merupakan  wilayah  yang  berdekatan  dengan  ibu  kota  Kabupaten  Kotabaru  sekitar 14  km  yang  merupakan  daerah  potensial  untuk  berwisata.  Saat  ini  sumberdaya  baik
perikanan maupun pariwisata bahari  belumlah optimal. Sementara  non-renewable  resource  seperti  tambang  batubara  dengan  potensi
445,1 juta ton serta luasan  3,25 1 ha  yang rencananya  akan diekploitasi oleh investor tahun 2015 dengan menggunakan teknologi sea dike bendungan.
Mengingat  potensi  Selat  Sebuku  yang  cukup  besar  dan  memilki  sumberdaya kelautan yang cukup lengkap, meliputi renewable resource perikanan, non renewable
resource
tambang  batubara  dan  environmental  services  wisata  bahari,  maka  untuk memanfaatkan secara optimal, efesien, berkeadilan dan berkelanjutan diperlukan suatu
penilaian  sumberdaya  di  kawasan  Selat  Sebuku  secara  komprehensif  melalui  valuasi ekonomi sumberdaya.
6.2 Valuasi Ekonomi Selat Sebuku
6.2.1 Nilai Ekonomi Ekosistem Hutan Mangrove
1. Nilai kegunaaan A. Nilai Kegunaan Langsung
A.1.Manfaat Kayu Komersil Penilaian  terhadap  manfaat  hutan  mangrove  sebagai  daerah  penghasil  kayu
komersil  dilakukan  dengan  menggunakan  teknik  perhitungan  manual  sederhana. Berdasarkan  data  potensi  kayu  komersil  hutan  mangrove  Selat  Sebuku  sebesar
297.758  m³.  Dengan  harga  pasar  kayu  m³  Rp.600.000  maka  nilai  manfaat  kayu dikurangi  biaya  pemanfaatan  tebang  dan  angkut  sebesar  Rp.96.771.460.500.  Nilai
manfaat  kayu  mangrove  per  tahun  diperoleh  dengan  membagi  Rp.96.771.460.500 dengan  siklus  tebang  25  tahun  maka  diperoleh  Rp.3.870.858.420  per  tahun,  kemudian
dibagi  luasan  hutan  mangrove  6.015  ha  sehingga  nilai  manfaat  kawasan  sebagai penghasil kayu komersil adalah Rp.643.500 per ha.
A.2.Manfaat Kayu Bakar Penilaian  terhadap  manfaat  hutan  mangrove  sebagai  daerah  penghasil  kayu
bakar  dilakukan  dengan  menggunakan  teknik  perhitungan  manual  sederhana. Berdasarkan data jumlah pengumpul kayu bakar di hutan mangrove sebanyak 17 orang
dengan  rata-rata  memperoleh  190  ikat  per  tahun  dengan  harga  rata-rata  Rp.3.000  per ikat, dengan luas kawasan hutan mangrove mencapai 6.015 hektar, maka nilai ekonomi
kawasannya dapat dihitung sebesar Rp.1.582 per hektar.
A.3.Manfaat Daun Nipah Penilaian  terhadap  manfaat  hutan  mangrove  sebagai  daerah  penghasil  daun
nipah  dilakukan  dengan  menggunakan  teknik  perhitungan  manual  sederhana. Berdasarkan  data  pemanfaatan  daun  nipah  mencapai  24.000  per  lembar  dengan  harga
per  lembar  sebesar  Rp.500.  Pembuatan  atap  rumah  dari  daun  nipah  rata-rata memerlukan  biaya  Rp.3.000.000  per  tahun  diperoleh  manfaat  bersih  hutan  mangrove
sebagai  penghasi  daun  nipah  sebesar  Rp.9.000.000,  dengan  luas  kawasan  hutan mangrove  mencapai  6.015  hektar,  maka  nilai  ekonomi  kawasannya  sebagai  penghasil
daun nipah  sebesar Rp.1.469 per hektar.
