Kecamatan Pulau Laut Kepulauan Kependudukan

merupakan wilayah yang berdekatan dengan ibu kota Kabupaten Kotabaru sekitar 14 km yang merupakan daerah potensial untuk berwisata. Saat ini sumberdaya baik perikanan maupun pariwisata bahari belumlah optimal. Sementara non-renewable resource seperti tambang batubara dengan potensi 445,1 juta ton serta luasan 3,25 1 ha yang rencananya akan diekploitasi oleh investor tahun 2015 dengan menggunakan teknologi sea dike bendungan. Mengingat potensi Selat Sebuku yang cukup besar dan memilki sumberdaya kelautan yang cukup lengkap, meliputi renewable resource perikanan, non renewable resource tambang batubara dan environmental services wisata bahari, maka untuk memanfaatkan secara optimal, efesien, berkeadilan dan berkelanjutan diperlukan suatu penilaian sumberdaya di kawasan Selat Sebuku secara komprehensif melalui valuasi ekonomi sumberdaya.

6.2 Valuasi Ekonomi Selat Sebuku

6.2.1 Nilai Ekonomi Ekosistem Hutan Mangrove

1. Nilai kegunaaan A. Nilai Kegunaan Langsung A.1.Manfaat Kayu Komersil Penilaian terhadap manfaat hutan mangrove sebagai daerah penghasil kayu komersil dilakukan dengan menggunakan teknik perhitungan manual sederhana. Berdasarkan data potensi kayu komersil hutan mangrove Selat Sebuku sebesar 297.758 m³. Dengan harga pasar kayu m³ Rp.600.000 maka nilai manfaat kayu dikurangi biaya pemanfaatan tebang dan angkut sebesar Rp.96.771.460.500. Nilai manfaat kayu mangrove per tahun diperoleh dengan membagi Rp.96.771.460.500 dengan siklus tebang 25 tahun maka diperoleh Rp.3.870.858.420 per tahun, kemudian dibagi luasan hutan mangrove 6.015 ha sehingga nilai manfaat kawasan sebagai penghasil kayu komersil adalah Rp.643.500 per ha. A.2.Manfaat Kayu Bakar Penilaian terhadap manfaat hutan mangrove sebagai daerah penghasil kayu bakar dilakukan dengan menggunakan teknik perhitungan manual sederhana. Berdasarkan data jumlah pengumpul kayu bakar di hutan mangrove sebanyak 17 orang dengan rata-rata memperoleh 190 ikat per tahun dengan harga rata-rata Rp.3.000 per ikat, dengan luas kawasan hutan mangrove mencapai 6.015 hektar, maka nilai ekonomi kawasannya dapat dihitung sebesar Rp.1.582 per hektar. A.3.Manfaat Daun Nipah Penilaian terhadap manfaat hutan mangrove sebagai daerah penghasil daun nipah dilakukan dengan menggunakan teknik perhitungan manual sederhana. Berdasarkan data pemanfaatan daun nipah mencapai 24.000 per lembar dengan harga per lembar sebesar Rp.500. Pembuatan atap rumah dari daun nipah rata-rata memerlukan biaya Rp.3.000.000 per tahun diperoleh manfaat bersih hutan mangrove sebagai penghasi daun nipah sebesar Rp.9.000.000, dengan luas kawasan hutan mangrove mencapai 6.015 hektar, maka nilai ekonomi kawasannya sebagai penghasil daun nipah sebesar Rp.1.469 per hektar. A.4. Manfaat Penelitian Penilaian terhadap manfaat hutan mangrove sebagai daerah penelitian dilakukan dengan menggunakan teknik perhitungan manual sederhana. Berdasarkan data jumlah mahasiswa Unlam dan Uvaya pada tahun 2013 tercatat sebanyak 15.500 orang, dan dengan asumsi 2 persen mahasiswa mengambil fokus penelitian terkait dengan keberadaan ekosistem hutan mangrove. Bilamana setiap orang rata ‐rata melakukan penelitian selama 10 hari dengan biaya hidup rata ‐rata per hari sebesar Rp.120.000 dan paket biaya penelitian rata ‐rata sebesar 7,5 juta, maka