Umur Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Kelelahan Keja

3. Masa Kerja

Masa kerja merupakan akumulasi waktu dimana pekerja telah menjalani pekerjaan tersebut. Semakin banyak informasi yang kita simpan, semakin banyak keterampilan yang kita pelajari, akan semakin banyak hal yang kita kerjakan Malcom, 1998 dalam Wirasati, 2003. Masa kerja dapat mempengaruhi pekerja baik pengaruh positif maupun negatif. Pengaruh positif terjadi bila semakin lama seorang pekerja bekerja maka akan berpengalaman dalam melakukan pekerjaannya. Sebaliknya pengaruh negatif terjadi bila semakin lama seorang pekerja bekerja akan menimbulkan kelelahan dan kebosanan. Semakin lama seorang pekerja bekerja maka semakin banyak pekerja terpapar bahaya yang ditimbulkan oleh lingkungan kerja tersebut Budiono, dkk, 2003. Dampak negatif lainnya berupa adanya batas ketahanan tubuh terhadap proses kerja yang berakibat terhadap timbulnya kelelahan. Pekerjaan yang dilakukan secara kontinyu dapat berpengaruh terhadap sistem peredaran darah, sistem pencernaan, otot, syaraf dan sistem pernafasan Suma’mur, 1999. Penelitian pada pekerja bongkar muat di pelabuhan menunjukkan bahwa yang paling banyak merasakan lelah terdapat pada kelompok 10 tahun yaitu sebanyak 17 orang 65,4. Hal ini dapat disimpulkan bahwa masa kerja berpengaruh terhadap terjadinya kelelahan kerja Eraliesa, 2009.

4. Status Gizi

Status gizi merupakan salah satu penyebab kelelahan. Seorang pekerja dengan status gizi yang baik akan memiliki ketahanan tubuh dan kapasitas kerja yang lebih baik, sedangkan seorang pekerja dengan status gizi yang tidak baik akan memiliki ketahanan tubuh dan kapasitas kerja yang tidak baik juga Budiono, dkk, 2003. Apabila dalam melakukan pekerjaan tubuh kekurangan energi baik secara kualitatif maupun kuantitatif, kapasitas kerja akan terganggu sehingga pekerja tidak produktif, mudah terjangkit penyakit dan mempercepat timbulnya kelelahan Tarwaka, dkk, 2004. Status gizi seseorang dapat diketahui dari perhitungan Indeks Masa Tubuh IMT. Adapun cara perhitungan IMT adalah sebagai berikut Almatsier, 2009: Hasil perhitungan IMT tesebut akan dibandingkan dengan standar yang diterapkan oleh Departemen Kesehatan RI Depkes RI Tahun 2004. Adapun standar IMT yang ditetapkan dapat dilihat pada tabel 2.3 dibawah ini Almatsier, 2009: Tabel 2.3 Indeks Masa Tubuh IMT Status Gizi IMT Kgm 2 Sangat Kurus 17 Kurus 17.0-18.4 Normal 18.5-24.9 Kelebihan Berat Badan overweight 25.0-26.9 Gemuk 27.0-28.9 Sangat Gemuk 29 Sumber: Depkes RI, 2004 Menurut teori kelelahan terjadi pada IMT yang lebih tinggi yaitu obesitas. Secara persentase dapat dilihat bahwa kelelahan kerja berat yang dialami oleh pekerja lebih banyak terjadi pada pekerja yang memiliki status gizi obesitas Hartz et al, 1999 dalam Safitri, 2008. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara status gizi dengan kelelahan kerja. Dari hasil penelitian pada pekerja wanita diperoleh data bahwa bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara status gizi dengan kelelahan kerja p- value = 0,024, dengan nilai korelasi r sebesar 0,204 menunjukan bahwa arah korelasi positif dengan kekuatan korelasi yang lemah, artinya semakin status gizi menjauhi kadar normal, maka semakin meningkat untuk terjadinya kelelahan kerja Trisnawati, 2012. Penelitian lain yang dilakukan pada pemanen kelapa sawit terdapat hubungan yang bermakna antara status gizi dengan kelelahan kerja yang dialami oleh reponden. Responden yang mengalami kelelahan jauh lebih banyak jumlahnya pada