indeks  keberlanjutan  pengembangan  wilayah,  demikian  sebaliknya.Hasil  dari  analisis tersebut berupa nilai perubahan RMS pada setiap atribut.
Penyusunan  rekomendasi pengembangan wilayah berkelanjutan di Selat Sebuku Penyusunan rekomendasi pengembangan wilayah berkelanjutan didasarkan pada
hasil  analisis  Leverage.  Hasil  analisis  Leverage  untuk  melihat  atribut  atribut  apa  yang sensitif  memberikan  kontribusi  terhadap  pembentukan  indeks  keberlanjutan
pengembangan wilayah. Atribut-atribut yang sensitif dijadikan landasan untuk membuat kebijakan  karena  memberikan  pengaruh  terhadap  pembentukan  indeks  keberlanjutan
pengembangan  wilayah.  Sementara  itu,  atribut-atribut  yang  tidak  sensitif  tidak  perlu diperhatikan  dalam  membuat  kebijakan  karena  tidak  memiliki  pengaruh  terhadap
pembentukan indeks keberlanjutan pengembangan wilayah. Atribut-atribut yang sensitif dengan  skor  saat  ini  masih  buruk  maka  dibuat  kebijakan  untuk  memperbaiki  skornya
dan  atribut-atribut  yang  sensitif  dengan  skor  saat  ini  telah  baik  maka  dibuat  kebijakan untuk mempertahankan skornya.
4.6.4 Analisis Sistem Dinamik
Metode  pendekatan  sistem  merupakan  salah  satu  alat  strategi  penelitian  secara luas,  yang  menggunakan  beberapa  konsep  dan  teknik  matematik  secara  sistematis  dan
ilmiah  untuk  memecahkan  berbagai  permasalahan.  Metode  pemecahan  permasalahan dengan  menggunakan  pendekatan  sistem  pada  dasarnya  melakukan  penanganan
terhadap  unsur  yang  saling  terkait,  dinamis  dan  komplek,  melalui  penyederhanaan terhadap  kerumitan.  Namun  demikian,  prinsip-prinsip  tidak  mengabaikan  unsur-unsur
yang  saling  mempengaruhi,  yang  membentuk  unjuk  kerja  sistem  keseluruhan.Secara sistematis  kerangka  penelitian  dengan  menggunakan  metode  pendekatan  sistem  dapat
dilihat pada Gambar 21.
Gambar 21  Tahapan Kerangka Penelitian dengan Menggunakan Pendekatan Sistem Dinamik modifikasi Manetsch
dan Park dalam Hartrisari, 2007
Analisa Kebutuhan
Pemodelan Sistem Identifikasi Sistem
Formulasi Masalah
Verifikasi dan Validasi Rekomendasi
Metode  pemecahan  masalah  dengan  pendekatan  sistem  secara  umum  aktifitas kerja  operasionalnya  ditandai  dengan  dua  hal,  yaitu  1  Mencari  semua  faktor  penting
yang  terdapat  dalam  sistem  untuk  memperoleh  solusi  yang  baik  untuk  menyelesaikan masalah,  dan  2  Membuat  model  kuantitatif  untuk  membantu  keputusan  secara
rasional.
Dalam metode pemecahan masalah dengan pendekatan sistem terdapat tahapan yang  merupakan  kaidah,  yaitu  :  pertama,  dilakukan  analisis  kebutuhan  need
assessment dari  stakeholders,  kedua  perumusan  permasalahan,  ketiga  melakukan
analisis variabel-variabel  faktor-faktor yang yang dominan terhadap tujuan goal yang dilakukan  didalam  identifikasi  sistem.  Keempat,  menterjemahkan  faktor-faktor  yang
dominan tersebut kedalam bahasa gambar yang disebut causal loop  sebab akibat yang menyusun  struktur  model.  Kelima  membuat  diagram  alir  berdasarkan  causal  loop.