dapat dihitung manfaat ekosistem hutan mangrove berdasarkan fungsinya sebagai objek penelitian sebesar Rp.2.697.000.000 per tahun, dengan luas kawasan hutan mangrove mencapai 6.015 hektar, maka nilai ekonomi kawasan penelitian dapat dihitung sebesar Rp.448.355 per hektar. A.5. Manfaat Kepiting Penilaian ekosistem hutan mangrove berdasarkan fungsinya sebagai penyedia kepiting didekati dengan menggunakan teknik EOP, yaitu dengan menilai besaran produktivitas ekosistem hutan mangrove akan sumberdaya kepiting. Perhitungan dilakukan dengan cara wawancara terhadap 30 orang pengumpul yang menangkap kepiting yang rata ‐rata berumur 35 tahun dengan tingkat pendidikan hingga tamat SD 6 dan besaran keluarga 4 orang dan pengalaman selama 12 tahun serta rata ‐rata pendapatannya sebesar Rp.17.967 juta rupiah per tahun dengan hasil tangkapan rata ‐rata per tahun sebanyak 1.029 kilogram. Hasil regresi linear berganda menunjukkan beberapa parameter, sehingga membentuk fungsi dan kurva permintaan Lampiran 10. Selanjutnya nilai ekonomi ‐ekologi lingkungan ekosistem hutan mangrove berdasarkan fungsinya sebagai penyedia sumberdaya kepiting dapat dihitung dengan cara mencari besaran surplus konsumen Lampiran 11 sebesar Rp.29.995.031 yang kemudian dikalikan dengan jumlah atau banyaknya pengumpul kepiting di lingkungan hutan mangrove tersebut,yaitu sebanyak 118 orang yang dihitung dari banyaknya penangkap kepiting di wilayah hutan mangrove di Selat Sebuku kemudian dibagi dengan luas ekosistem hutan mangrove 6.015 hektar, sehingga dapat diperoleh nilaimanfaat ekonomi hutan mangrove berdasarkan fungsinya sebagai penyedia kepiting yang juga merupakan nilai kerugian ekonomi ‐ekologi hutan mangrove adalah sebesar Rp. 588.400 per hektar. A.6. Manfaat Udang Penilaian ekosistem mangrove sebagai penghasil udang didekati dengan teknik EOP, yaitu dengan menilai besaran produktivitas udang yang dihasilkan. Udang yang ditangkap terdiri dari udang putih, udang windu, udang dogol dan udang tiger. Perhitungan dilakukan dengan cara wawancara terhadap 30 orang nelayan yang rata ‐rata berumur 39 tahun dengan tingkat pendidikan hingga kelas 6 SLTP 6 dan besaran keluarga 4 orang dan pengalaman selama 18 tahun serta rata ‐rata pendapatannya sebesar Rp. 8.977.753 juta rupiah per tahun dengan rata ‐rata hasil tangkapan sebesar 407 kg per tahun. Hasil regresi linear berganda menunjukkan beberapa parameter, sehingga membentuk fungsi dan kurva permintaan Lampiran 12. Selanjutnya nilai ekonomi ‐ekologi udang di mangrove Selat Sebuku dapat dihitung dengan cara mencari besaran surplus konsumen Lampiran 13 sebesar Rp.623.056.370 yang kemudian dikalikan dengan jumlah atau banyaknya nelayan udang di Selat Sebuku tersebut, yaitu sebanyak 116 orang dan dibagi dengan luas mangrove Selat Sebuku seluas 6.015 hektar, sehingga dapat diperoleh nilai manfaat ekonomi mangrove Sebuku sebagai penyedia udang adalah sebesar Rp.12.015.078 perhektar. A.7. Manfaat Ikan Penilaian manfaat ikan dengan menggunakanteknik EOP, yaitu dengan menilai besaran produktivitas ikan di hutan mangrove yang dihasilkan. Adapun jenis-jenis ikan yang tertangkap terdiri dari: bawal hitam, bwal putih, belanak, bandeng, golok-golok, gulamah, julung-julung, kakap putih, kuro menangin dan selar selangat. Perhitungan dilakukan dengan cara wawancara terhadap 50 orang nelayan