A.4. Manfaat Penelitian Penilaian terhadap manfaat hutan mangrove sebagai daerah penelitian dilakukan
dengan  menggunakan  teknik  perhitungan  manual  sederhana.  Berdasarkan  data  jumlah mahasiswa  Unlam  dan  Uvaya  pada  tahun  2013  tercatat  sebanyak  15.500  orang,  dan
dengan  asumsi  2  persen  mahasiswa  mengambil  fokus  penelitian  terkait  dengan keberadaan  ekosistem  hutan  mangrove.  Bilamana  setiap  orang  rata
‐rata  melakukan penelitian selama 10 hari dengan biaya hidup rata
‐rata per hari sebesar Rp.120.000 dan paket biaya penelitian rata
‐rata sebesar 7,5 juta, maka dapat dihitung manfaat ekosistem hutan  mangrove  berdasarkan  fungsinya
sebagai  objek  penelitian  sebesar Rp.2.697.000.000    per  tahun,  dengan  luas  kawasan  hutan  mangrove  mencapai  6.015
hektar,  maka  nilai  ekonomi  kawasan  penelitian  dapat  dihitung  sebesar  Rp.448.355  per hektar.
A.5. Manfaat Kepiting
Penilaian  ekosistem  hutan  mangrove  berdasarkan  fungsinya  sebagai  penyedia kepiting  didekati  dengan  menggunakan  teknik  EOP,  yaitu  dengan  menilai  besaran
produktivitas  ekosistem  hutan  mangrove  akan  sumberdaya  kepiting.  Perhitungan dilakukan  dengan  cara  wawancara  terhadap  30  orang  pengumpul  yang  menangkap
kepiting  yang  rata ‐rata berumur 35 tahun dengan tingkat pendidikan hingga tamat SD
6  dan  besaran  keluarga  4  orang  dan  pengalaman  selama  12  tahun  serta  rata ‐rata
pendapatannya sebesar Rp.17.967 juta rupiah per tahun dengan hasil tangkapan rata ‐rata
per  tahun  sebanyak  1.029  kilogram.  Hasil  regresi  linear  berganda  menunjukkan beberapa parameter, sehingga membentuk fungsi dan kurva permintaan Lampiran 10.
Selanjutnya  nilai  ekonomi ‐ekologi  lingkungan  ekosistem  hutan  mangrove
berdasarkan  fungsinya  sebagai  penyedia  sumberdaya  kepiting  dapat  dihitung  dengan cara  mencari  besaran  surplus  konsumen  Lampiran  11  sebesar  Rp.29.995.031  yang
kemudian dikalikan dengan jumlah atau banyaknya pengumpul kepiting di lingkungan hutan  mangrove  tersebut,yaitu  sebanyak  118  orang  yang  dihitung  dari  banyaknya
penangkap  kepiting  di  wilayah  hutan  mangrove  di  Selat  Sebuku  kemudian  dibagi dengan  luas  ekosistem  hutan  mangrove  6.015  hektar,  sehingga  dapat  diperoleh
nilaimanfaat ekonomi hutan mangrove berdasarkan fungsinya sebagai penyedia kepiting yang  juga  merupakan  nilai  kerugian  ekonomi
‐ekologi hutan mangrove adalah sebesar Rp. 588.400 per hektar.
A.6. Manfaat Udang
Penilaian  ekosistem  mangrove  sebagai  penghasil  udang  didekati  dengan  teknik EOP,  yaitu  dengan  menilai  besaran  produktivitas  udang  yang  dihasilkan.  Udang  yang
ditangkap  terdiri  dari  udang  putih,  udang  windu,  udang  dogol  dan  udang  tiger. Perhitungan dilakukan dengan cara wawancara terhadap 30 orang nelayan yang rata
‐rata berumur  39  tahun  dengan  tingkat  pendidikan  hingga  kelas  6  SLTP  6  dan  besaran
keluarga 4 orang dan pengalaman selama 18 tahun serta rata ‐rata pendapatannya sebesar
Rp. 8.977.753 juta rupiah per tahun dengan rata ‐rata hasil tangkapan sebesar 407 kg per
tahun.  Hasil  regresi  linear  berganda  menunjukkan  beberapa  parameter,  sehingga membentuk fungsi dan kurva permintaan Lampiran 12.