Diagram  alir  yang  akan  disimulasikan  dengan  menggunakan  program  model  sistem dinamis  program  powersim  versi  tahun  2000.  Dari  simulasi  dinamis  tersebut  akan
didapatkan perilaku dari suatu gejala atau proses yang terjadi didalam sistem, sehingga dapat  dilakukan  analisis  dan  peramalan  perilaku  atau  gejala  atau  proses  tersebut  di
masayang  akan  datang.    Metode  analisis  sistem  dinamik  Pengembangan  Wilayah Kawasan  Selat  Sebuku  Berkelanjutan  terdiri  atas  analisis  kebutuhan,  formulasi  masalah,
identifikasi  sistem,  simulasi  model  dan  validasi  model.  Oleh  karena  itu,  menurut Hartrisari  2007  urutan  penyelesaian  permasalahan  yang  komplek  dengan  pendekatan
sistem, dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
1. Analisis Kebutuhan Analisis kebutuhan merupakan tahap awal darri pengkajian suatu system.Untuk
menjabarkan  analisis  kebutuhan  dari  stakeholders  perlu  didefinisikan  dulu  tujuan dari  penelitian  ini.  Hal  ini  sangat  penting  agar  materi  pertanyaan  yang  disusun
didalam lembar-lembar kuesioner, atau pada waktu melakukan diskusi dengan pakar lebih terarah.Dengan demikian analisis kebutuhan yang diperoleh dari stakeholders
pelaku  sistem  melalui  pengisian  kuesioner,  wawancara,  diskusi,  didapat  elemen- elemen
yang berhubungan
dengan maksud
tujuan goal
secara mendalam.berdasarkan kajian pustaka dan penelitian di lapangan, stakeholders yang
terlibat dalam permasalahan pemanfaatan sumberdaya dan pelaku sistem. 2. Formulasi Masalah.
Berdasarkan hasil analisis kebutuhan terlihat kebutuhan-kebutuhan yang sejalan sinergis  maupun  yang  kontradiktif.  Menurut  Eriyatno  2003  formulasi  masalah
adalah pernyataan yangbertolak belakang antara kebutuhan pelaku sistem, dalam hal ini adalah para stakeholders, dengan kondisi di lapangan saat ini existing condition.
Dalam  kasus  eksploitasi  sumberdaya  yang  tidak  mengindahkan  kaidah-kaidah pembangunan  berkelanjutan  dan  terdapatnya  banyak  lahan  sumberdaya  yang  tidak
dapat  diperbaharui  yang  tidak  dilakukan  rehabilitasi  serta  menimbulkan  berbagai dampak  negatif  maka  formulasi  masalah  dapat  disusun  seperti  sebagaiberikut:
bagaimana  lahan  sumberdaya  yang  tidak  dapat  diperbaharui  telah  terdegradasi dapatdiupayakan  untuk  dilakukan  rehabilitasi  dengan  biaya  terjangkau,  dan  dapat
berguna  bagi  kelangsungan    lestarinya  ekologi  tetapi  jugadapat  sebagai  sarana produksi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pendapatan daerah.
3. Identifikasi Sistem Pada  tahap  ini,  pengkaji  sistem  mencoba  memahami  mekanisme  yang  terjadi
dalam  sistem.  Hal  ini  dimaksudkan  untuk  mengenali  hubungan  antara  pernyataan kebutuhan‖  dengan  ―pernyataan  masalah‖  yang  harus  diselesaikan  dalam  rangka
memenuhi  kebutuhan  tersebut.  Pada  tahapan  ini,  salah  satu  penedekatan  yang  dapat digunakan  adalah  dengan  menyusun  diagram  lingkar  sebab-akibat  causal-loop
diagram
atau  diagram  input-output  black  box  diagram.  Identifikasi  sistem merupakan mata rantai hubungan antara pernyataan dari kebutuhan dengan pernyataan
masalah yang harus dipecahkan dalam rangka memenuhi kebutuhan tersebut. Sementara  itu  untuk  Stock  Flow  Diagram  SFT  dibuat  berdasarkan  sub  model
social  kependudukan,  sub    model  ekologi  lahan  dan  Sub  model  kegiatan  ekonomi. Ketiga sub model tersebut dimaksudkan untuk memperoleh nilai antar sub model dan
untuk  mengukur  besarnya  manfaat  sosial,  ekonomi  dan  lingkungan  di  kawasan  Selat Sebuku. Stock Flow Diagram SFT merupakan struktur model matematis sebagai alat
atau  sarana  simulasi  secara  keseluruhan  dengan  input  variable  dari  setiap  sub  model. Sementara diagram lingkar sebab akibat causal loop yang dibangun dalam penelitian
ini dibagi menjadi 3 diagram lingkar sebab akibat.