yang rata ‐rata berumur 37 tahun dengan tingkat pendidikan hingga kelas 6 SLTP dan besaran keluarga 4 orang danpengalaman selama 19 tahun serta rata ‐rata pendapatannya sebesar Rp. 15.380.636 juta rupiah per tahun dengan rata ‐rata hasil tangkapan sebesar 1137kg per tahun.Hasil regresi linear berganda menunjukkan pada beberapa parameter sehingga membentuk fungsi dan kurva permintaan Lampiran 16. Selanjutnya nilai ekonomi ‐ekologi ikan hutan mangrove Selat Sebuku dapat dihitung dengan cara mencari besaran surplus konsumen Lampiran 17 sebesar Rp. 5.348.249 yang kemudian dikalikan dengan jumlah atau banyaknya nelayan di perairan Selat Lombok tersebut, yaitu sebanyak 1.411 orang dan dibagi dengan luas mangrove Selat Sebuku seluas 6.015 hektar, sehingga dapat diperoleh nilai manfaat ekonomi perairan Selat Sebuku sebagai penyedia ikan hutan mangrove adalah sebesar Rp. 1.254.527per hektar. B. Nilai Kegunaan Tidak Langsung Penilaian fungsi fisik ekosistem hutan mangrove dilakukan dengan menggunakan pendekatan Benefit Transfer dengan teknik Point Transfer. Komponen yang dinilai adalah fungsi ekologi hutan mangrove sebagai persediaan karbon carbon stock . Nilai transfer stok karbon didekati dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Brown and Pearce dalam KLH 2011 yang menyebutkan bahwa untuk satu satuan hektar persegi hutan mangrove berpotensi menjadi penyedia karbon sebanyak 36 ‐220 ton. Dengan menggunakan pendekatan potensi maksimum, maka fungsi ekosistem mangrove sebagai penyedia karbon adalah sebesar 220 ton per hektar. Nilai ekonomi diperoleh dengan mengalikan potensi stok karbon tersebut terhadap harga karbon yang diberikan Frankhauser dalam KLH 2011 sebesar US 20 per ton atau Rp.242.920 per ton. Sehingga diperoleh nilai fungsi ekosistem hutan mangrove sebagai penyedia karbon sebesar Rp.53.442.400 per hektar. Penilaian fungsi ekosistem hutan mangrove sebagai penahan intruisi dilakukan dengan menggunakan pendekatan Benefit Transfer dengan teknik Point Transfer. Nilai transfer penahan intruisi didekati dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh DKP Kalsel 2013 yangmenyebutkan bahwa nilai fungsi ekosistem hutan mangrove sebagai penahan intruisi sebesar Rp.1.234.194 perhektar. Penilaian fungsi ekosistem hutan mangrove sebagai perlindungan pantai dari abrasi dan banjir dilakukan dengan menggunakan pendekatan Benefit Transfer dengan teknik Point Transfer. Nilai transfer perlindungan dari abrasi dan banjir didekati denganhasil penelitian yang dilakukan oleh DKP Kalsel 2013 yang menyebutkan bahwa nilai fungsi ekosistem hutan mangrove sebagai perlindungan dari abrasi dan banjir sebesar Rp.3.460.112 perhektar. Penilaian fungsi ekosistem hutan mangrove sebagai daya dukung produksi ikan dilakukan dengan menggunakan pendekatan Benefit Transfer dengan teknik Point Transfer . Nilai transfer daya dukung produksi ikan didekati denganhasil penelitian yang dilakukan oleh DKP Kalsel 2013 yangmenyebutkan bahwa nilai fungsi ekosistem hutan mangrove sebagai perlindungan dari abrasi dan banjir sebesar Rp.2.644.472 per hektar. C. Nilai Pilihan Penilaian fungsi fisik ekosistem hutan mangrove dilakukan dengan menggunakan pendekatan Benefit Transfer dengan teknik Point Transfer. Komponen yang dinilai adalah fungsi ekologi hutan mangrove sebagai manfaat pilihan keanekaragaman hayati. Nilai transfer keanekaragaman hayati didekati dengan hasil penelitian Ruitenbeek dalam KLH 2011 yang menyebutkan bahwa manfaat pilihan hutan mangrove sebagai keaneragaman hayati adalah sebesar US 15 per hektar atau sebesar Rp.182.190 per hektar Rp.12.1461 USD. Dengan melihat pertumbuhan inflasi per tahun sebesar 7.5 persen, maka dapat dihitung bahwa nilai manfaat pilihan hutan mangrove sebagai penyedia keanekaragaman hayati adalah sebesar Rp.1.095.931.151. 