yang mereka produksi. Penelitian ini didukung oleh penelitian Lestari 2011 yang menyatakan bahwa penjual jamu gendong yang dijual di pasar gubug
menjual jamu gendong yang menggunakan siklamat karena mudahnya mendapatkan siklamat.
Kemudahan akses dalam mendapatkan siklamat dapat mendorong para pedagang pangan jajanan anak sekolah PJAS untuk menggunakannya
sebagai bahan baku pangan jajanan anak sekolah PJAS yang mereka produksi. Hal tersebut dikarenakan para pedagang membutuhkan pemanis
sebagai bahan baku pangan jajanan yang mereka produksi. Penggunaan pemanis alami dapat menyebabkan biaya produksi meningkat, sehingga para
pedagang perlu bahan baku lain pengganti pemanis alami. Keberadaan siklamat yang mudah didapat tentu merupakan sebuah peluang besar bagi
para pedagang pangan jajanan anak sekolah PJAS. Hal tersebut terlihat dari pernyataan salah satu responden yang mengatakan bahwa siklamat yang
mudah didapat merupakan salah satu alasan kuat bagi para pedagang pangan untuk menggunakannya dalam pangan yang mereka produksi.
Pemerintah perlu membatasi akses para pedagang pangan dengan siklamat. Cara yang dapat dilakukan adalah dengan memberi lisensi dan
persayaratan khusus bagi setiap orang atau badan usaha yang menjual siklamat agar tidak setiap orang dengan mudah menjual siklamat. Dengan
cara tersebut maka diharapkan penjual siklamat tidak terlalu banyak dan memiliki jarak yang berdekatan. Selain itu, pembelian siklamat juga perlu
dibatasi agar tidak menimbulkan resiko penjualan kembali reseller oleh oknum yang tidak bertanggung jawab.
I. Peran Pedagang PJAS Lain dan Hubungannya dengan Penggunaan
Siklamat Berlebih pada Pangan Jajanan Anak Sekolah PJAS
Faktor lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang. Faktor lingkungan yang mendorong perilaku seseorang
adalah kerabat, teman sejawat maupun lingkungan sekitar lainnya. Lingkungan kerja, termasuk teman sejawat merupakan elemen organisasi
yang mempunyai pengaruh kuat dalam pembentukan perilaku individu. Pengukuran variabel peran pedagang PJAS lain dilakukan dengan tiga
buah pertanyaan dalam kuesioner seputar peran pedagang PJAS lain dalam mengenal siklamat, ajakan pedagang PJAS lain dan informasi kadar siklamat
yang diperbolehkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian responden 50 dipengaruhi pedagang PJAS lain untuk menggunakan
siklamat dan sebagian lainnya 50 tidak dipengaruhi pedagang PJAS lain untuk menggunakan siklamat dalam pangan jajanan yang diproduksinya. Dari
hasil tersebut dapat diketahui bahwa para pedagang pangan jajanan anak sekolah PJAS tidak seluruhnya mengenal siklamat dari rekan sesama
pedagang pangan jajanan anak sekolah PJAS. Hasil ini membuktikan pernyataan Kemenkes 2011 yang mengatakan pengetahuan terhadap suatu
objek tidak hanya berasal dari lingkungan, akan tetapi media juga turut berperan dalam mengenalkan masyarakat terhadap suatu objek yang dapat
mempengaruhi perilaku individu Kemenkes, 2011. Hasil analisa tabel silang menunjukkan bahwa diantara responden yang
menggunakan siklamat, lebih banyak responden yang tidak dipengaruhi pedagang PJAS lain untuk menggunakan siklamat 55,3 dibanding
responden yang dipengaruhi pedagang PJAS lain untuk menggunakan siklamat 47,4. Selain itu, hasil uji chi square menunjukkan bahwa tidak
terdapat hubungan yang bermakna antara peran pedagang PJAS lain dengan penggunaan siklamat berlebih pada pangan jajanan anak sekolah PJAS.
Hasil ini bertentangan dengan teori dari BPOM 2012 yang mengungkapkan bahwa salah satu faktor yang mendorong penggunaan bahan tambahan
pangan pada pedagang pangan adalah karena adanya pengaruh dari pedagang lain yang menggunakan bahan tambahan pangan tersebut.
Peran pedagang PJAS lain yang tidak berhubungan dengan perilaku penggunaan siklamat berlebih dalam pangan jajanan anak sekolah PJAS
dikarenakan tidak semua pedagang pangan jajanan anak sekolah PJAS mengenal siklamat dari rekan sesama pedagang PJAS. Berdasarkan hasil
penelitian, diketahui bahwa sebanyak 78 responden mengaku tidak memperoleh informasi mengenai siklamat dari pedagang pangan jajanan anak
sekolah PJAS lain. Informasi mengenai siklamat di kalangan pedagang pangan jajanan anak
sekolah PJAS tidak hanya berasal dari sesama pedagang pangan jajanan anak sekolah PJAS. Informasi dapat pula berasal dari media massa,
lingkungan lain atau pengaruh keluarga. Sebanyak 49 responden mengaku mengetahui siklamat atau yang mereka kenal dengan nama gula biang dari
pemilik toko tempat mereka membeli bahan baku pangan jajanan. Selain itu, sebanyak 28 responden mengaku mengenal siklamat karena informasi dari
orang tua atau keluarganya yang juga memiliki profesi sebagai pedagang pangan jajanan.
Penggunaan siklamat dalam pangan jajanan anak sekolah PJAS yang diproduksi oleh pedagang pangan jajanan anak sekolah PJAS yang
mengenal siklamat dari orang tua atau keluarganya merupakan suatu hal yang lumrah. Hal tersebut dikarenakan keluarga merupakan tempat dimana
seseorang pertama kali melakukan interaksi dengan orang lain. Keluarga memiliki pengaruh yang sangat kuat dalam pembentukan watak seseorang.