4. Pemodelan Sistem Proses  pemodelan  merupakan  proses  yang  kreatif,  tidak  linier,  namun  harus
memenuhi  disiplin  ilmiah  dan  pemikiran  yang  logik  serta  bersifat  iteratif.  Menurut Tasrif 2006, langkah-langkah pemodelan dengan metode sistem dinamik :
1 Identifikasi perilaku persoalan problem behavior -  Pola Referensi
Dalam  langkah  ini  diidentifikasi  pola  historis  atau  pola  hipotesis  yang menggambarkan perilaku persoalan problem behavior.Pola historis atau pola hipotesis
ini merupakan pola referensi yang diwakili oleh pola perilaku suatu kumpulan varibel- variabel yang mencakup beberapa aspek yang berhubungan dengan perilaku persoalan.
Pola-pola  tersebut  diintegrasikan  kedalam  suatu  susunan  fabrikasi  sedemikian  rupa sehingga dapat merepresentasikan tendensi-tendensi internal yang ada didalam sistem.
Penggambaran  pola  referensi  tersebut  sebagai  tendensi  internal  sistem  adalah sangat  penting,  karena  tendensi  itu  ditimbulkan  oleh  oleh  suatu  kumpulan  struktur
umpan  balik  yang  terbentuk  didalam  sistem  dan  mempunyai  implikasi-implikasi terpenting untuk analisis kebijaksanaan.
-  Hipotesis Dinamik Setelah  pola  referensi  dapat  didefinisikan,  suatu  hipotesis  awal  tentang  interaksi-
interaksi  perilaku  yang  mendasari  pola  referensi  perlu  diajukan.  Pada  langkah  ini, hipotesis  dinamik  yang  diajukan  mungkin  belum  tepat  sekali.  Beberapa  iterasi  dari
formulasi,  perbandingan  dengan  bukti-bukti  empiris  dan  reformulasi  akan  ditempuh untuk sampai kepada suatu hipotesis yang logis dan sahih secara empiris.
-  Batas Model Dalam langkah ini batas model akan didefinisikan terlebih dahulu dengan jelas sebelum
suatu  model  dibentuk.  Batas  model  ini  memisahkan  proses-proses  yang  menyebabkan adanya tendensi internal yang diungkapkan dalam pola referensi dari proses-proses yang
merepresentasikan
pengaruh-pengaruh eksogenus.
Batas model
ini akan
menggambarkan  cakupan analisis dan akan berdasarkan kepada isu-isu  yang ditujukan oleh analisis tersebut dan akan meliputi semua interaksi sebab akibat yang berhubungan
dengan isu tersebut.
