pada hewan uji, pemberian siklamat dalam dosis tinggi dapat menyebabkan tumor kandung kemih, paru, limpa dan menyebabkan kerusakan genetik
BPOM, 2008. Langkah yang dapat dilakukan aparat pemerintah dan dinas kesehatan
setempat untuk mengantisipasi bahaya konsumsi pangan jajanan anak sekolah PJAS yang mengandung siklamat berlebih di wilayah Kelurahan Pondok
Benda, Kelurahan Pamulang Barat dan Kelurahan Pamulang Timur adalah dengan memperketat pengawasan terhadap kualitas dan keamanan pangan
jajanan anak sekolah PJAS. Pihak sekolah berperan dalam memberikan edukasi bagi pedagang pangan jajanan anak sekolah PJAS dan melakukan
pemeriksaan mutu dan keamanan PJAS secara berkala. Sedangkan orang tua berperan dalam mengawasi kebiasaan jajan anak, mengarahkan dan
memberikan pemahaman terhadap anak dalam memilih pangan jajanan yang aman dan bergizi.
C. Pengetahuan dan Hubungannya dengan Penggunaan Siklamat Berlebih
pada Pangan Jajanan Anak Sekolah PJAS
Tingkat pengetahuan merupakan salah satu faktor yang mempermudah perilaku sesorang Notoatmodjo, 2010. Pengetahuan merupakan hasil dari
tahu yang terjadi melalui proses sensori khusunya mata dan telinga terhadap objek tertentu Sunaryo, 2002. Pengetahuan merupakan domain yang sangat
penting dalam membentuk tindakan atau perilaku seseorang. Pengalaman dan penelitian membuktikan bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan
lebih bertahan lama daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan
Efendi Makhfudli, 2009.
Pertanyaan mengenai variabel pengetahuan diukur menggunakan kuesioner melalui 8 buah pertanyaan tentang pengertian, regulasi dan dampak
penggunaan siklamat bila dilakukan secara berlebih. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa responden yang memiliki tingkat pengetahuan
tinggi mengenai siklamat lebih banyak jumlahnya 52,6 dibanding responden yang memiliki tingkat pengetahuan rendah mengenai siklamat.
Sebanyak 46 responden 60,5 telah mengetahui bahwa siklamat merupakan pemanis buatan yang diperbolehkan penggunaannya dengan batas maksimal
yang telah ditetapkan pemerintah, meskipun mereka belum mengetahui secara pasti berapa batas maksimal penggunaan siklamat dalam makanan dan
minuman. Selain itu, 53 responden 69,7 juga mengetahui bahwa penggunaan siklamat berlebih dapat menimbulkan gangguan kesehatan dalam
jangka waktu yang panjang kronis meskipun mereka belum mengetahui secara spesifik jenis gangguan kesehatan yang terjadi akibat konsumsi
siklamat berlebih. Berdasarkan hasil uji statistik diketahui bahwa tidak terdapat hubungan
yang bermakna antara tingkat pengetahuan pedagang dengan penggunaan siklamat berlebih pada pangan jajanan anak sekolah PJAS. Hasil penelitian
tersebut tidak membuktikan teori Green dan Kreuter 2005 yang menyatakan bahwa pengetahuan merupakan faktor penting yang mempengaruhi perilaku
seseorang. Penelitian Larasati 2007 juga mendukung hasil studi ini dengan menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara
pengetahuan pedagang dengan penggunaan siklamat dalam sirup tanpa merk di Semarang.
Salah satu faktor yang menyebabkan tidak terdapatnya hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan pedagang dengan penggunaan siklamat
berlebih adalah ketidaksesuaian antara pengetahuan responden dengan perilaku yang ditunjukkan. Menurut Yuliani 2007, kurangnya pengetahuan
tentang bahaya penggunaan bahan tambahan pangan menyebabkan para pedagang makanan menggunakan bahan tambahan pangan secara berlebih.
Akan tetapi, penelitian ini menunjukkan hasil yang bertentangan dengan pernyataan tersebut. Hasil tersebut didukung dengan hasil analisa tabel silang
yang menunjukkan bahwa diantara responden yang menggunakan siklamat berlebih dalam pangan jajanan anak sekolah PJAS yang diproduksi, lebih
banyak responden 60 yang memiliki pengetahuan yang tinggi mengenai siklamat dibanding responden yang memiliki pengetahuan yang rendah
mengenai siklamat. Hasil penelitian ini membuktikan pernyataan Sarwono 2007 yang mengatakan bahwa pengetahuan yang positif atau tinggi tidak
selamanya akan diikuti dengan praktik yang sesuai. Penggunaan siklamat berlebih yang dilakukan oleh responden dengan
tingkat pengetahuan yang tinggi pada umumnya dikarenakan adanya manfaat finansial yang mereka dapatkan dari penggunaan siklamat juga dapat
mendorong responden dengan tingkat pengetahuan yang tinggi untuk menggunakan siklamat secara berlebihan dalam pangan jajanan yang mereka
produksi. Sebanyak 32 responden 42,1 menyatakan sikap setuju bahwa penggunaan siklamat dapat mengurangi biaya operasional dibanding
penggunaan gula murni. Selain itu, ketidakpedulian pedagang akan dampak kesehatan yang terjadi bila konsumen mengkonsumsi pangan yang
mengandung siklamat berlebih. Salah satu responden secara spontan mengatakan bahwa dampak kesehatan akibat mengkonsumsi pangan jajanan
yang mengandung siklamat berlebih menjadi urusan konsumen, bukan merupakan tanggung jawab para pedagang pangan jajanan anak sekolah
PJAS. Faktor lain yang menyebabkan penggunaan siklamat berlebih oleh
pedagang dengan pengetahuan yang tinggi mengenai siklamat adalah akses yang mudah dalam mendapatkan siklamat dan ketersediaannya yang
memadai turut mempengaruhi perilaku penggunaan siklamat berlebih yang dilakukan responden. Sebanyak 61,7 responden mengaku bahwa
ketersediaan siklamat memadai dan dapat mereka peroleh setiap saat ketika dibutuhkan. Akses yang mereka miliki dalam mendapatkan siklamat juga
tergolong mudah. Sebanyak 64,1 responden yang menggunakan siklamat berlebih mengaku mudah mendapatkan siklamat. Akses yang mudah dan
ketersediaan siklamat semakin mempermudah para pedagang pangan jajanan anak sekolah PJAS untuk menggunakannya secara berlebih.
Peran pemerintah sangat diperlukan untuk meningkatkan kepedulian pedagang pangan jajanan anak sekolah PJAS terhadap bahaya konsumsi
siklamat berlebih pada konsumen mereka. Pemerintah melalui dinas kesehatan maupun instansi terkait lainnya perlu meningkatkan pengawasan
mengenai mutu dan kualitas pangan jajanan anak sekolah PJAS yang beredar. Selain itu, perlu pemerintah perlu mempertegas pemberian sanksi