32 kebebasan untuk mengungkapkan pendapat dan pemikirannya
tentang sesuatu yang dihapainya.
e. Evaluasi Belajar.
Bentuk-bentuk evaluasi yang sesuai dengan teori konstruktivistik dapat diarahkan pada tugas-tugas autentik,
mengkonstruksi pengetahuan yang menggambarkan proses berpikir yang lebih tinggi. Hasil belajar lebih tepat dinilai
dengan metode evaluasi goal-free.
2. Ciri-Ciri Pembelajaran Konstruktivistik
Mahisa Alit dalam Poedjiadi 2005: 74 menuliskan bahwa ciri-ciri pembelajaran konstruktivistik adalah sebagai berikut:
a. Menyediakan pengalaman belajar dengan mengkaitkan pengetahuan yang telah dimiliki siswa sedemikian rupa
sehingga belajar melalui proses pembentukan pengetahuan. b. Menyediakan berbagai alternatif pengalaman belajar, tidak
semua mengerjakan tugas yang sama, misalnya suatu masalah dapat diselesaikan dengan berbagai cara.
c. Mengintegrasikan pembelajaran dengan situasi yang realistik dan relevan dengan melibatkan pengalaman konkrit, misalnya
untuk memahami suatu konsep melalui kenyataan kehidupan sehari-hari.
d. Mengintegrasikan pembelajaran sehingga memungkinkan terjadinya transmisi sosial yaitu terjadinya interaksi dan kerja
33 sama seseorang dengan orang lain atau dengan lingkungannya,
misalnya interaksi dan kerjasama antara siswa, guru, dan siswa-siswa.
e. Memanfaatkan berbagai media termasuk komunikasi lisan dan tertulis sehingga pembelajaran menjadi lebih efektif.
f. Melibatkan siswa secara emosional dan sosial sehingga
menjadi menarik dan siswa mau belajar. Sedangkan menurut Suparno 1997: 61, ciri-ciri pembelajaran
konstruktivistik adalah sebagai berikut: a. Belajar berarti membentuk makna.
b. Konstruksi arti itu dipengaruhi oleh pengertian yang telah ia punyai.
c. Belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta, melainkan lebih sebagai perkembangan pemikiran dengan membuat
pegertian baru. d. Proses belajar yang sebenanya terjadi pada waktu skema
seseorang dalam keraguan yang merangsang pemikiran lebih lanjut.
e. Hasil dipengaruhi oleh pengalaman siswa dengan dunia fisik dan lingkungan.
f. Hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah
diketahui si pelajar
34
3. Prinsip Pembelajaran Konstruktivistik
Menurut Suparno 1997: 49, secara garis besar prinsip-prinsip pembelajaran konstruktivistik yang diambil adalah:
a. Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri, baik secara personal maupun secara sosial.
b. Pengetahuan tidak dipindahkan dari guru ke siswa, kecuali dengan keaktifan siswa sendiri untuk bernalar.
c. Siswa aktif mengkonstruksi secara terus menerus, sehingga terjadi perubahan konsep menuju ke konsep yang lebih rinci,
lengkap, serta sesuai dengan konsep ilmiah. d. Guru berperan membantu menyediakan sarana dan situasi agar
proses konstruksi siswa berjalan mulus. Prinsip
konstruktivistik telah
banyak digunakan
dalam pembelajaran. Menurut Mohammad 2004: 4, prinsip utama dalam
pembelajaran konstruktivistik adalah: a. Penekanan pada hakikat sosial dari pembelajaran, yaitu peserta
didik belajar melalui interaksi dengan guru atau teman. b. Zona perkembangan terdekat, yaitu belajar konsep yang baik
adalah jika konsep itu berada dekat dengan peserta didik. c. Pemagangan kognitif, yaitu peserta didik memperoleh ilmu
secara bertahap dalam berinteraksi dengan pakar. d. Mediated learning, yaitu diberikan tugas komplek, sulit, dan
realita kemudian baru diberi bantuan.
35 Pendapat di atas dapat dijelaskan bahwa pendekatan konstruktivistik
lebih menekankan keaktifan dan peran serta peserta didik dalam pembelajaran, sedangkan guru hanya sebagai fasilitator sebagaimana
yang dituntut oleh kurikulum.
4. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Konstruktivistik