2  Membentuk suatu model komputer -  Struktur Umpan balik Model
Setelah batas model dapat didefinisikan, suatu struktur lingkar-lingkar umpan balik feedback loops yang berinteraksi akan dibentuk. Struktur umpan balik ini merupakan
blok  pembentuk  model  yang  diungkapkan  melalui  lingkar-lingkar  tertutup.  Lingkar umpan  balik  tersebut  menyatakan  hubungan  sebab  akibat  variabel-varabel  yang
melingkar,  bukan  menyatakan  hubungan  karena  adanya  korelasi-korelasi  statistik. Hubungan sebab akibat antar sepasang variabel harus dipandang bila hubungan variabel
tersebut  dengan  variabel  lainnya  didalam  sistem  dianggap  tidak  ada,  sedangkan  suatu korelasi statistik antara sepasang variabel diturunkan dari data yang ada dalam keadaan
variabel tersebut berhubungan dengan variabel lainnya didalam sistem dan kesemuanya berubah secara simultan.
Ada dua macam lingkar umpan balik yang mungkin terdapat dalam suatu model, yaitu lingkar umpan balik positif dan lingkar umpan balik negatif. Lingkar umpan balik
positif  akan  menghasilkan  pola  pertumbuhan  eksponensial  atau  peluruhan  decay, sedangkan lingkar umpan balik negatif akan menghasilkan pola-pola pencapaian tujuan
goal  seeking.  Gabungan  lingkar  yang  sejenis  ataupun  kombinasinya  akan menghasilkan bermacam pola perilaku.
-  Level dan Rate Dalam  merepresentasikan  aktivitas  dalam  suatu  lingkar  umpan  balik,  digunakan
dua jenis variabel yang disebut sebagai level dan rate. Level menyatakan kondisi sistem pada setiap saat.  Dalam  kerekayasaan engineering level system lebih dikenal sebagai
state varibel system . Level merupakan hasil akumulasi didalam sistem, sedangkan rate
menyatakan  aktivitas  sistem.Persamaan  suatu  variable  rate  merupakan  suatu  struktur kebijaksanaan  yang  menjelaskan  mengapa  dan  bagaimana  suatu  keputusan  dibuat
berdasarkan  kepada  informasi  yang  tersedia  didalam  sistem.  Rate  inilah  satu-satunya variabel dalam model yang dapat mempengaruhi level.
5. Validasidan Verifikasi Model Validasi  adalah  proses  menentukan  apakah  mdel  konseptual  merefleksikan
sistem  nyata  dengan  tepat.  Artinya  pengujian  validitas  suatu  model  dilakukan  untuk mengetahui  kebenaran  suatu  model  konsistensi  secara  logis  dan  kedekatan  model
dengan  keadaan  nyata.  Sedangkan  verifikasi  adalah  proses  menentukan  apakah  model simulasi merefleksikan model konseptual dengan tepat.
Setelah model eksplisit suatu persoalan telah dapat diformulasikan, pada langkah ini suatu kumpulan pengujian dilakukan terhadap model untuk menegakkan keyakinan
terhadap  kesahihan  model  dan  sekaligus  pula  mendapatkan  pemahaman  terhadap tendensi-tendensi
internal sistem.Hal
ini diperlukan
dalam upaya
untuk membandingkannya dengan pola referensi dan secara terus menerus memodifikasi dan
memperbaiki  struktur  model.  Sensitivitas  model  terhadap  perubahan  nilai  parameter- parameter perlu dilakukan pala dalam langkah ini.
Bila  suatu  korespondensi  antara  model  mental  sistem,  model  eksplisitnya  dan pengetahuan empirik tentang sistem telah diperoleh, model  yang dibuat dapat diterima
sebagai  suatu  representasi  persoalan  yang  sahih  dan  dapat  digunakan  untuk  analisis kebijaksanaan.
Menurut  Sushil  dalam  Asyiawati  2002,  bahwa  pengujian  terhadap  model system dinamik secara umum dapat dibagi menjadi tiga kategori utama sebagai berikut :
1 Validasi struktur, yaitu pengujian relasi antar variable yang ada didalam model, dan disesuaikan dengan keadaan pada system sebenarnya.
2 Validasi  perilaku,  yaitu  pengujian  terhadap  kecukupan  struktur  model  dengan melakukan penilaian terhadap perilaku yang dihasilkan model.
