5.2.2 Pasut
Pasut adalah fenomena naik turunnya muka laut yang disertai oleh gerakan horizontal dari massa air secara periodik. Gerakan horizontal ini disebut arus
pasut.Kondisi perairan setempat, seperti perubahan kedalaman, perubahan morfologi pantai dapat merubah tipe pasut.Tipe pasut suatu perairan ditentukan oleh frekuensi
terjadinya air pasang dan surut setiap hari. Secara keseluruhan, tipe pasut di sekitar lokasi studi tergolong tipe pasang surut campuran dominan semi-diurnal terdapat dua
kali pasang dan dua kali surut dalam kurun satu hariP4W dan PT. BCS, 2013. Sementara untuk data elevasi muka laut cm dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Sumber : P4W LPPM IPB dan PT. BCS, 2013
Gambar 23 Cuplikan elevasi muka laut pasut selama 1 bulan Januari 2010 untuk lokasi perairan Tanjung Kepala Jetty.
5.2.3 Pola Arus
Parameter hidro-oseanografi yang memiliki peranan penting
dalam mempengaruhi ekosistem di perairan Selat Sebuku adalah pola arus. Selat Sebuku
memiliki kecepatan arus yang menunjukkan bahwa variasi kecepatan arus pasut hodograph sekitar 1
– 30 cmdetik. Pola arus pasut saat pasang dan surut dominan mengarah ke dalam teluk 300
dan ke luar teluk 135. Namun demikian, arus sisa arus rata-rata umumnya mengarah ke dalam teluk dengan kecepatan 3.6 cmdetik
P4W LPPM IPB dan PT. BCS, 2013. Kondisi pola arus di Selat Sebuku pada musim barat diperlihatkan untuk dua
kondisi pasut, yaitu saat pasang dan surut Gambar pola arus musim barat. Dengan kondisi selat yang sempit, terlihat bahwa dominannya adalah arus pasut dimana
pengaruh angin barat tidak terlihat. Saat menuju pasang, terlihat bahwa umumnya arus memasuki Selat Sebuku dari arah utara, namun karena pola arus di sebelah timur Selat
Makasar yang merupakan sistem utamanya bergerak dari arah selatan, maka sebagian arus ini masuk juga ke Selat Sebuku dari selatan. Dengan demikian terdapat zona
konvergensi pertemuan arus di sekitar wilayah tengah Selat Sebuku. Hal yang kontras terjadi untuk kondisi surut, dimana pola arus membentuk zona divergensi perpisahan
arus di tengah Selat Sebuku.
Kondisi pola arus di Selat Sebuku pada musim timur memperlihatkan hal yang mirip dengan musim barat, dimana pengaruh pasut lebih dominan Gambar pola arus
musim timur. Zona konvergensi pertemuan arus dan divergensi perpisahan arus tetap terjadi di sekitar wilayah tengah Selat Sebuku, untuk masing-masing kondisi
pasang dan surut. Terbentuknya zona konvergensi dan divergensi ini mengindikasikan juga bahwa kedangkalan perairan dan juga celah yang menyempit di zona tersebut telah
menghalangi sirkulasi arus di sekitar zona tersebut. Jadi, zona tersebut berfungsi sebagai pembatas bagi sirkulasi arus.
Sumber : P4W LPPM IPB dan PT. BCS, 2013
Gambar 24 Pola arus menjelang pasang saat musim barat. a Area keseluruhan model. b perbesaran area interest. c Pasang surut batas model.
d angin masukan model.
Sumber : P4W LPPM IPB dan PT. BCS, 2013
Gambar 25 Pola arus menjelang surut pada musim barat. a Area keseluruhan model. b perbesaran area interest. c Pasang surut batas model.
d angin masukan model.
Sumber : P4W LPPM IPB dan PT. BCS, 2013
Gambar 26 Pola arus menjelang pasang saat musim timur. a Area keseluruhan model. b perbesaran area interest. c Pasang surut batas model.
d angin masukan model.