Selanjutnya  nilai  ekonomi ‐ekologi  udang  di  mangrove  Selat  Sebuku  dapat
dihitung  dengan  cara  mencari  besaran  surplus  konsumen  Lampiran  13  sebesar Rp.623.056.370  yang  kemudian  dikalikan  dengan  jumlah  atau  banyaknya  nelayan
udang  di  Selat  Sebuku  tersebut,  yaitu  sebanyak  116  orang  dan  dibagi  dengan  luas
mangrove  Selat  Sebuku  seluas  6.015  hektar,  sehingga  dapat  diperoleh  nilai  manfaat ekonomi  mangrove  Sebuku  sebagai  penyedia  udang  adalah  sebesar  Rp.12.015.078
perhektar.
A.7. Manfaat Ikan
Penilaian manfaat ikan dengan menggunakanteknik EOP,  yaitu dengan menilai besaran produktivitas ikan di hutan mangrove yang dihasilkan. Adapun jenis-jenis ikan
yang  tertangkap  terdiri  dari:  bawal  hitam,  bwal  putih,  belanak,  bandeng,  golok-golok, gulamah,  julung-julung,  kakap  putih,  kuro  menangin  dan  selar  selangat.  Perhitungan
dilakukan dengan cara wawancara terhadap 50 orang nelayan yang rata ‐rata berumur 37
tahun dengan tingkat pendidikan hingga kelas 6  SLTP dan besaran keluarga 4 orang danpengalaman selama  19 tahun serta rata
‐rata pendapatannya sebesar Rp. 15.380.636 juta  rupiah  per  tahun  dengan  rata
‐rata hasil tangkapan sebesar 1137kg per tahun.Hasil regresi  linear  berganda  menunjukkan  pada  beberapa  parameter  sehingga  membentuk
fungsi dan kurva permintaan Lampiran 16. Selanjutnya  nilai  ekonomi
‐ekologi  ikan  hutan  mangrove  Selat  Sebuku  dapat dihitung  dengan  cara  mencari  besaran  surplus  konsumen  Lampiran  17  sebesar
Rp.  5.348.249  yang  kemudian  dikalikan  dengan  jumlah  atau  banyaknya  nelayan  di perairan  Selat  Lombok  tersebut,  yaitu  sebanyak  1.411  orang  dan  dibagi  dengan  luas
mangrove  Selat  Sebuku  seluas  6.015  hektar,  sehingga  dapat  diperoleh  nilai  manfaat ekonomi  perairan  Selat  Sebuku  sebagai  penyedia  ikan  hutan  mangrove  adalah  sebesar
Rp. 1.254.527per hektar.
B. Nilai Kegunaan Tidak Langsung Penilaian  fungsi  fisik  ekosistem  hutan  mangrove  dilakukan  dengan
menggunakan  pendekatan  Benefit  Transfer  dengan  teknik  Point  Transfer.  Komponen yang dinilai adalah fungsi ekologi hutan mangrove sebagai persediaan karbon carbon
stock . Nilai transfer stok karbon didekati dengan hasil penelitian  yang dilakukan oleh
Brown  and  Pearce  dalam  KLH  2011  yang  menyebutkan  bahwa  untuk  satu  satuan hektar  persegi  hutan  mangrove  berpotensi  menjadi  penyedia  karbon  sebanyak  36
‐220 ton.  Dengan  menggunakan  pendekatan  potensi  maksimum,  maka  fungsi  ekosistem
mangrove  sebagai  penyedia  karbon  adalah  sebesar  220  ton  per  hektar.  Nilai  ekonomi diperoleh dengan mengalikan potensi stok karbon tersebut terhadap harga karbon yang
diberikan Frankhauser dalam KLH 2011 sebesar US 20 per ton atau Rp.242.920 per ton. Sehingga diperoleh nilai fungsi ekosistem hutan mangrove sebagai penyedia karbon
sebesar Rp.53.442.400 per hektar.
