Nilai dan Hubungannya dengan Penggunaan Siklamat Berlebih pada

merupakan anak usia sekolah. Oleh karena itu, perlu dilakukan langkah antisipasi dalam meningkatkan kesadaran pedagang pangan jajanan anak sekolah PJAS untuk menghindari penggunaan siklamat berlebih. Langkah yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan promosi kesehatan melalui petugas kesehatan, pendidik sebaya dan TOT training of trainer. Selain itu, dinas kesehatan setempat juga perlu melakukan pemeriksaan laboratorium kandungan siklamat dalam pangan jajanan anak sekolah PJAS secara rutin untuk menghindari kemungkinan konsumsi siklamat oleh para siswa sekolah dasar.

G. Ketersediaan Siklamat dan Hubungannya dengan Penggunaan Siklamat

Berlebih pada Pangan Jajanan Anak Sekolah PJAS Ketersediaan fasilitas merupakan salah satu faktor pemungkin yang menyebabkan suatu perubahan perilaku. Pengetahuan dan sikap saja belum menjamin terjadinya perilaku, masih diperlukan sarana atau fasilitas untuk memungkinkan atau mendukung perilaku tersebut Notoatmodjo, 2010. Ketersediaan fasilitas sangat dipengaruhi oleh lokasi, dapat dijangkau oleh masyarakat atau tidak, serta kecukupan fasilitas tersebut sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang memerlukannya Effendy, 1997. Ketersediaan siklamat dalam penelitian ini diukur menggunakan empat buah pertanyaan dalam kuesioner seputar jumlah siklamat yang tersedia di toko dimana para responden biasa membeli siklamat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang berpendapat bahwa ketersediaan siklamat memadai lebih banyak jumlahnya 67,1 dibanding responden yang memiliki persepsi bahwa ketersediaan siklamat siklamat tidak memadai 32,9. Hasil tersebut menggambarkan bahwa siklamat mudah didapatkan oleh para pedagang pangan jajanan anak sekolah PJAS di wilayah Kelurahan Pondok Benda, Kelurahan Pamulang Barat dan Kelurahan Pamulang Timur. Sebanyak 45 responden 59,2 mengaku biasa mendapatkan dan menemukan siklamat di toko kue yang berlokasi di sekitar tempat tinggal mereka. Hasil ini mendukung pernyataan Apriadji 2007 bahwa siklamat banyak dijual di pasar tradisional tanpa merk dengan nama “gula biang”. Hasil ini juga didukung oleh penelitian Lestari 2012 melalui kegiatan observasi yang menyatakan bahwa pemanis buatan yang berada di Pasar Gubug Kota Semarang tersedia dalam jumlah yang sangat banyak sekali. Hasil analisa tabel silang menunjukkan bahwa diantara responden yang menggunakan siklamat, lebih banyak responden yang berpendapat bahwa ketersediaan siklamat memadai 60,8 dibanding responden yang berpendapat bahwa ketersediaan siklamat tidak memadai 32. Hasil tersebut didukung dengan uji statistik chi square yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara ketersediaan siklamat dengan penggunaan siklamat berlebih pada pangan jajanan anak sekolah PJAS. Hasil penelitian tersebut membuktikan teori yang dikeluarkan WHO 2002 yang mengungkapkan bahwa semakin banyak bahan tambahan pangan yang tersedia dapat menjadi faktor pendorong yang semakin memudahkan seseorang dalam menggunakan bahan tambahan pangan tertentu, termasuk dalam hal ini bahan tambahan pangan berupa siklamat. Hubungan antara ketersediaan siklamat yang memadai dengan penggunaan siklamat berlebih dalam pangan jajanan anak sekolah PJAS dapat terjadi karena pemanis merupakan salah satu bahan baku utama dalam kegiatan produksi pangan jajanan anak sekolah PJAS yang bercita rasa manis. Beberapa alasan finansial mendorong para pedagang pangan jajanan anak sekolah PJAS untuk menggunakan siklamat sebagai pengganti pemanis alami dalam pangan jajanan anak sekolah PJAS yang diproduksinya. Ketersediaan bahan baku yang memadai dapat mempermudah seorang pedagang pangan untuk memproduksi pangan yang hendak dijajakan. Semakin banyak bahan baku yang tersedia dalam suatu proses produksi, maka semakin mudah seorang pedagang menggunakannya dalam proses produksi. Semakin banyak bahan tambahan pangan yang tersedia dapat menjadi faktor pendorong yang semakin memudahkan seseorang dalam menggunakan bahan tambahan pangan tertentu, termasuk siklamat WHO, 2000. Oleh karena itu, tersedianya siklamat yang memadai memberi pengaruh kepada para pedagang pangan jajanan anak sekolah PJAS untuk menggunakannya dalam pangan jajanan anak sekolah PJAS yang mereka produksi. Pedagang pangan jajanan anak sekolah PJAS pada umunya mengetahui bahwa siklamat tersedia di toko yang menyediakan bahan baku pembuatan kue berdasarkan informasi yang diberikan oleh pemilik toko. Beberapa orang responden sempat mengatakan kepada penulis bahwa pemilik toko tempat mereka membeli bahan baku PJAS seringkali memberitahu bahwa toko mereka menyediakan siklamat yang mereka kenal dengan gula biang dan menawarkannya kepada para penjual pangan jajanan anak sekolah PJAS. Akan tetapi, meskipun mereka mengetahui bahwa ketersediaan siklamat banyak ditemui di pasaran, tidak semua pedagang PJAS membeli siklamat sebagai bahan baku pangan jajanan anak sekolah PJAS yang mereka jual. Menurut Kasali 2005, sebagian dari industri pangan berskala kecil tidak terpengaruh untuk menggunakan bahan tambahan pangan berbahaya untuk mempertahankan citra mereka di hadapan konsumen sehingga mereka dapat mempertahankan target konsumen dari produk yang dihasilkan. Pemerintah sebagai lembaga yang berwenang dalam peredaran bahan baku produksi pangan perlu menerapkan langkah untuk mengantisipasi banyaknya pedagang yang menggunakan siklamat berlebih dalam pangan jajanan anak sekolah PJAS. Cara yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi bahaya siklamat berlebih dalam pangan jajanan anak sekolah adalah dengan membatasi produksi dan pasokan siklamat di pasaran. Pemerintah juga perlu memperbanyak pasokan pemanis alami dengan harga yang terjangkau dan kualitas yang baik. Ketersediaan pemanis alami yang lebih banyak dibanding siklamat diharapkan dapat mengurangi penggunaan siklamat yang dilakukan oleh para pedagang pangan.