Sumber : P4W LPPM IPB dan PT. BCS, 2013
Gambar 27 Pola arus menjelang surut pada musim timur. a Area keseluruhan model. b perbesaran area interest. c Pasang surut batas model. d angin
masukan model.
Sumber : P4W LPPM IPB dan PT. BCS, 2013
Gambar 28 Simulasi pola arus akibat adanya bendungan pasang
Sumber : P4W LPPM IPB dan PT. BCS, 2013
Gambar 29 Simulasi pola arus akibat adanya bendungan surut
5.2.4 Batimetri
Kondisi batimetri Selat Sebuku dapat dimasukan dalam morfologi dataran yakni perairan dangkal dengan kedalaman tercatat mencapai 3-4 m di bagian tengah,
sedangkan pada wilayah pesisir di kedua sisinya ± 0,5 m. Kondisi air pasang dan kelerengan datar-landai 50 P4W LPPM IPB dan PT. BCS, 2013. Pola aliran sungai
berpola dendritik yang relatif dominan ke arah barat dan bermuara di Selat Sebuku.Alur Selat Sebuku ditandai oleh garis terdalam Thalweg. Alur selat lebih condong
mendekat kearah Pulau Sebuku.Bagian barat Pulau Kaluang dijumpai alur selat bercabang dan cabang yang mengarah ke barat daya terputus.
Terputusnya cabang alur ini dapat terjadi sebagai akibat pendangkalan. Pengaruh rambatan gelombang dari Laut Jawa dan Selat Makasar umumnya tidak signifikan
karena perairan ini terlindung oleh Pulau Sebuku. Kondisi perairan juga dipengaruhi oleh beberapa sungai dari Pulau Laut dan Pulau Sebuku yang bermuara di Selat Sebuku,
dimana berdasarkan pulau laut. Perairan Selat Sebuku umumnya dipenuhi oleh vegetasi mangrove di pesisir timur dan barat pulau Sebuku
5.3 Ekosistem dan Karakteristik Pantai
Karakteristik garis pantai di Pulau Sebuku bagian timur umumnya ditempati oleh vegetasi pantai, ekosistem mangrove dan beberapa tempat berbatu dan bertebing.
Sedangkan Pulau Sebuku bagian barat dan Pulau Laut bagian timur dominan ditempati oleh mangrove. Karakteristik garis pantai sepanjang Selat Sebuku dalam proses
dinamika pantai stabil yang cenderung akrasi sedimentasi. Beberapa pantai yang dekat dengan muara sungai di Selat Sebuku dijumpai mangrove muda yang mengalami
pendangkalan. Beberapa lokasi bagian utara dan selatan Selat Sebuku memiliki ekosistem terumbu karang yang cukup luas dan dalam kondisi cukup baik. Adapun
luasan hutan mangrove dan terumbu karang di lokasi penelitian yang terdiri dari : Kecamatan Pulau Sebuku, Kecamatan Pulau Laut Utara, Kecamatan Pulau Laut Timur,
Kecamatan Pulau Laut Selatan dan Kecamatan Pulau Laut Kepulauan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 12 Luasan hutan mangrove dan terumbu karang di Selat Sebuku
NO. KECAMATAN
EKOSISTEM MANGROVE ha
EKOSISTEM TERUMBU KARANG ha
1 Pulau Sebuku
2.839,84 79,156
2 Pulau Laut Utara
399,48 38,244
3 Pulau Laut Timur
913,33 0,009
4 Pulau Laut Selatan
1.583,99 0,039
5 Pulau Laut Kepulauan
278,68 1,086
Jumlah 6.015,32
118,534
Sumber : Diskanlut Kalsel dan DKP Kotabaru, 2013
5.3.1 Jaringan Sungai
Arah aliran sungai sangat terkait dengan arah kemiringan topografi yang mengarah ke Selat Sebuku. Sungai-sungai tersebut adalah umumnya mempunyai
panjang 10 Km. Arah aliran mengikuti arah lereng yang pada pada umumnya melandai ke arah barat, dan bermuara di Selat Sebuku. Aliran sungai sangat dipengaruhi
oleh pasang surut laut. Pada saat pasang naik arus sungai ke arah darat, sebaliknya pada saat turun arus sungai ke arah laut. Pada musim penghujan salinitas air sungai turun
karena dipasok air tawar dan daratan. Walaupun pasokan air dan daratan kurang sehubungan dengan musim kemarau panjang, namun sungai-sungai tersebut tidak
pernah kering. Pulau Sebuku memiliki tiga sungai penting, yaitu Sungai Kanibungan, Sungai Terusan dan Sungai Sarakaman. Sementara itu, di Pulau Laut sungai yang
penting dan berpengaruh di Selat Sebuku adalah Sungai Sajakah yang memiliki lebar 30 m dan Sungai Bekambit. Sementara itu, hasil pengamatan kualitas air pada studi tahun
1996 menunjukkan kualitas air sungai di Sungai Kanibungan menunjukkan skala 2, Sungai Tarusan skala 2, Sungai Sarakaman skala 2 dan air rawa Kanibungan
– Bingkuang juga skala 2. Hal ini disebabkan air sungai telah tercampur air laut.