Penilaian  fungsi  ekosistem  hutan  mangrove  sebagai  penahan  intruisi  dilakukan dengan menggunakan pendekatan Benefit Transfer dengan teknik Point Transfer. Nilai
transfer  penahan  intruisi  didekati  dengan  hasil  penelitian  yang  dilakukan  oleh  DKP Kalsel 2013 yangmenyebutkan bahwa nilai fungsi ekosistem hutan mangrove sebagai
penahan intruisi sebesar Rp.1.234.194 perhektar.
Penilaian  fungsi  ekosistem  hutan  mangrove  sebagai  perlindungan  pantai  dari abrasi dan banjir dilakukan dengan menggunakan pendekatan  Benefit Transfer dengan
teknik  Point  Transfer.  Nilai  transfer  perlindungan  dari  abrasi  dan  banjir  didekati denganhasil  penelitian  yang  dilakukan  oleh  DKP  Kalsel  2013  yang  menyebutkan
bahwa  nilai  fungsi  ekosistem  hutan  mangrove  sebagai  perlindungan  dari  abrasi  dan banjir sebesar Rp.3.460.112 perhektar.
Penilaian fungsi ekosistem hutan mangrove sebagai daya dukung produksi ikan dilakukan  dengan  menggunakan  pendekatan  Benefit  Transfer  dengan  teknik  Point
Transfer . Nilai transfer daya dukung produksi ikan didekati denganhasil penelitian yang
dilakukan  oleh  DKP  Kalsel  2013  yangmenyebutkan  bahwa  nilai  fungsi  ekosistem hutan  mangrove  sebagai  perlindungan  dari  abrasi  dan  banjir  sebesar  Rp.2.644.472  per
hektar.
C. Nilai Pilihan Penilaian  fungsi  fisik  ekosistem  hutan  mangrove  dilakukan  dengan
menggunakan  pendekatan  Benefit  Transfer  dengan  teknik  Point  Transfer.  Komponen yang  dinilai  adalah  fungsi  ekologi  hutan  mangrove  sebagai  manfaat  pilihan
keanekaragaman  hayati.  Nilai  transfer  keanekaragaman  hayati  didekati  dengan  hasil penelitian  Ruitenbeek  dalam  KLH  2011  yang  menyebutkan  bahwa  manfaat  pilihan
hutan  mangrove  sebagai  keaneragaman  hayati  adalah  sebesar  US  15  per  hektar  atau sebesar Rp.182.190 per hektar Rp.12.1461 USD. Dengan melihat pertumbuhan inflasi
per  tahun  sebesar  7.5  persen,  maka  dapat  dihitung  bahwa  nilai  manfaat  pilihan  hutan mangrove sebagai penyedia keanekaragaman hayati adalah sebesar Rp.1.095.931.151.
2. Nilai Bukan Kegunaan
Nilai  bukan  kegunaan  dari  hutan  mangrove  yang  dihitung  adalah  berdasarkan fungsi keberadaan ekosistem tersebut existence value di mata masyarakat setempat.
Metode  penilaian  keberadaan  kawasan  ini  dilakukan  dengan  menggunakan teknik  Benefit  Transfer  berdasarkan  nilai  ekosistem  hutan  mangrove  yang  dihitung  di
Kecamatan Karimunjawa pada tahun 2010, yaitu sebesar Rp.2.005.197 per hektar BPN dalam
KLH, 2011. Penilaian  fungsi  ekosistem  hutan  mangrove  sebagai  nilai  manfaat  warisan
dihitung  berdasarkan  fungsi  manfaat  warisan  di  mata  masyarakat  setempat.  Metode penilaian  menggunakan  pendekatan  Benefit  Transfer  dengan  teknik  Point  Transfer.
Nilai  transfer  warisan  didekati  denganhasil  penelitian  yang  dilakukan  oleh  Ariyanto 2007    menyebutkan  bahwa  nilai  fungsi  ekosistem  hutan  mangrove  untuk  pewarisan
sebesar Rp. 12.000.000 per hektar.