H. Akses Mendapatkan Siklamat dan Hubungannya dengan Penggunaan

Siklamat Berlebih pada Pangan Jajanan Anak Sekolah PJAS Aksesibilitas adalah suatu ukuran kenyamanan atau kemudahan lokasi tata guna lahan yang berinteraksi satu sama lain, sehingga menentukan mudah atau sulitnya lokasi tersebut dicapai melalui transportasi. Aksesibilitas dapat

Dokumen yang terkait

Analisa Faktor Yang Berhubungan Dengan Infeksi Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar Negeri 70 Kelurahan Bagan Deli Tahun 2001

3 50 91

Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Pelaksanaan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) Ditingkat Sekolah Dasar Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang Kota Tangerang Selatan

12 87 142

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Stres Kerja pada Wanita Bekerja di Wilayah Kecamatan Pamulang, Kota Tangerang Selatan Tahun 2013

2 16 221

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Eritrosin dan Rhodamin B Pada Pangan Jajanan Anak Sekolah Yang Dijual Oleh Pedagang Di SDN Sekelurahan Pondok Benda Tahun 2015

0 21 168

Faktor-faktor yang berhubungan dengan pola pengasuhan dan kemandirian anak sekolah dasar

0 9 83

Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Pelaksanaan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) Ditingkat Sekolah Dasar Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang Kota Tangerang Selatan

0 2 142

Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Pelaksanaan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) Ditingkat Sekolah Dasar Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang Kota Tangerang Selatan

0 10 142

Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Pemilihan Pangan Jajanan Anak Sekolah Pada Anak Sekolah Dasar Negeri Dan Swasta Di Kota Denpasar Tahun 2016.

4 9 36

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI BUAH DAN SAYUR PADA ANAK SEKOLAH DASAR.

4 20 180

Penggunaan Pengawet dan Pemanis Buatan pada Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) di Wilayah Kabupaten Kulon Progo-DIY | Wariyah | Agritech 9807 17897 1 PB

0 0 8