4. Pengawasan Kualitas Pangan Jajanan Anak Sekolah PJAS
Peraturan Bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri Kesehatan, Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia
nomor 6 tahun 2014, nomor 73 tahun 2014, nomor 41 tahun 2014 dan nomor 81 tahun 2014 tentang Pembinaan dan Pengembangan Usaha Kesehatan
SekolahMadrasah UKSM menyebutkan bahwa pangan jajanan sebagai bagian dari kegiatan UKSM perlu diperhatikan dan diawasi mutu serta
kualitasnya. Kegiatan tersebut dilakukan oleh Tim Pembina UKSM, baik ditingkat pusat, provinsi, kabupatenkota dan kecamatan serta Tim Pelaksana
UKSM yang berkedudukan di sekolah. Pemerintah Daerah Pemda berperan membantu pembiayaan
pengadaan fasilitas kantin sekolah dan membuat peraturan-peraturan untuk menunjang keamanan pangan di Sekolah Dasar, seperti pembentukan Tim
Pembina UKS, design bangunan fisik dan lingkungan warung sekolah yang sesuai dengan aturan yang berlaku dalam rangka mewujudkan usaha
kesehatan sekolah. Tim UKS Puskesmas yang terdiri dari Promosi Kesehatan, Tenaga Pelaksana GiziTPG, Tenaga Kesehatan LingkunganKesling
berperan untuk turut membantu memberikan pengarahan dalam hal menentukan makanan jajanan sekolah yang bernilai gizi dan aman
dikonsumsi selama berada di sekolah dan mengawasi para penjajapenjual agar menjual makanan yang memenuhi syarat kesehatan Kemenkes, 2011.
Tim pelaksana UKSM yang berkedudukan di sekolah, berperan mengkoordinir semua kegiatan yang berhubungan dengan keamanan pangan
di sekolah. Keamanan pangan di sekolah yang dimulai dari siapa yang boleh
menjadi penjaja makanan disekolah perizinan berjualan di sekolah serta menyediakan lokasi dan fasilitas lingkungan yang bersih. Selain itu, tim
pelaksana UKSM di sekolah berperan dalam memberikan pendidikan, bimbingan dan pengarahan kepada peserta didik agar dapat memilih dan
membeli serta mengonsumsi makanan yang mempunyai nilai gizi dan aman dikonsumsi, serta mengawasi para penjaja agar menjual makanan dan
minuman yang telah memenuhi syarat kesehatan Kemenkes, 2011.
B. Keamanan Pangan
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 28 tahun 2004 tentang Kemanan, Mutu dan Gizi Pangan, keamanan pangan adalah kondisi dan
upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan
membahayakan kesehatan manusia. Keamanan pangan muncul sebagai suatu masalah yang dinamis
seiring dengan berkembangnya peradaban manusia dan kemajuan ilmu dan teknologi, sehingga diperlukan suatu sistem dalam mengawasi pangan sejak
diproduksi, diolah, ditangani, diangkut, disimpan dan didistribusikan serta dihidangkan kepada konsumen. Toksisitas mikrobiologik dan toksisitas
kimiawi terhadap bahan pangan dapat terjadi pada rantai penanganan pangan dari mulai saat pra-panen, pascapanenpengolahan sampai saat produk pangan
didistribusikan dan dikonsumsi Seto, 2001. Keamanan pangan merupakan aspek yang sangat penting dalam
kehidupan sehari-hari. Kurangnya perhatian terhadap hal ini telah sering
mengakibatkan terjadinya
dampak berupa
penurunan kesehatan
konsumennya, mulai dari keracunan makanan akibat tidak higienisnya proses penyiapan dan penyajian sampai resiko munculnya penyakit kanker akibat
penggunaan bahan tambahan food additive yang berbahaya bagi kesehatan Syah, 2005.
C. Penyakit Bawaan Makanan Food Borne Disease
Penyakit bawaan makanan adalah suatu gejala penyakit yang terjadi akibat mengkonsumsi mikroorganisme atau toksin baik yang berasal dari
tumbuhan, bahan kimia, kuman maupun binatang Chandra, 2007. Penyakit bawaan makanan diakibatkan oleh konsumsi bahan makanan yang
terkontaminasi dengan mikroorganisme atau bahan kimia. Kontaminasi makanan dapat terjadi pada setiap tahap proses produksi pangan dan dari
pencemaran lingkungan, termasuk pencemaran air, tanah atau udara WHO, 2015.
Penyakit bawaan makanan merupakan salah satu permasalahan kesehatan masyarakat yang paling banyak dan membebani. Penyakit tersebut
menelan banyak korban dan menyebabkan sejumlah besar penderitaan khususnya di kalangan bayi, anak, lansia dan orang-orang yang kekebalan
tubuhnya terganggu WHO, 2000. Presentasi klinis yang paling umum dari penyakit bawaan makanan
berbentuk gejala gastrointestinal. Akan tetapi, penyakit tersebut juga dapat berbentuk gangguan neurologis, ginekologi, imunologi dan gejala lainnya.
Kegagalan multiorgan dan bahkan kanker dapat timbul akibat dari konsumsi
bahan makanan yang terkontaminasi, sehingga menyebabkan kecacatan dan kematian WHO, 2015.
D. Bahan Tambahan Pangan BTP
1. Definisi Bahan Tambahan Pangan
Bahan tambahan pangan BTP adalah segala substansi yang sengaja ditambahkan untuk mempertahankan atau memperbaiki tampilan, tekstur,
rasa dan memperbaiki nilai gizi dari makanan tersebut serta untuk mencegah pembusukan yang disebabkan oleh bakteri. Bahan-bahan yang termasuk
dalam bahan tambahan pangan adalah segala substansi yang digunakan dalam proses manufaktur, pengolahan, persiapan, pengemasan, pengangkutan atau
penjagaan kualitas makanan Vries, 1997. Sedangkan berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 033 tahun 2012 tentang Bahan Tambahan Pangan,
bahan tambahan pangan BTP adalah bahan yang mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi, yang sengaja ditambahkan ke dalam pangan untuk
tujuan teknologis pada pembuatan, pengolahan, perlakuakn, pengepakan, pengemasan,
penyimpanan danatau
pengangkutan pangan
untuk menghasilkan atau diharapkan menghasilkan suatu komponen atau
mempengaruhi sifat pangan tersebut, baik secara langsung atau tidak langsung.
Tujuan penggunaan bahan tambahan pangan adalah agar produk olahan yang dihasilkan mempunyai tampilan menarik, rasa yang enak, konsistensi
yang bagus dan tidak mudah rusak Suyanti, 2010. Penggunaan bahan tambahan pangan yang diizinkan dalam produk pangan dapat dibenarkan.