Nilai Total Manfaat Hutan Mangrove Nilai  Manfaat  Ekonomi  Total,  merupakan  penjumlahan  dari  seluruh  manfaat
yang telah diidentifikasi dari ekosistem hutan mangrove yang diteliti. Nilai  ekonomi  total  total  economic  value  hutan  mangrove  di  kawasan  Selat  Sebuku
lebih besar  dari nilai total hutan  mangrove Delta Mahakam pada tahun  2012 sebesar Rp. 503.071.398.869 Wahyuni, 2014 dan juga dari nilai ekonomi hutan mangrove di
Taman  Nasional  Kepulauan  Seribu,  Jakarta  yaitu  sebesar  Rp  520.216.354  Lukmana, 2012. Nilai total manfaat hutan mangrove dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 34  Nilai Total Manfaat Hutan Mangrove
NO URAIAN
Luas Wilayah 1 ha Rpth
6.015 HaRpTh
1 Penggunaan langsung
direct use value:
Manfaat Kayu Komersial 643.500
3.870.858.420 Manfaat Kayu Bakar
1.582 9 .516.236
Manfaat Daun Nipah 1.469
8 .836.505 Manfaat Penelitian
448.355 2.696.998.799
Penangkapan kepiting 588.400
3.539.414.288 Manfaat Udang
12.015.078 72.274.538.995
Manfaat Ikan 1.254.527
7.546.381.354
2 Penggunaan tidak langsung
indirect use value:
Manfaat Persediaan Stok Karbon 53.442.400
321.473.137.568 Penahan intruisi
1.234.194 7.424.071.852
Perlindungan pantai dari abrasi dan banjir 3.460.112
20.813.680.916 Daya Dukung Produksi Tangkapan Ikan
2.644.472 15.907.345.311
3 Manfaat nilai pilihan
option value:
Manfaat Nilai Biodeversitas Keanekaragaman hayati 182.190
1.095.931.151
4 Manfaat nilai pewarisan
baquest value
12.000.000 72.183.840.000
5 Manfaat nilai keberadaan
existence value 2.005.197
12.061.901.618
Jumlah 89.921.477
540.906.453.012
Sumber : Data diolah, 2014
6.2.2 Nilai Ekonomi Ekosistem Terumbu Karang
1. Nilai Kegunaan A. Nilai Kegunaan Langsung
A.1 Manfaat Sebagai Daerah Penelitian Penilaian  terhadap  manfaat  terumbu  karang  sebagai  daerah  penelitiandilakukan
dengan  menggunakan  teknik  perhitungan  manual  sederhana.Berdasarkan  data  jumlah mahasiswa  Unlam  dan  Uvaya  pada  tahun  2013  tercatat  sebanyak  15.500  orang,  dan
dengan  asumsi  1  persen  mahasiswa  mengambil  fokus  penelitian  terkait  dengan keberadaan  ekosistem  terumbu  karang.  Bilamana  setiap  orang  rata
‐rata  melakukan penelitian selama 10 hari dengan biaya hidup rata
‐rata per hari sebesar Rp.120.000 dan paketbiaya  penelitian  rata
‐rata sebesar 9 juta, maka dapat dihitung manfaat ekosistem terumbu
karang berdasarkan
fungsinya sebagai
objek penelitian
sebesar Rp.1.581.000.000  per  tahun,  dengan  luas  kawasan  terumbu  karang  mencapai  118,543
hektar,  maka  nilai  ekonomi  kawasannya  dapat  dihitung  sebesar  Rp.13.336.933  per hektar.
A.2. Manfaat Udang
Penilaian  kawasan  perairan  Selat  Sebuku  Sebagai  penghasil  udang  didekati dengan teknik EOP, yaitu dengan menilai besaran produktivitas udang yang dihasilkan.
Udang  yang  tertangkap  terdiri  dari  udang  lobster  dan  udang  flower.  Perhitungan dilakukan dengan cara wawancara terhadap 30 orang nelayan yang rata
‐rata berumur 39 tahun dengan tingkat pendidikan hingga kelas 6 SLTP 6 dan besaran keluarga 4 orang
dan  pengalaman  selama  18  tahun  serta  rata ‐rata pendapatannya sebesar Rp. 2.059.765
juta rupiah per tahun dengan rata ‐rata hasil tangkapan sebesar 21 kg per tahun.