Keadaan keluarga akan sangat mempengaruhi perilaku orang yang menjadi anggota keluarga tersebut Sugiharsono, et. al, 2008.
Media berperan dalam menumbuhkan pengetahuan masyarakat yang dapat mempengaruhi perilaku individu Kemenkes, 2011. Salah satu sumber
yang dapat mengenalkan siklamat pada masyarakat adalah media massa, terutama media elektronik berupa internet. Dewasa ini, media online melalui
internet bukan merupakan suatu hal yang asing bagi masyarakat. Hampir seluruh lapisan masyarakat saat ini dapat menggunakan internet karena akses
yang semakin mudah. Para pedagang pangan jajanan anak sekolah PJAS juga berpotensi untuk mengenal siklamat dari media online karena
banyaknya iklan penjualan siklamat yang terpasang melalui media internet, sehingga semakin memudahkan para pedagang pangan jajanan anak sekolah
PJAS untuk mengenal dan memperoleh siklamat sebagai bahan baku pangan jajanan yang mereka produksi.
Penggunaan siklamat berlebih dalam pangan jajanan anak sekolah PJAS perlu dikendalikan. Pengendalian dapat dilakukan dengan memberi
kesadaran kepada pedagang pangan jajanan anak sekolah PJAS bahwa penggunaan siklamat berlebih merupakan suatu tindakan yang merugikan
konsumen melalui kegiatan penyuluhan kepada para pedagang pangan jajanan anak sekolah PJAS. Selain itu, para pedagang pangan jajanan anak
sekolah PJAS dianjurkan untuk tidak memperkenalkan siklamat kepada keluarganya, teman sesama pedagang pangan jajanan anak sekolah PJAS
maupun rekan lainnya.
116
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa simpulan sebagai berikut:
1. Pedagang pangan jajanan anak sekolah PJAS lebih banyak yang menggunakan siklamat berlebih 51,3.
2. Pedagang pangan jajanan anak sekolah PJAS lebih banyak yang memiliki tingkat pengetahuan tinggi mengenai siklamat 52,6.
3. Pedagang pangan jajanan anak sekolah PJAS lebih banyak yang memiliki sikap negatif terhadap penggunaan siklamat berlebih 53,9.
4. Pedagang pangan jajanan anak sekolah PJAS lebih banyak yang tidak percaya manfaat siklamat 60,5.
5. Pedagang pangan jajanan anak sekolah PJAS lebih banyak yang menilai tidak penting penggunaan siklamat 72,4.
6. Pedagang pangan jajanan anak sekolah PJAS lebih banyak yang beranggapan bahwa ketersediaan siklamat siklamat memadai 68,4.
7. Pedagang pangan jajanan anak sekolah PJAS lebih banyak yang memiliki akses mudah dalam mendapatkan siklamat 51,3.
8. Pedagang pangan jajanan anak sekolah PJAS lebih banyak yang tidak dipengaruhi pedagang PJAS lain untuk menggunakan siklamat 46,1.
9. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan pedagang dengan penggunaan siklamat berlebih pada pangan jajanan anak
sekolah PJAS pValue = 0,168. 10. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara sikap pedagang dengan
penggunaan siklamat berlebih pada pangan jajanan anak sekolah PJAS pValue= 0,49.
11. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kepercayaan pedagang dengan penggunaan siklamat berlebih pada pangan jajanan anak sekolah
PJAS pValue= 0,348. 12. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara nilai dengan penggunaan
siklamat berlebih pada pangan jajanan anak sekolah PJAS pValue= 0,445.
13. Terdapat hubungan yang bermakna antara ketersediaan siklamat dengan penggunaan siklamat berlebih pada pangan jajanan anak sekolah PJAS
pValue= 0,048. 14. Terdapat hubungan yang bermakna antara akses mendapatkan siklamat
dengan penggunaan siklamat berlebih pada pangan jajanan anak sekolah PJAS pValue= 0,038.
15. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara peran pedagang pangan jajanan anak sekolah PJAS lain dengan penggunaan siklamat berlebih
pada pangan jajanan anak sekolah PJAS pValue= 0,818.
B. SARAN
1. Bagi Sekolah
a. Memperketat pengawasan dan memantau secara berkala kualitas pangan jajanan anak sekolah PJAS di wilayah sekolah masing-masing.
b. Memberi penyuluhan dan sosialisasi kepada orangtua dan siswa untuk lebih cermat dalam memilih pangan jajanan anak sekolah PJAS guna
menghindari bahaya konsumsi siklamat berlebih oleh para siswa. c. Melakukan penyaringan screening sehingga pedagang pangan jajanan
anak sekolah PJAS yang berjualan di sekitar sekolah hanyalah pedagang yang telah memenuhi persyaratan keamanan pangan sehingga
tidak berbahaya bila dikonsumsi para siswa..
2. Bagi Instansi Pemerintah
a. Memperketat pengawasan terhadap peredaran dan kualitas pangan jajanan anak sekolah PJAS.
b. Menyediakan pasokan pemanis alami yang lebih memadai dengan harga yang terjangkau.
c. Mempertegas pemberian sanksi bagi para pedagang pangan jajanan anak sekolah PJAS yang menggunakan siklamat berlebih dalam pangan yang
mereka produksi.
3. Bagi Peneliti Lain
a. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat meneliti faktor-faktor lain yang diduga berhubungan dengan perilaku penggunaan siklamat berlebih.
b. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat melihat perilaku penggunaan siklamat berlebih pada jenis makanan lain.