Konsentrasi TDS berkisar 4210 mgL- 34000 mgL dan klorida berkisar 3.000 mgL –
25.000 mgL. Konsentrasi tersebut secara alamiah telah melampaui ambang batas, berkaitan dengan kandungan TDS dan klorida. Tingginya TDS dan kandungan klorida
dalam air sungai disebabkan terjadi percampuran dengan air laut P4W LPPM IPB dan PT. BCS, 2013.
5.3.2 Litologi Permukaan Dasar Perairan Selat Sebuku
Litologi pada permukaan dasar perairan Selat Sebuku ditempati oleh sedimen yang dominan berfraksi halus berukuran 116mm dari Lanau hingga Lempung.
Sedangkan fraksi sedang hanya dijumpai pada lokasi S16B6 yakni Pasir lanauan P, berukuran pasir halus 14 - 116 mm. Lumpur L adalah penamaan umum yang
digunakan untuk sedimen Lempung lanauan yang bersifat lunak mengandung banyak air. Sedimen ini umumnya berwarna abu-abu kehijauan 5GY 41 hingga abu-abu gelap
5GY 21. Sedimen bagian atas top saat alat pengambilan sedimen grab sampler dibuka umumnya berwarna abu-abu kecoklatan 5YR 41. Warna abu-abu kecoklatan
merupakan warna ubahan jika sedimen-sedimen tersebut lama terkena udara oksidasi. Berdasarkan warna sedimen dan lokasinya memberi petunjuk bahwa warna abu-abu
kehijauan 5GY 41 merupakan sedimen lingkungan laut, sedangkan warna abu-abu gelap hingga kehitaman 5GY 21 lebih dipengaruhi oleh lingkungan rawa-mangrove.
Pada beberapa lokasi, sedimen mengandung banyak fragmen cangkang moluska yang didominasi pelecypoda bivalve. Untuk cangkang ukuran besar hingga 8 cm : gastro-
poda Murex sp. dan tritip Diadora sp.. Sedimen lempung lanauan mengandung cang- kang dimasukan dalan lumpur biogenik LCo P4W LPPM IPB dan PT. BCS, 2013.
5.3.3 Litologi Bawah Dasar Perairan Selat Sebuku
Kondisi jenis batuan di bawah pemukaan dasar perairan Selat Sebuku meliputi : 1 Lapisan penutup; adalah lapisan di atas lapisan seam batubara yang paling atas
top. Lapisan teratas adalah sedimen permukaan dasar perairan Selat Sebuku saat ini, dibawahnya alluvium dan bagian terbawah adalah sedimen dari Formasi Tanjung Tet.
Hasil deskripsi tidak terbedakan antara sedimen permukaan dasar perairan saat ini dengan alluvium yang berumur lebih tua. Kedua lapisan atas ini disebut sebagai
sedimen lumpur mud dengan ketebalan berkisar 15-50m. Lapisan atas dari seam batubara teratas pada Formasi Tanjung Tet disebut sebagai Lempung clay dan Pasir
sand. 2. Lapisan Batubara; lapisan batubara yang berada di bawah permukaan dasar