Hasil  regresi  linear  berganda  menunjukkan  beberapa  parameter,  sehingga membentuk  fungsi  dan  kurva  permintaan  Lampiran  14.  Selanjutnya  nilai
ekonomi ‐ekologi udang dapat dihitung dengan cara mencari besaran surplus konsumen
Lampiran  15  sebesar  Rp.  30805169  yang  kemudian  dikalikan  dengan  jumlah  atau banyaknya  nelayan  di  perairan  Selat  Sebuku  tersebut,  yaitu  sebanyak  116  orang  dan
dibagi  dengan  luas  terumbu  karang  Selat  Sebuku  seluas  118  hektar,  sehingga  dapat diperoleh  nilai  manfaat  ekonomi  perairan  Sebuku  sebagai  penyedia  udang  adalah
sebesar Rp. 30.144.333 per hektar.
A.3. Manfaat Ikan Karang
Penilaian  kawasan  perairan  Selat  Sebuku  didekati  dengan  menggunakan  teknik EOP,  yaitu  dengan  menilai  besaran  produktivitas  ikan  di  terumbu  karang  yang
dihasilkan.  Jenis  ikan  yang  tertangkap  terdiri  dari  :  biji  nangka,  daun  bamboo,  ekor kuning,  kakap  merah,  kerapu,  kurisi  dan  kuwe.  Perhitungan  dilakukan  dengan  cara
wawancara terhadap 50 orang nelayan yang rata ‐rata berumur 37 tahun dengan tingkat
pendidikan  hingga  kelas  6  SLTP  dan  besaran  keluarga  4  orang  dan  pengalaman selama  19  tahun  serta  rata
‐rata  pendapatannya  sebesar  Rp.15.380.636  juta  rupiah  per tahun dengan rata
‐rata hasil tangkapan sebesar 687 kg per tahun. Hasil  regresi  linear  berganda  menunjukkan  pada  beberapa  parameter  sehingga
membentuk fungsi dan kurva permintaan Lampiran 18. Selanjutnya  nilai  ekonomi
‐ekologi  ikan  terumbu  karang  Selat  Sebuku  dapat dihitung  dengan  cara  mencari  besaran  surplus  konsumen  Lampiran  19  sebesar
Rp.3.231.401  yang  kemudian  dikalikan  dengan  jumlah  atau  banyaknya  nelayan  di perairan  Selat  Sebuku  tersebut,  yaitu  sebanyak  1.411  orang  dan  dibagi  dengan  luas
terumbu karang Selat Sebuku seluas 118 hektar, sehingga dapat diperoleh nilai manfaat ekonomi perairan Selat Sebuku sebagai penyedia ikan  terumbu karang  adalah sebesar
Rp.38.462.903 per hektar.
