2010, membagi daya dukung lingkungan menjadi 2 yaitu : 1. Daya dukung ekologis, adalah jumlah maksimum hewan-hewan pada suatu lahan yang dapat didukung tanpa mengakibatkan kematian Karena faktor kepadatan, serta terjadinya kerusakan lingkungan secara permanen. Hal ini ditentukan oleh faktor-faktor lingkungan ; 2. Daya dukung ekonomi adalah tingkat produksi skala usaha yang memberikan keuntungan maksimum dan ditentukan oleh tujuan usaha secara ekonomi. Menurut Purnomo 2012 daya dukung untuk lingkungan perairan adalah suatu yang berhubungan erat dengan produktivitas lestari perairan tersebut. Artinya daya dukung lingkungan itu sebagai nilai mutu lingkungan yang ditimbulkan oleh interaksi semua unsur atau komponen kimia, fisika, dan biologi dalam suatu kesatuan ekosistem. Salah satu faktor utama yang menentukan daya dukung perairan pesisir adalah ketersedian oksigen terlarut. Suatu perairan khususnya untuk areal budidaya ikan harus diperhatikan pengurangan oksigen terlarut yang terjadi serta diikuti oleh meningkatnya karbondioksida, penurunan pH air, meningkatnya amoniak dan nitrit dan sejumlah faktor lainnya. Oksigen dipasok dengan dua cara yaitu : 1 permukaan air atau transport melewati kolom air oelh difusi dan turbelensi serta 2 melalui hasil proses fotosintesa. Aktivitas hewan, tanaman dan bakteri didalam kolom air dan respirasi akan mengkonsumsi oksigen melalui proses respirasi. Jika proses respiraso memerlukan oksigen yang berlebih, maka ketersediaan oksigen akan mempengaruhi kehidupan ikan dan organism perairan lainnya. Konsentrasi minimum oksigen terlarut digunakan untuk menduga laju beban maksimum yang diperkenankan atau daya dukung Mclean et al dalam Bohari, 2010. Kebutuhan oksigen juga dikontrol oleh laju pasokan bahan organik. Nutrien diduga mempengaruhi oksigen melalui simulasi produktivitas primer yang akhitnya akan kembali dikonsumsi oleh bakteri dan hewan. Karena itu, ketersedian oksigen terlarut dan beban nutrient akan menentukan daya dukung dari suatu perairan. Daya dukung suatu wilayah tidak bersifat statis tetapi bervariasi sesuai dengan kondisi biogeofisik wilayah dan kebutuhan manusia akan sumberdaya alam dan jasa- jasa lingkungan good and services diwilayah tersebut. Oleh karena itu daya dukung suatu wilayah dapat ditentukan atau diperiksa secara : 1. Kondisi biogeofisik yang menyusun kemampuan wilayah pesisir dalam memproduksimenyediakan sumberdaya alam dan jasa lingkungan yang ada di wilayah pesisir Nugroho dan Dahuri, 2012. Dengan demikian, tahapan untuk menentukan atau menetapkan daya dukung wilayah pesisir untuk mewujudkan pembangunan secara berkelanjutan adalah : 1 Menetapkan batas-batas, vertikal, horizontal terhadap garis pantai, wilayah pesisir sebagai suatu unit pengelolaan. 2 Menghitung luasan wilayah pesisir yang di kelola. 3 Mengalokasikan zonasi wilayah pesisir tersebut menjadi tiga 3 zona utama yaitu : zona reservasi, zona konservasi, dan zona pemanfaatan. 