2. Nilai Bukan Kegunaan Nilai bukan kegunaan dari hutan mangrove yang dihitung adalah berdasarkan fungsi keberadaan ekosistem tersebut existence value di mata masyarakat setempat. Metode penilaian keberadaan kawasan ini dilakukan dengan menggunakan teknik Benefit Transfer berdasarkan nilai ekosistem hutan mangrove yang dihitung di Kecamatan Karimunjawa pada tahun 2010, yaitu sebesar Rp.2.005.197 per hektar BPN dalam KLH, 2011. Penilaian fungsi ekosistem hutan mangrove sebagai nilai manfaat warisan dihitung berdasarkan fungsi manfaat warisan di mata masyarakat setempat. Metode penilaian menggunakan pendekatan Benefit Transfer dengan teknik Point Transfer. Nilai transfer warisan didekati denganhasil penelitian yang dilakukan oleh Ariyanto 2007 menyebutkan bahwa nilai fungsi ekosistem hutan mangrove untuk pewarisan sebesar Rp. 12.000.000 per hektar. Nilai Total Manfaat Hutan Mangrove Nilai Manfaat Ekonomi Total, merupakan penjumlahan dari seluruh manfaat yang telah diidentifikasi dari ekosistem hutan mangrove yang diteliti. Nilai ekonomi total total economic value hutan mangrove di kawasan Selat Sebuku lebih besar dari nilai total hutan mangrove Delta Mahakam pada tahun 2012 sebesar Rp. 503.071.398.869 Wahyuni, 2014 dan juga dari nilai ekonomi hutan mangrove di Taman Nasional Kepulauan Seribu, Jakarta yaitu sebesar Rp 520.216.354 Lukmana, 2012. Nilai total manfaat hutan mangrove dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 34 Nilai Total Manfaat Hutan Mangrove NO URAIAN Luas Wilayah 1 ha Rpth 6.015 HaRpTh 1 Penggunaan langsung direct use value: Manfaat Kayu Komersial 643.500 3.870.858.420 Manfaat Kayu Bakar 1.582 9 .516.236 Manfaat Daun Nipah 1.469 8 .836.505 Manfaat Penelitian 448.355 2.696.998.799 Penangkapan kepiting 588.400 3.539.414.288 Manfaat Udang 12.015.078 72.274.538.995 Manfaat Ikan 1.254.527 7.546.381.354 2 Penggunaan tidak langsung indirect use value: Manfaat Persediaan Stok Karbon 53.442.400 321.473.137.568 Penahan intruisi 1.234.194 7.424.071.852 Perlindungan pantai dari abrasi dan banjir 3.460.112 20.813.680.916 Daya Dukung Produksi Tangkapan Ikan 2.644.472 15.907.345.311 3 Manfaat nilai pilihan option value: Manfaat Nilai Biodeversitas Keanekaragaman hayati 182.190 1.095.931.151 4 Manfaat nilai pewarisan baquest value 12.000.000 72.183.840.000 5 Manfaat nilai keberadaan existence value 2.005.197 12.061.901.618 Jumlah 89.921.477 540.906.453.012 Sumber : Data diolah, 2014

6.2.2 Nilai Ekonomi Ekosistem Terumbu Karang

