Tingkat Kebisingan Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Kelelahan Kerja pada

Analisa ini diperkuat oleh beberapa teori yang mengatakan bahwa paparan kebisingan rendah biasanya berkisar 75 dB dapat menyebabkan terjadinya stress dan efek kesehatan lainnya dalam beberapa kasus. Stress yang dimaksud dapat berbentuk kelelahan, kegelisahan, depresi, permusuhan atau agresi Division of Workplace Health Safety, 1998. Pendapat lain juga menambahkan bahwa pekerja yang terpapar kebisingan untuk jangka waktu yang panjang dapat menghasilkan perasaan tidak nyaman dan peningkatan kelelahan kerja Lerman et al, 2012. Semakin lama seorang pekerja bekerja maka semakin lama pula pekerja terpapar bahaya yang ditimbulkan oleh lingkungan kerja tersebut Budiono, dkk, 2003. Walaupun dalam penelitian ini faktor risiko tingkat kebisingan di tempat kerja tidak berpengaruh terhadap terjadinya kelelahan kerja, namun perlu adanya pencegahan paparan kebisingan yang dapat mempengaruhi kinerja dan produktivitas pembuat tahu. Beberapa hal yang bisa dilakukan seperti mengatur waktu bekerja dengan istirahat Lerman et al, 2012, ILO, 1998. Beristirahat sejenak 5 sampai 15 menit setiap 1 sampai 2 jam atau bila merasa sudah tidak nyaman dengan suara bising yang terdapat di tempat pembuatan tahu, atau bergantian mengerjakan pekerjaan yang memiliki paparan kebisingan lebih rendah dari pekerjaan sebelumnya. Istirahat sejenak terbukti mengurangi kelelahan, meningkatkan produktifitas, dan mengurangi risiko kesalahan atau kecelakaan. Kegiatan yang bisa dilakukan saat beristirahat sejenak seperti berinteraksi sosial sesama pembuat tahu lainnya atau mengkonsumsi minum.

6. Tingkat Pencahayaan

Pengukuran tingkat pencahayaan dilakukan satu kali selama 3 menit sampai nilai pada layar monitor stabil, tepatnya pada jam kerja. Lokasi pengukuran dilakukan pada setiap titik pembuat tahu bekerja dengan tujuan mengetahui paparan tingkat pencahayaan di tempat kerja. Berdasarkan uji statistik menggunakan uji Mann-Whitney didapatkan nilai p-value sebesar 0,169 menunjukkan bahwa tingkat pencahayaan di tempat kerja tidak berpengaruh terhadap terjadinya kelelahan kerja pada pembuat tahu di wilayah Kecamatan Ciputat dan Ciputat Timur tahun 2014. Hal ini berarti kelompok pembuat tahu yang tidak terpapar pencahayaan ideal dengan kelompok yang terpapar pencahayaan ideal memiliki risiko yang sama untuk terjadinya kelelahan kerja. Sedangkan berdasarkan hasil univariat didapatkan bahwa sebagian besar pembuat tahu di wilayah Kecamatan Ciputat dan Ciputat Timur terpapar lebih dari tingkat pencahayaan minimal pencahayaan baik di tempat kerja yaitu sebesar 57,3 dari total sampel atau sebanyak 43 orang. Berdasarkan hasil observasi tempat kerja, sumber cahaya yang terdapat di tempat kerja berasal dari celah genting yang sengaja dibuka, karena tempat pembuatan tahu tidak menggunakan lampu sebagai sumber cahaya di tempat kerja. Namun, hasil penelitian ini tidak sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa jika pencahayaan ditempat kerja kurang, dapat menyebabkan perasaan tidak nyaman, gangguan atau sakit yang meningkat dari waktu ke waktu, dan dapat menyebabkan kelelahan A. Wolska dalam Karwowski, 2001. Hal ini dikarenakan penerangan ditempat kerja merupakan salah satu sumber cahaya yang menerangi benda-benda ditempat kerja. Banyak objek kerja beserta benda atau alat dan kondisi di sekitar yang perlu dilihat oleh tenaga kerja. Hal ini penting untuk menghindari kecelakaan yang mungkin terjadi. Selain itu penerangan yang memadai memberikan kesan pemandangan yang lebih baik dan keadaan lingkungan yang menyegarkan Suma’mur, 1996. Teori tersebut sesuai dengan hasil penelitian di PT. Indokores Sahabat Purbalingga menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara pencahayaan dengan kelelahan tenaga kerja Risva, 2002. Dalam penelitian ini, faktor tingkat pencahayaan di tempat kerja juga tidak memiliki hubungan dengan kelelahan kerja. Hal ini dapat disebabkan oleh adanya kemungkinan pembuat tahu sudah terbiasa dan berpengalaman melakukan pekerjaan pembuatan tahu baik dengan maupun tanpa tingkat pencahayaan yang ideal 300 lux. Hal ini berkaitan dengan lamanya pembuat tahu bekerja di tempat pembuatan tahu. Dengan masa kerja yang cukup lama kemungkinan para pembuat tahu sudah terbiasa dan lebih berpengalaman sehingga mampu bekerja secara efisien menggunakan besarnya tenaga sehingga kelelahan kerja tidak terjadi akibat tingkat pencahayaan di tempat pembuatan tahu. Analisa ini didukung oleh teori yang mengatakan bahwa masa kerja dapat mempengaruhi pekerja baik pengaruh positif maupun negatif. Adapun pengaruh positif yang berhubungan dengan analisa tersebut yaitu bila semakin lama seorang pekerja bekerja maka akan berpengalaman dalam melakukan pekerjaannya Budiono, dkk, 2003. Walaupun dalam penelitian ini faktor risiko tingkat pencahayaan di tempat kerja juga tidak berpengaruh terhadap terjadinya kelelahan kerja, namun perlu adanya pencegahan paparan pencahayaan mempengaruhi kinerja dan produktivitas pembuat tahu. Cara yang bisa dilakukan seperti beristirahat sejenak, dan mendesain tempat kerja Lerman et al, 2012, ILO, 1998. Beristirahat sejenak 5 sampai 15 menit setiap 1 sampai 2 jam atau bila merasa sudah tidak nyaman dengan pencahayaan di tempat pembuatan tahu yang tidak ideal, atau bergantian mengerjakan pekerjaan yang memiliki pencahayaan yang ideal dari pekerjaan sebelumnya. Istirahat sejenak terbukti mengurangi kelelahan, meningkatkan produktifitas, dan mengurangi risiko kesalahan atau kecelakaan. Kegiatan yang bisa dilakukan saat beristirahat sejenak seperti berinteraksi sosial sesama pembuat tahu lainnya atau mengkonsumsi minum. Kemudian, mendesain tempat kerja bisa dilakukan dengan menambah jumlah sumber cahaya yang terdapat di tempat pembuatan tahu berasal dari celah genting yang sengaja dibuka, atau bagi pemilik tempat pembuatan tahu mengganti beberapa buah genting dengan genting tembus cahaya untuk memperoleh cahaya yang sesuai standar tanpa perlu takut kebocoran saat terjadi hujan.

7. Tekanan Panas

Pengukuran tekanan panas dilakukan satu kali selama 1 jam, tepatnya pada jam kerja pada lokasi yang ramai dilalui namun tidak mengganggu proses kerja. Hal tersebut bertujuan dapat menggambarkan keadaan lingkungan yang sebenarnya karena pada jam tersebut pekerja melakukan aktivitas yang cukup tinggi. Pengukuran tekanan panas dengan Quest Thermal Environmental Monitor perlu mempertimbangkan beban kerja sesuai dengan klasifikasi