dijelaskan sebelumnya, pemanis alami yang disubstitusi dengan siklamat dapat mengurangi biaya produksi pangan.
Cara yang dapat dilakukan untuk mewujudkan sikap negatif terhadap penggunaan siklamat menjadi suatu perbuatan yang nyata adalah dengan
sosialisasi mengenai kadar maksimal siklamat yang diperbolehkan dalam pangan kepada para pedagang pangan jajanan anak sekolah. Selain itu,
kegiatan promosi kesehatan dengan teknik pendidik sebaya peer education juga dapat dilakukan agar para pedagang pangan dapat saling mengingatkan
untuk tidak terpengaruh pihak lain yang menawarkan penggunaan siklamat sebagai bahan baku pangan jajanan anak sekolah PJAS yang mereka
produksi
E. Kepercayaan dan Hubungannya dengan Penggunaan Siklamat Berlebih
pada Pangan Jajanan Anak Sekolah PJAS
Kepercayaan merupakan keyakinan bahwa suatu fenomena atau objek benar atau nyata WHO, 2000. Kepercayaan merupakan salah satu faktor
predisposisi yang mempermudah terjadinya perilaku seseorang. Kepercayaan adalah hal-hal yang diyakini seseorang dan dianggap benar, mengenai diri
sendiri, orang lain dan dunia sekitarnya yang memengaruhi perasaan dan perilakunya sehari-hari Martono Joewana, 2006. Biasanya kepercayaan
diterima tanpa bukti bahwa kepercayaan tersebut terbukti kebenarannya WHO, 2000.
Kepercayaan dalam penelitian ini diukur dengan tiga buah pertanyaan seputar mitos bahwa penggunaan siklamat lebih baik dibanding pemanis
alami menggunaan pilihan percaya atau tidak percaya. Pernyataan yang digunakan adalah siklamat lebih baik dibanding pemanis alami karena tidak
menyebabkan kenaikan gula darah, dapat membantu mengontrol berat badan diet dan lebih baik untuk kesehatan gigi.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa responden yang tidak percaya siklamat lebih baik dibanding pemanis alami jumlahnya lebih banyak
60,5 dibanding responden yang percaya siklamat lebih baik dibanding pemanis alami. Hasil tersebut menunjukkan bahwa masih ada responden yang
mempercayai manfaat siklamat yang lebih baik dibanding pemanis alami meskipun jumlahnya lebih sedikit dibanding yang tidak percaya bahwa
siklamat yang lebih baik dibanding pemanis alami. Oleh karena itu, dapat dikatakan hasil ini membuktikan pernyataan dari Calorie Control Council
2015 yang menyebutkan bahwa sebagian masyarakat percaya bahwa siklamat lebih baik dan lebih bermanfaat dibanding pemanis alami karena
tidak menyebabkan kenaikan gula darah sehingga cocok untuk penderita diabetes, cocok untuk menjaga berat badan bagi orang yang sedang diet
karena tidak memiliki nilai kalori sehingga tidak menyebabkan kenaikan berat badan dan tidak menyebabkan kerusakan gigi seperti pemanis alami
pada umumnya. Pedagang tidak percaya siklamat lebih baik dibanding pemanis alami
seperti yang terlihat dalam penelitian ini dapat disebabkan oleh tingkat pengetahuan sebagian besar responden yang juga tinggi. Seperti yang telah
disebutkan sebelumnya, responden dengan tingkat pengetahuan tinggi mengenai siklamat lebih banyak jumlahnya 52,6 dibanding responden
yang mempunyai pengetahuan rendah. Kepercayaan berhubungan dengan dunia pemikiran dan praktek dengan dunia perilaku sehingga kepercayaan
dapat dipengaruhi oleh pengetahuan dan gagasan Parekh, 2008. Oleh karena itu, pengetahuan yang tinggi mengenai bahaya penggunaan siklamat berlebih
pada sebagian besar responden akan mempengaruhi tingkat kepercayaan responden sehingga responden tidak percaya bahwa siklamat membawa
manfaat lebih baik dibanding penggunaan pemanis alami. Faktor lain yang dapat menyebabkan responden tidak percaya bahwa
siklamat lebih baik dibanding pemanis alami adalah kepercayaan responden yang dipengaruhi oleh sesama pedagang pangan jajanan anak sekolah PJAS.
Menurut Suhaemi 2002, kepercayaan seseorang mengenai suatu hal dapat dipengaruhi lingkungan sekitarnya karena manusia bersifat sistem terbuka
yang dapat dipengaruhi dan mempengaruhi lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu, para pedagang pangan jajanan anak sekolah PJAS yang tidak
percaya bahwa penggunaan siklamat lebih baik dibanding pemanis alami dapat mempengaruhi para pedagang lain sehingga pedagang lain juga
memiliki anggapan bahwa siklamat tidak lebih baik dibanding pemanis alami sehingga memiliki kepercayaan serupa mengenai penggunaan siklamat
berlebih pada pangan jajanan anak sekolah PJAS. Hasil analisa tabel silang menunjukkan bahwa diantara responden yang
menggunakan siklamat, lebih banyak yang tidak percaya bahwa siklamat lebih baik daripada pemanis alami 56,5 dibanding responden yang
percaya bahwa siklamat lebih baik daripada pemanis alami. Hasil ini bertentangan dengan pernyataan Ramdan 2009 bahwa kepercayaan terhadap
suatu produk akan mendorong konsumen untuk menggunakan produk tersebut. Selain itu, hasil uji chi square menunjukkan bahwa tidak terdapat
hubungan yang bermakna antara kepercayaan pedagang dengan penggunaan siklamat berlebih pada pangan jajanan anak sekolah PJAS. Hasil ini juga
tidak membuktikan pernyataan Green Kreuter 2005 yang menyebutkan bahwa kepercayaan masyarakat terhadap suatu objek mempengaruhi perilaku
terhadap objek tersebut. Meskipun tidak mempercayai manfaat siklamat, namun responden lebih
banyak yang menggunakan siklamat berlebih dalam pangan jajanan anak sekolah PJAS. Hal tersebut dapat terjadi karena para pedagang pangan
merasakan manfaat finansial dari penggunaan siklamat dalam proses produksi pangan jajanan anak sekolah PJAS. Keadaan tersebut diperparah dengan
kenyataan bahwa siklamat mudah didapatkan di pasaran dengan jumlah yang sangat memadai. Penulis sempat melakukan observasi untuk mengetahui
kemudahan mendapatkan siklamat dengan mendatangi toko yang menyediakan bahan baku kue di sekitar pasar tradisional serta Kelurahan
Pamulang Barat dan Pondok Benda dan bertanya apakah toko-toko tersebut menjual siklamat. Berdasarkan observasi tersebut diketahui bahwa siklamat
dapat dengan mudah diperoleh di toko kue yang banyak terdapat di sekitar pemukiman penduduk maupun pasar tradisional.
Pemerintah perlu menanggulangi maraknya penggunaan siklamat dengan melakukan penyediaan bahan baku pemanis alami bagi para pedagang pangan
jajanan dengan harga yang relatif terjangkau. Hal tersebut dimaksudkan agar para pedagang pangan jajanan anak sekolah PJAS tidak berminat untuk