1. Nilai Kegunaan A. Nilai Kegunaan Langsung A.1 Manfaat Sebagai Daerah Penelitian Penilaian terhadap manfaat terumbu karang sebagai daerah penelitiandilakukan dengan menggunakan teknik perhitungan manual sederhana.Berdasarkan data jumlah mahasiswa Unlam dan Uvaya pada tahun 2013 tercatat sebanyak 15.500 orang, dan dengan asumsi 1 persen mahasiswa mengambil fokus penelitian terkait dengan keberadaan ekosistem terumbu karang. Bilamana setiap orang rata ‐rata melakukan penelitian selama 10 hari dengan biaya hidup rata ‐rata per hari sebesar Rp.120.000 dan paketbiaya penelitian rata ‐rata sebesar 9 juta, maka dapat dihitung manfaat ekosistem terumbu karang berdasarkan fungsinya sebagai objek penelitian sebesar Rp.1.581.000.000 per tahun, dengan luas kawasan terumbu karang mencapai 118,543 hektar, maka nilai ekonomi kawasannya dapat dihitung sebesar Rp.13.336.933 per hektar. A.2. Manfaat Udang Penilaian kawasan perairan Selat Sebuku Sebagai penghasil udang didekati dengan teknik EOP, yaitu dengan menilai besaran produktivitas udang yang dihasilkan. Udang yang tertangkap terdiri dari udang lobster dan udang flower. Perhitungan dilakukan dengan cara wawancara terhadap 30 orang nelayan yang rata ‐rata berumur 39 tahun dengan tingkat pendidikan hingga kelas 6 SLTP 6 dan besaran keluarga 4 orang dan pengalaman selama 18 tahun serta rata ‐rata pendapatannya sebesar Rp. 2.059.765 juta rupiah per tahun dengan rata ‐rata hasil tangkapan sebesar 21 kg per tahun. Hasil regresi linear berganda menunjukkan beberapa parameter, sehingga membentuk fungsi dan kurva permintaan Lampiran 14. Selanjutnya nilai ekonomi ‐ekologi udang dapat dihitung dengan cara mencari besaran surplus konsumen Lampiran 15 sebesar Rp. 30805169 yang kemudian dikalikan dengan jumlah atau banyaknya nelayan di perairan Selat Sebuku tersebut, yaitu sebanyak 116 orang dan dibagi dengan luas terumbu karang Selat Sebuku seluas 118 hektar, sehingga dapat diperoleh nilai manfaat ekonomi perairan Sebuku sebagai penyedia udang adalah sebesar Rp. 30.144.333 per hektar. A.3. Manfaat Ikan Karang Penilaian kawasan perairan Selat Sebuku didekati dengan menggunakan teknik EOP, yaitu dengan menilai besaran produktivitas ikan di terumbu karang yang dihasilkan. Jenis ikan yang tertangkap terdiri dari : biji nangka, daun bamboo, ekor kuning, kakap merah, kerapu, kurisi dan kuwe. Perhitungan dilakukan dengan cara wawancara terhadap 50 orang nelayan yang rata ‐rata berumur 37 tahun dengan tingkat pendidikan hingga kelas 6 SLTP dan besaran keluarga 4 orang dan pengalaman selama 19 tahun serta rata ‐rata pendapatannya sebesar Rp.15.380.636 juta rupiah per tahun dengan rata ‐rata hasil tangkapan sebesar 687 kg per tahun. Hasil regresi linear berganda menunjukkan pada beberapa parameter sehingga membentuk fungsi dan kurva permintaan Lampiran 18. Selanjutnya nilai ekonomi ‐ekologi ikan terumbu karang Selat Sebuku dapat dihitung dengan cara mencari besaran surplus konsumen Lampiran 19 sebesar Rp.3.231.401 yang kemudian dikalikan dengan jumlah atau banyaknya nelayan di perairan Selat Sebuku tersebut, yaitu sebanyak 1.411 orang dan dibagi dengan luas terumbu karang Selat Sebuku seluas 118 hektar, sehingga dapat diperoleh nilai manfaat ekonomi perairan Selat Sebuku sebagai penyedia ikan terumbu karang adalah sebesar Rp.38.462.903 per hektar. B. Nilai Kegunaan Tidak Langsung Penilaian fungsi fisik ekosistem terumbu karang dilakukan dengan menggunakan pendekatan Benefit Transfer dengan teknik Point Transfer. Komponen yang dinilai adalah fungsi ekologi ekosistem terumbu karang sebagai tempathabitat perkembangbiakan ikan karang spawning ground. Nilai transfer didekati dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Snedaker