B. Nilai Kegunaan Tidak Langsung Penilaian  fungsi  fisik  ekosistem  terumbu  karang  dilakukan  dengan
menggunakan  pendekatan  Benefit  Transfer  dengan  teknik  Point  Transfer.  Komponen yang  dinilai  adalah  fungsi  ekologi  ekosistem  terumbu  karang  sebagai  tempathabitat
perkembangbiakan ikan karang spawning ground. Nilai transfer didekati dengan hasil penelitian  yang  dilakukan  oleh  Snedaker  and  Getter  1985  dalam  KLH  2011  yang
menyebutkan  bahwa  untuk  satu  satuan  kilometer  persegi  terumbu  karang  berpotensi menjadi  daerah  pemijahan  masing-masing  sebanyak  5  ton  atau  sebanyak  50  kilogram
per  hektar.  Nilai  ekonomi  diperoleh  dengan  mengalikan  potensi  daerah  pemijahan tersebut  terhadap  harga  rata
‐rata  ikan  karang  berdasarkan  hasil  survei  2013  sebesar Rp.22.000  per  kg.  Sehingga  diperoleh  nilai  fungsi  ekosistem  terumbu  karang  sebagai
daerah pemijahan sebesar Rp. 1.100.000 per hektar. Penilaian  fungsi  ekosistem  terumbu  karang  sebagai  perlindungan  pantai  dari
abrasi  dilakukan  dengan  menggunakan  pendekatan  Benefit  Transfer  dengan  teknik Point Transfer
. Nilai transfer perlindungan dari abrasi didekati dengan hasil penelitian
yang  dilakukan  oleh  DKP  Kalsel  2013  yang  menyebutkan  bahwa  nilai  fungsi ekosistem  terumbu  karang  di  selat  Sebuku  sebagai  perlindungan  dari  abrasi  sebesar
Rp.313.845.840 per hektar
C. Nilai Pilihan Penilaian  fungsi  fisik  ekosistem  terumbu  karang  dilakukan  dengan
menggunakan  pendekatan  Benefit  Transfer  dengan  teknik  Point  Transfer.Komponen yang  dinilai  adalah  fungsi  ekologi  terumbu  karang  sebagai  manfaat  pilihan
keanekaragaman  hayati.  Nilai  transfer  keanekaragaman  hayati  didekati  dengan  hasil penelitian  DKP  2013  yang  menyebutkan  bahwa  manfaat  pilihan  terumbu  karang
sebagai keaneragaman hayati adalah sebesar Rp. 135.000 per hektar. Dengan demikian maka  dapat  dihitung  bahwa  nilai  manfaat  pilihan  terumbu  karang  sebagai  penyedia
keanekaragaman hayati adalah sebesar Rp.16.003.305tahun.
Penilaian  terhadap  manfaat  ekosistem  terumbu  karang  sebagai  daerahwisata dilakukan dengan menggunakan teknik benefit transfer.  Berdasarkan hasil perhitungan
nilai  ekonomi  wisata  di  Kotabaru,  DKP  Kalsel  2013,  daya  dukung  wisata  untuk terumbu  karang  sebesar  Rp.2.032.163.682  dan  dengan  total  luas  ekosistem  terumbu
karang  sebesar  118,543    hektar,  maka  nilai  ekonomi  wisata  terumbu  karang perhektarnya mencapai Rp.17.142.840.
2. Nilai Bukan Kegunaan non use value, UV
Nilai  bukan  kegunaan  dari  hutan  terumbu  karang  yang  dihitung adalahberdasarkan  fungsi  keberadaan  ekosistem  tersebut  existence  value,  EV  dimata
masyarakat setempat. Nilai bukan kegunaan dari terumbu karang  yang dihitung adalah berdasarkan  fungsi  keberadaan  ekosistem  tersebut  existence  value,  EV  di  mata
masyarakat setempat.
Metode  penilaian  keberadaan  kawasan  inidilakukan  dengan  menggunakan teknik  Benefit  Transfer  berdasarkan  nilai  ekosistem  terumbu  karang  yang  dihitung  di
Kecamatan  Karimunjawa  padatahun  2010,  yaitu  sebesar  Rp.74.965  per  hektar  BPN, 2010.  Penilaian  fungsi  ekosistem  terumbu  karang  sebagai  nilai  manfaat  warisan
dilakukan  dengan  menggunakan  pendekatan  Benefit  Transfer  dengan  teknik  Point Transfer
.  Nilai  transfer  warisan  didekati  dengan  hasil  penelitian  yang  dilakukan  oleh Suryani  2013    menyebutkan  bahwa  nilai  fungsi  ekosistem  hutan  mangrove  untuk
pewarisan  sebesar  Rp.2.869.135  per  hektar.  Dengan  demikian  diperoleh  manfaat  nilai pewarisan ekosistem terumbu karang sebesar Rp. 340.115.870 per tahun.
Nilai Total Manfaat Terumbu Karang Nilai  Manfaat  Ekonomi  Total,  merupakan  penjumlahan  dari  seluruh  manfaat
yang  telah  diidentifikasi  dari  ekosistem  terumbu  karang  yang  diteliti.  Nilai  ekonomi total total economic value terumbu karang di kawasan Selat Sebuku  ditunjukan pada
tabel di bawah ini.