3 Validasi  implikasi  kebijakan,  yaitu  pengujian  terhadap  perilaku  model  terhadap berbagai rekomendasi kebijakan.
6. Rekomendasi Model Model  yang  telah  disusun  berdasarkan  pemahaman  proses  diharapkan  dapat
digunakan  oleh  pengguna  untuk  memahami  mekanisme  yang  terjadi  dalam  sistem. Pengguna dapat mengubah nilai-nilai input model untuk menghasilkan perubahan hasil
simulasi  yang  berupa  output  model.  Hasil  simulasi  dari  beberapa  nilai-nilai  input tersebut dinyatakan sebagai respon terhadap berbagai skenario yang berupa input-input
tersebut. Berdasarkan hasil berbagai output model tersebut maka dapat dipilih skenario mana yang terbaik sebagai dasar pengambilan keputusan.
5 KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN
5.1 Letak Geografis
Selat Sebuku terletak diantara Pulau Sebuku dengan Pulau Laut Kotabaru, batas sebelah  utara  dengan  Selat  Laut  dan  selatan  adalah  Selat  Makasar  serta  batas  barat
dengan  Pulau  Laut  Kotabaru  dan  timur  dengan  Pulau  Sebuku.  Luas  wilayah  selat seb
uku adalah βββ km² dengan letak geografis βºβ0’-4ºβ0’ LS dan 115º15’-116ºγ0’ BT Bappeda, 2013. Curah hujan di Selat Sebuku cukup tinggi dengan rataan curah hujan
per tahun sebesar 2,747 mm P4W LPPM IPB dan PT. BCS, 2013.
5.2 Komponen Lingkungan dan Ekosistem Perairan 5.2.1 Suhu dan Salinitas
Kisaran  suhu  berkisar  antara  28,5 C
–  31C,  dimana  secara  umum  sebaran horizontal  suhu  di  permukaan  memiliki  nilai  yang  kontras  di  pesisir  timur  laut  Pulau
Laut  Gambar  :  a  .  Hal  ini  bukanlah  fenomena  iklim  yang  kontras,  tetapi  lebih diakibatkan oleh faktor lokal ataupun perbedaan waktu pengukuran akibat jarak tempuh
kapal yang digunakan maupun gangguan saat pengukuran. Secara umum, sebaran suhu permukaan  di  perairan  tropis  berkisar  antara  28  -  29
C,  sehingga  dapat  dipastikan bahwa  kemungkinan  nilai  kontras  ini  akibat  gangguan  lokal  yang  mungkin
terjadi.Sebaran  vertikal  suhu,  sebaran  vertikal  ini  memperlihatkan  percampuran sempurna  dari  permukaan  sampai  dasar  perairan.Kondisi  ini  umum  terjadi  diperairan
dangkal, akibat kuatnya percampuran vertikal yang diakibatkan oleh arus pasut.
Kisaran  salinitas  umumnya  berkisar  antara  12 –  30  psu  Gambar  :  b,  dimana
secara umum bahwa pengaruh Sungai Bekambit dan Sungai Sejaka pesisir timur Pulau Laut dan Sungai Sarakaman pesisir barat Pulau Sebuku sangat besar dalam suplai air
tawar  di  sekita  muara  ketiga  sungai  tersebut.  Suplai  air  tawar  ini  mampu  menurunkan salinitas  sampai  sekitar  12-18  psu.Pengaruh  Selat  Makassar  terlihat  dengan  adanya
masukan  salinitas  30  psu  di  sebelah  utara  dan  selatan  Selat  Sebuku.Sebaran  vertikal salinitas  umumnya  kemiripan  dengan  sebaran  vertikal  suhu  yang  tercampur  sempurna
dari  permukaan  sampai  dasar.Namun,  khusus  lokasi  di  tengah  Selat  Sebuku  yang dipengaruhi  oleh  ketiga  sungai  besar  tersebut,  memperlihatkan  adanya  stratifikasi
salinitas akibat masukan air tawar.