and Getter 1985 dalam KLH 2011 yang menyebutkan bahwa untuk satu satuan kilometer persegi terumbu karang berpotensi menjadi daerah pemijahan masing-masing sebanyak 5 ton atau sebanyak 50 kilogram per hektar. Nilai ekonomi diperoleh dengan mengalikan potensi daerah pemijahan tersebut terhadap harga rata ‐rata ikan karang berdasarkan hasil survei 2013 sebesar Rp.22.000 per kg. Sehingga diperoleh nilai fungsi ekosistem terumbu karang sebagai daerah pemijahan sebesar Rp. 1.100.000 per hektar. Penilaian fungsi ekosistem terumbu karang sebagai perlindungan pantai dari abrasi dilakukan dengan menggunakan pendekatan Benefit Transfer dengan teknik Point Transfer . Nilai transfer perlindungan dari abrasi didekati dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh DKP Kalsel 2013 yang menyebutkan bahwa nilai fungsi ekosistem terumbu karang di selat Sebuku sebagai perlindungan dari abrasi sebesar Rp.313.845.840 per hektar C. Nilai Pilihan Penilaian fungsi fisik ekosistem terumbu karang dilakukan dengan menggunakan pendekatan Benefit Transfer dengan teknik Point Transfer.Komponen yang dinilai adalah fungsi ekologi terumbu karang sebagai manfaat pilihan keanekaragaman hayati. Nilai transfer keanekaragaman hayati didekati dengan hasil penelitian DKP 2013 yang menyebutkan bahwa manfaat pilihan terumbu karang sebagai keaneragaman hayati adalah sebesar Rp. 135.000 per hektar. Dengan demikian maka dapat dihitung bahwa nilai manfaat pilihan terumbu karang sebagai penyedia keanekaragaman hayati adalah sebesar Rp.16.003.305tahun. Penilaian terhadap manfaat ekosistem terumbu karang sebagai daerahwisata dilakukan dengan menggunakan teknik benefit transfer. Berdasarkan hasil perhitungan nilai ekonomi wisata di Kotabaru, DKP Kalsel 2013, daya dukung wisata untuk terumbu karang sebesar Rp.2.032.163.682 dan dengan total luas ekosistem terumbu karang sebesar 118,543 hektar, maka nilai ekonomi wisata terumbu karang perhektarnya mencapai Rp.17.142.840. 2. Nilai Bukan Kegunaan non use value, UV Nilai bukan kegunaan dari hutan terumbu karang yang dihitung adalahberdasarkan fungsi keberadaan ekosistem tersebut existence value, EV dimata masyarakat setempat. Nilai bukan kegunaan dari terumbu karang yang dihitung adalah berdasarkan fungsi keberadaan ekosistem tersebut existence value, EV di mata masyarakat setempat. Metode penilaian keberadaan kawasan inidilakukan dengan menggunakan teknik Benefit Transfer berdasarkan nilai ekosistem terumbu karang yang dihitung di Kecamatan Karimunjawa padatahun 2010, yaitu sebesar Rp.74.965 per hektar BPN, 2010. Penilaian fungsi ekosistem terumbu karang sebagai nilai manfaat warisan dilakukan dengan menggunakan pendekatan Benefit Transfer dengan teknik Point Transfer . Nilai transfer warisan didekati dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Suryani 2013 menyebutkan bahwa nilai fungsi ekosistem hutan mangrove untuk pewarisan sebesar Rp.2.869.135 per hektar. Dengan demikian diperoleh manfaat nilai pewarisan ekosistem terumbu karang sebesar Rp. 340.115.870 per tahun. Nilai Total Manfaat Terumbu Karang Nilai Manfaat Ekonomi Total, merupakan penjumlahan dari seluruh manfaat yang telah diidentifikasi dari ekosistem terumbu karang yang diteliti. Nilai ekonomi total total economic value terumbu karang di kawasan Selat Sebuku ditunjukan pada tabel di bawah ini.