4 Menyusun tata ruang pembangunan pada zona konservasi dan zona pemanfaatan. Selain tahapan yang tersebut di atas juga dilakukan penghitungan tenang potensi dan distribusi sumber daya alam dan jasa lingkungan yang tersedia misalnya stock assessment sumberdaya perikanan, potensi hutan mangrove, pengkajian ketersediaan air tawar, pengkajian tentang kapasitas asimilasi dan pengkajiaan tentang permintaan internal terhadap sumberdaya alam dan jasa lingkungan. Analisis tentang konsep daya dukung untuk pembangunan wilayah pesisir yang lestari harus memperhatikan keseimbangan kawasan. Untuk kegiatan yang bernilai ekonomi, Nugroho dan Dahuri 2012 membagi menjadi 3 kawasan yaitu : a Kawasan preservasi yaitu kawasan yang memiliki nilai ekologis tinggi seperti tempat berbagai hewan untuk melakukan kegiatan produksinya, dan sifat-sifat alami yang dimiliki seperti green belt, kegiatan yang boleh dilakukan di kawasan ini adalah untuk yang bersifat penelitian dan pendidikan, reakreasi alam yang tidak merusak, kawasan ini paling tidak meliputi 20 dari total areal. b Kawasan konservasi yaitun kawasan yang dapat dikembangkan namun tetap dikontrol, seperti perumahan, perikanan rakyat, dan kawasan ini meliputi tidak kurang dari 30 dari total areal. c Kawasan pengembangan intensif termasuk didalamnya kegiatan budidaya secara intensif. Limbah yang dibuang dari kegiatan ini tidak boleh melewati batas kapasitas asimilasi kawasan perairan. Zona ini mencakup 50 dari total kawasan.

2.5 Interaksi antar Sumberdaya Alam dengan Pertumbuhan Ekonomi

Menurut Suparmoko 2008, bahwa sumberdaya alam saling tergantung antara satu dengan lainnya, baik bersifat langsung maupun tidak langsung. Pengembangan suatu sumberdaya alam akan memberikan pengaruh pada sumberdaya alam lain.Sifat saling ketergantungan antar sumberdaya alam merupakan aspek utama yang menjadikan pengelolaan sumberdaya alam yang berkelanjutan menjadi penting dilakukan. Pengelolaan sumberdaya alam yang berkelanjutan menuntut perlakuan dan cara pandang yang berbeda untuk berbagai karakteristik sumberdaya alam. Interaksi antar sumberdaya yang dikelola sangat ditentukan oleh sikap mental dan cara pandang manusia terhadap sumberdaya alam tersebut. Pandangan yang konservatif pandangan pesimis atau Malthusian terhadap sumberdaya alam menyebabkan sikap manusia yang sangat berhati-hati didalam pemanfaatan sumberdaya alam, karena manusia dihadapkan pada ketidakpastian masa depan. Pandangan ekstrim lain adalah pandangan eksploitatif perspektif Ricardian. Dalam perspektif ini, sumberdaya alam adalah the engine of growth mesin pertumbuhan. Manusia mentransformasikan sumberdaya alam menjadi sumberdaya buatan man-made capital yang memiliki nilai yang lebih tinggi yang menyebabkan produktifitas dan kesejahteraan manusia menjadi lebih tinggilebih baik. Jika terjadi kelangkaan sumberdaya alam akibat proses eksploitasi, maka akan direspon dari sisi permintaan dan sisi penawaran di pasar. Dari sisi permintaan, akibat kenaikan nilai harga output per satuan input, konsumen akan berusaha beralih kepada sumberdaya-sumberdaya substitusinya pengganti sehingga terjadi keseimbangan baru. Dari sisi penawaran terjadi respon berupa peningkatan produksi atau penawaran yang diupayakan pihak produsen untuk memenuhi permintaan Suparmoko, 2008. Menurut Fauzi 2014, dalam perspektif filosofis ada empat tipe pemikiran atau pandangan terhadap alam. Salah satu pandangan yang cenderung reduksionis adalah tipe individualist yang memandang alam sebagai sistem yang secara otomatis mampu pulih dari kerusakan dan kembali ke keseimbangan. Pandangan yang bersifat don’t worry be happy ini cenderung diwujudkan oleh kebijakan yang eksploitatif tanpa