a                                                                          b
Sumber : P4W LPPM IPB dan PT. BCS, 2013
Gambar 22  a Distribusi horizontal permukaan suhu di perairan Selat Sebuku b Distribusi horizontal salinitas di perairan Selat Sebuku
5.2.2 Pasut
Pasut  adalah  fenomena  naik  turunnya  muka  laut  yang  disertai  oleh  gerakan horizontal  dari  massa  air  secara  periodik.    Gerakan  horizontal  ini  disebut  arus
pasut.Kondisi  perairan  setempat,  seperti  perubahan  kedalaman,  perubahan  morfologi pantai  dapat  merubah  tipe  pasut.Tipe  pasut  suatu  perairan  ditentukan  oleh  frekuensi
terjadinya  air  pasang  dan  surut  setiap  hari.    Secara  keseluruhan,  tipe  pasut  di  sekitar lokasi  studi  tergolong  tipe  pasang  surut  campuran  dominan  semi-diurnal  terdapat  dua
kali  pasang  dan  dua  kali  surut  dalam  kurun  satu  hariP4W  dan  PT.  BCS,  2013. Sementara untuk data elevasi muka laut cm dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Sumber : P4W LPPM IPB dan PT. BCS, 2013
Gambar 23  Cuplikan elevasi muka laut pasut selama 1 bulan Januari 2010 untuk lokasi perairan Tanjung Kepala Jetty.
5.2.3 Pola Arus
Parameter  hidro-oseanografi yang  memiliki  peranan  penting
dalam mempengaruhi  ekosistem  di  perairan  Selat  Sebuku  adalah  pola  arus.  Selat  Sebuku
memiliki  kecepatan  arus  yang  menunjukkan  bahwa  variasi  kecepatan  arus  pasut hodograph  sekitar  1
– 30 cmdetik. Pola arus pasut saat pasang dan surut dominan mengarah  ke  dalam  teluk  300
 dan ke luar teluk 135. Namun demikian, arus sisa arus  rata-rata  umumnya  mengarah  ke  dalam  teluk  dengan  kecepatan  3.6  cmdetik
P4W LPPM IPB dan PT. BCS, 2013. Kondisi  pola  arus  di  Selat  Sebuku  pada  musim  barat  diperlihatkan  untuk  dua
kondisi  pasut,  yaitu  saat  pasang  dan  surut  Gambar  pola  arus  musim  barat.  Dengan kondisi  selat  yang  sempit,  terlihat  bahwa  dominannya  adalah  arus  pasut  dimana
pengaruh angin barat tidak terlihat. Saat menuju pasang, terlihat bahwa umumnya arus memasuki Selat Sebuku dari arah utara, namun karena pola arus di sebelah timur Selat
Makasar  yang merupakan sistem utamanya bergerak dari arah selatan, maka sebagian arus  ini  masuk  juga  ke  Selat  Sebuku  dari  selatan.  Dengan  demikian  terdapat  zona
konvergensi pertemuan arus di sekitar wilayah tengah Selat Sebuku. Hal yang kontras terjadi  untuk  kondisi  surut,  dimana  pola  arus  membentuk  zona  divergensi  perpisahan
arus di tengah Selat Sebuku.
Kondisi pola arus di Selat Sebuku pada musim timur memperlihatkan hal yang mirip  dengan  musim  barat,  dimana  pengaruh  pasut  lebih  dominan  Gambar  pola  arus
musim  timur.  Zona  konvergensi  pertemuan  arus  dan  divergensi  perpisahan  arus tetap  terjadi  di  sekitar  wilayah  tengah  Selat  Sebuku,  untuk  masing-masing  kondisi
pasang  dan  surut.  Terbentuknya  zona  konvergensi  dan  divergensi  ini  mengindikasikan juga bahwa kedangkalan perairan dan juga celah yang menyempit di zona tersebut telah